Hanya Sebatas Suami Pelunas Hutang

Hanya Sebatas Suami Pelunas Hutang

Suami Pelunas Hutang 01

" Apa yang kalian lakukan. Astagfirullah."

Ratih berteriak karena saking terkejutnya. Sepulang dia dari toko siang itu karena merasa pusing, ia mendapati Hari sang suami yang tengah bercumbu mesra dengan seorang gadis muda. Gadis cantik itu pada bagian atasnya tak lagi berbaju, hanya menyisakan pakaian dalam yang berbentuk kacamata.

Tapi rupanya bukan hanya Ratih saja yang terkejut, Hari dan si wanita itu juga terkejut melihat Ratih yang sudah berada di sana. Biasanya saat siang begini Ratih masih di toko miliknya.

" Sialan, mengapa wanita itu bisa pulang di jam-jam begini sih." Hari menggerutu pelan. Tidak tampak penyesalan sama sekali di wajah pria itu. 

Pun dengan si wanita, wanita muda itu dengan santainya memakai kembali bajunya dan pergi melewati Ratih begitu saja tanpa merasa bersalah. Wajah congkak dengan kepala terangkat, menandakan wanita itu tidak peduli pada air mata Ratih yang mulai mengalir deras dari pelupuk matanya.

" Dasar wanita tidak tahu malu, bisa-bisanya bermesraan dengan suami orang. Apa kamu tidak tahu hah Mas Hari adalah pria beristri."

Wanita itu sungguh tidak peduli dengan omongan Ratih. Malah Hari yang menarik tangan Ratih lalu menutup mulut sang istri. " Anjiing, diam nggak, awas kalau sampai tetangga dengar."

" Mas, apa yang kamu lakukan? Coba jelaskan!" ucap Ratih di sela isak tangisnya. Dadanya sungguh sesak kata-kata kasar dan umpatan yang Hari tujukan kepada dirinya membuat Ratih merasa takut.  Selama ini yang Ratih tahu Hari adalah pria yang lembut. Sebenarnya Ratih sungguh takut untuk berbicara tapi ia tentu ingin tahu kebenaran dari apa yang ia lihat.

" Apa kamu buta hah, masih tanya apa yang ku lakukan. Tck, sialan. Kau sungguh merusak mood ku."

Ratih terduduk dilantai. Hijab panjang yang membalut kepalanya itu seketika basah karena air mata yang tak kunjung berhenti. Ratih mengusap dada nya dengan tangan sesekali ia memukulnya agar rasa sesak itu sedikit berkurang.

" Cobaan apa lagi Rabb yang Kau berikan padaku. Apa sepertinya aku masih kurang Kau uji dengan kematian kedua orang tuaku?" Ratih tergugu. Rasa sakit di hatinya seperti tidak tertahan.

Harapan Ratih setelah kedua orangtuanya tiada lalu menikah dengan Hari ialah untuk membina kehidupan berkeluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Tapi dengan kejadian tadi saja Ratih bisa menyimpulkan bahwa impiannya itu hanyalah keinginan semu.

Tepat sebulan menikah dengan Hari, dia menemukan fakta suaminya berselingkuh tepat di depan kedua matanya. Wanita mana yang tidak sakit melihat hal yang seperti itu. Selingkuh itu jelas menyakitkan, valid no debat. Tidak ada alasan yang membenarkan untuk seseorang berselingkuh.

Ratih bangkit dan menyusul Hari ke ruang makan. Di sana Hari terlihat begitu santai menikmati makan siang yang sudah Ratih siapkan sedari pagi.

Kreeek

Ratih menarik satu kursi dna ikut duduk di sana. Ia menahan bibirnya untuk kembali bertanya mengenai apa yang ia lihat tadi. Ratih akan menunggu Hari agar menyelesaikan acara makan siangnya tersebut.

" Mau tanya apa hah! Kamu sungguh membuatku kehilangan selera makan." Hari meletakkan sendok nya diatas piring dengan sedikit lebih keras hingga bunyi kedua benda tersebut lumayan terdengar jelas di telinga Ratih dan membuat wanita berusia 26 tahun itu terkejut.

" Astagfirullaah mas, kenapa sekarang mas berubah. Mas nggak kayak dulu sebelum nikah. Bahkan sehari lalu mas masih baik sama aku. Lalu tadi, mas kenal wanita itu dari mana. Mengapa kalian sampai berbuat begitu, apa hubungan kalian sebenarnya?"

Rentetan pertanyaan Ratih ditujukan kepada sang suami. Dna diluar ekspektasi, Hari tersenyum sinis. Pria itu bahkan tertawa terbahak seolah-olah apa yang dikatakan Ratih adalah hal yang lucu.

" Dia pacarku. Udah setahun ini aku pacaran sama Cita. Jadi nggak usah sok merasa tersakiti, dia yang lebih dulu hadir dalam hidupku ketimbang kamu."

Bagai disambar petir di siang hari nan panas, Ratih tentu sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Hari. Otak Ratih berpikir cepat dan mengambil sebuah analisa.

" Jadi maksudmu, aku lah yang jadi selingkuhan begitu? Tapi mengapa mas, mengapa kamu sudah punya kekasih tapi mau menikah dengan ku? Kenapa mas?"

Skak

Pria itu kicep. Hari seperti sedang salah bicara, atau lebih tepatnya dia keceplosan. Hari tidak lagi berbicara apapun. Dia hanya diam.

" Baiklah, kalau kamu tidak mau menjawab, aku minta pisah. Apa yang kamu lakukan tadi sudah cukup membuatku mengambil keputusan."

Ratih bangkit dari duduknya dan langsung masuk ke kamar. Brak!! Ratih menutup pintu kamarnya dengan rapat, tidak lupa ia menguncinya juga. Tubuhnya seketika jatuh, ia menangis sejadi-jadinya. Sebuah fakta baru yang ia temukan. Ternyata dia lah orang ketiganya, ternyata dia lah yang selingkuhan. Satu hal dalam hidup yang ia tidak menyangka adalah dibuat sakit seperti ini oleh orang yang ia cintai. 

Keinginannya menikah dengan Hari dan mantab menerima pinangan Hari selain Ratih memang mencintainya, juga karena ia ingin memiliki keluarga yang utuh. Keluarga Hari yang baik kepada dirinya, membuat Ratih seperti mendapat keluarga baru setelah kedua orang tuanya meninggal.

" Apa aku bilang saja ke ibu ya. Ya, ibu pasti akan menasehati Mas Hari."

Ratih menghapus air matanya, ia kemudian masuk ke kamar mandi mengambil wudhu lalu menjalankan ibadah 4 rakaat. 

Ratih memanjatkan sebaris doa agar diberikan jalan terbaik untuk kehidupan rumah tangganya yang masih sangat baru itu. 

Ratih mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ia melipat sajadah dan mukenanya dan menaruhnya ke atas meja rias. Wanita itu berdiri di depan cermin, mengambil jilbab lebarnya dan kembali memakainya.

" Bismillaah," ucap Ratih mantab ingin menuju ke rumah mertuanya. Ia berharap besar mendapat perlindungan sang ibu mertua.

" Mau ke mana kamu?" tanya Hari saat melihat Ratih yang keluar dari kamar dengan pakaian rapi.

" Mau ke tempat ibu,"  jawab Hari singkat.

" Heh, percuma kalau tujuanmu mau mengadu. Ibu sudah tahu mengenai Cita. Dia tidak akan sedikitpun membela mu nanti." 

Hari berkata sinis, tapi bukan perkataan Hari yang membuat Ratih kembali menangis. Fakta yang ia baru ketahui itulah yang membuatnya kini tergugu. Tubuh Ratih terhuyung, bersandar pada pintu kamar.

" Ya Allaah, apalagi yang belum ku ketahui. Mengapa semua ini baru terbuka sekarang."

TBC

Hay manteman, ini karya othor buat untuk event. Dan ini terinspirasi dafi kisah nyata teman othor. Sedih pol pas beliau bercerita. Tapi disini banyak fiktif nya ya. Inga inga, hanya terinspirasi. Bukan berdasarkan kisah nyata.

Minta doanya biar bisa jadi pemenang hehehhe.

Terpopuler

Comments

Tuxepos Jasmine

Tuxepos Jasmine

baru bab satu aja sudah esmosi ke ubun2 akuhhh😫😫😫😫....sanggup gak yahh baca bab selanjutnya...paling ga kuat liat istri di dzolimin begini😣😣😣😣😣😣😣

2023-09-02

2

Nikita Ferlanda

Nikita Ferlanda

semangatt ya, yuuk kasih dukungan untuk othor kesayangan kita🥰

2023-09-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!