Mau tidak mau Hari harus bersikap baik terhadap Ratih. Ia sungguh muak sebenarnya tapi ia kepalang berjanji untuk berubah. Bagaimanapun yang ada dalam kandungan Ratih adalah anaknya. Entah atas dasar suka atau nafsuu saat menggauli Ratih tapi yang jelas dia adalah istrinya dan sekarang itu adalah hasil dari apa yang ia perbuat.
Tapi sekarang yang buat bingung adalah mengatakannya kepada kekasihnya, Cita. Ia harus jujur dengan Cita mengenai kondisi Ratih yang hamil.
Hal tersebut tentu membuat rencana mereka untuk segera menikah harus kembali ditunda. Hari mengambil ponselnya, ia mencoba mengirim pesan kepada Cita. Awalnya ia menulis keadaan Ratih yang sedang hamil, tapi Hari berhenti dan menghapus kembali pesan itu.
" Tidak, aku tidak bisa mengatakan ini lewat pesan atau telepon. Aku harus datang untuk menemui dan mengatakannya langsung kepada dia."
Hari urung mengirim pesan dan hendak kembali menyimpan ponselnya. Tapi tiba-tiba dia merindukan Cita. Hari kemudian mengambil foto selfie dan mengirimkannya kepada Cita dengan menambahkan keterangan dalam foto.
" Sedang merindukan mu, sayang." Begitulah isi keterangan dalam foto.
Tring
Tak lama Hari mendapat balasan dari Cita. Sama, sebuah foto dikirimkan oleh Cita untuk Hari. Foto tersebut memperlihatkan Cita yang baru saja mandi. Dengan rambut basah dan masih mengenakan handuk yang jelas memperlihat bahu dan paha mulus wanita tersebut.
" Sama, aku juga rindu kamu mas. I love you mas. Nih aku baru aja mandi." Isi keterangan dalam foto yang Cita kirimkan kepada Hari membuat Hari tersenyum. Terlebih foto itu yang sungguh sangat seksi membuat pikiran Hari berkelana.
Ratih yang baru keluar dari kamar sedikit merasa aneh dengan perilaku Hari. Ia pun berjalan pelan menghampiri Hari. Saking fokusnya memandangi foto Cita, ia tidak sadar dengan kehadiran Ratih.
Di belakang tubuh Hari, Ratih bisa melihat jelas apa yang sedang dilihat oleh Hari dan kepada siapa Hari berkirim pesan. Dada Ratih langsung sesak, sekujur tubuhnya terasa panas. Ia tidak habis pikir, baru saja Hari mengatakan akan berubah dan apa ini, dia sudah berkirim pesan mesra bahkan dengan foto yang sungguh tidak layak diperlihatkan.
Syut
Ratih mengambil ponsel Hari. Ia kemudian men-scroll pesan dua orang itu.
" Ratih, apa-apa na sih kamu. Sini kembalikan ponselku."
" Kamu yang apa-apa an mas. Baru aja kamu bilang mau berubah tapi kamu masih berkirim pesan mesra kepada jalangg itu."
" Stop, jangan ngatai Cita kayak gitu."
" Apalagi kalau bukan jalangg dan murahan, mengirim foto hampir telanjangg kepada suami orang."
Plak
Bruk
Sebuah tamparan keras diterima oleh pipi Ratih. Fatih bahkan sampai terhuyung ke belakang. Beruntung ia tidak sampai terjatuh ke lantai. Ratih masih bisa menahan tubuhnya dengan tangannya.
Air mata Ratih luruh seketika itu juga. Bukan karena sakit yang ia rasakan di pipi tapi sakit di hati yang sungguh luar biasa. Hari sang suami sungguh tega menampar dan mendorongnya karena membela wanita lain.
" Ka-kamu sungguh tega melakukan itu mas. Kamu sungguh keterlaluan. Karena wanita itu kamu tega melakukan ini padaku? Apa kamu lupa kalau aku sedang hamil anakmu?"
Hari terdiam, ia memundurkan tubuhnya. Pria itu kemudian melihat tangannya sendiri. Tangannya juga kebas karena tamparan yang ia layangkan tersebut ke pipi sang istri. Tapi sifat egois hari mengalahkan logikanya. Ia langsung merebut ponsel miliknya yang masih di genggam oleh Ratih.
" Makanya jangan sok ikut campur dengan urusanku. Dasar anak tidak punya orang tua. Kamu benar-benar tidak pernah diajari cara untuk tidak ikut campur urusan orang lain hah!"
" Maksudmu, aku harus diam saja melihat suamiku main gila di luar? Dan satu lagi stop membawa nama kedua orang tuaku yang telah tiada. Mereka cukup baik mendidikku hingga sekarang."
" Aku tidak pernah main gila, dia kekasihku sebelum kamu masuk dalam hidupku. Apa kamu paham akan hal itu?"
Ratih membuang nafasnya kasar. baru saja mereka berbicara baik-baik kini harus kembali adu otot untuk kembali berdiskusi. Ratih memejamkan matanya sejenak mencoba berpikir harus melakukan apa.
" Baiklah jika itu maumu? Mati kita berpisah seperti apa yang tadi aku bicarakan."
Hari langsung diam seketika. berpisah? Ya, dia juga ingin berpisah. tapi bukan sekarang. Ia harus bertanya dulu kepada ibu dan mbaknya. Ia tidak bisa memutuskan itu sendiri. Apalagi Ratih sedang mengandung. Seperti yang diketahui, Sarti, ibu dari Hari itu sangat menginginkan cucu. terlebih jika itu cucu laki-laki. Kini Hari kembali memutar otaknya.
Greb
Hari beringsut maju dan langsung meraih kedua tangan Ratih yang seketika ditepis oleh Ratih. Tapi Hari tak mau tinggal diam, ia kembali meraih tangan Ratih.
" Maafkan aku Tih. Tadi aku sungguh emosi. Aku khilaf. Aku tidak akan melakukan ini lagi kepadamu. Sungguh aku hanya kelepasan tadi. Aku mohon ya. Aku janji benar-benar akan berubah. Dan apa yang aku katakan mengenai kedua orang tuamu sungguh aku tidak berniat bicara begitu. Aku ... Aku hanya tidak suka kamu terlalu ingin tahu isi ponselku."
Ratih terdiam, sungguh hati kecilnya tidak bisa percaya apa yang keluar dari mulut suaminya itu. Baru sebulan menikah dia berani melakukan kekerasan. Ratih ingat betul, puluhan tahun kedua orang tuanya menikah tidak pernah sekalipun sang bapak berbuat kasar kepada emaknya.
" Simpan saja omonganmu itu. Aku tidak suka jika itu hanya bualan. Buktikan, maka aku akan menerimamu kembali. Oh iya satu lagi, hapus semua tentang wanita itu baik foto ataupun chat. Sekalian saja blokir nomornya jika memang kamu merasa menyesal. Aku tidak ingin melihat."
Ratih melenggang masuk ke kamar dan menutup pintu dengan kuat. Hari yang masih berdiri terpaku kini mengacak rambutnya dengan sangat kasar.
Sialaaan, Asuuuu, rasanya ingin ku tambah tadi. Sabar, aku harus sabar. Ya, aku harus bilang ke ibu dan Mbak Watik. Aku ingin segera pisah dengan Ratih.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments