Di sebuah ruangan berdiri seorang pria paruh baya, matanya yang sudah mulai sayu menatap ke luar jendela dengan sebuah benda bernikotin di tangannya. Dia menghisap lintingan itu dengan penuh kenikmatan, lalu menghembuskannya secara perlahan.
Sementara di belakangnya ada sang anak buah yang baru saja ia beri tugas kecil.
"Bagaimana?" tanya pria itu dengan suara yang sedikit serak.
"Gadis itu benar-benar dijaga, Tuan. Sepertinya kita tidak bisa menyentuhnya dengan mudah. Orang yang di sekelilingnya bukanlah orang sembarangan," jawab anak buahnya. Dia adalah orang yang melempar botol kaca ke arah Bella, tetapi sayangnya benda tersebut tak berhasil mengenai tubuh gadis itu.
"Tidak masalah, ini masih permulaan. Biar dia tahu dulu, kalau ada seseorang yang mengincar nyawanya. Selamanya dia tidak akan hidup dengan tenang, kecuali dia mati," ucap pria paruh baya itu sambil menyeringai penuh. Entah apa tujuannya, yang jelas dia akan membuat hidup Bella dalam kegelisahan yang hebat.
"Kau boleh pergi," sambungnya sambil mengibaskan tangan, mengusir sang anak buah dari ruangannya.
***
Tiba di apartemen William langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah. Dia mengangkat satu alisnya saat mendengar suara bising di dalam dapur, menandakan ada seseorang di sana.
Saat William melangkah masuk, ternyata Bella sedang memasak sambil bersenandung kecil. Gadis itu menguncir rambutnya tinggi-tinggi seperti biasa. Dan ketika melihat William datang, Bella langsung mematikan kompor.
Berjalan cepat ke arah pria itu untuk mengambil tas kerja milik William. "Tuan, apakah anda sudah lapar? Kebetulan makanannya sudah matang." Tanya Bella, karena tidak biasanya William langsung masuk ke dapur.
Namun, bukannya menjawab William justru menggerakkan tangannya untuk mengapit pinggang Bella, dan tak lepas menatap manik cantik milik gadis itu.
"Aaa ...." Bella yang terkejut hanya bisa mengeluarkan suara itu, kemudian menunduk karena malu.
"Aku ingin memakanmu dulu," bisik William sambil merabaa pipi Bella, gadis itu tergagap karena tak tahu harus menjawab apa. Namun, detik selanjutnya William malah mengangkat dagunya untuk meraih bibir Bella, benda ranum yang seharian ini mengitari otaknya.
Bella kembali terbelalak, meskipun tak begitu terkejut seperti sebelumnya. William menggigit kecil bibir Bella, agar mulut gadis itu terbuka, memberikan akses pada lidahnya yang lihai untuk bermain di dalam sana.
Berhasil, sebab cukup mudah dalam mengendalikan Bella. William semakin memperdalam ciumannya, hingga ia berhasil mengangkat tubuh mungil gadis itu.
"Tuan, di sini ada Kak Leo," ucap Bella saat ciuman mereka terlepas. Dia memanggil Leo seperti itu karena kesepakatan yang terjadi di antara mereka saat pulang kuliah.
"Kalau begitu diam dan ikuti permainanku," balas William, kembali membelit Bella dalam gairahnya.
Tas William yang semula ada di tangan Bella terjatuh. Namun, semua itu tak mampu menghentikan aktivitas panas yang sedang William kerjakan.
Sementara Bella mendadak gugup, sebab dia melihat bayangan seseorang yang tengah melangkah ke arah dapur. Dan orang itu adalah Leo.
Bella ingin melepaskan ciuman William sebelum Leo datang. Namun, terlambat, karena Leo sudah lebih dulu melihatnya. "Astaga, yang benar saja kau, Will. Bercinta di tempat sembarangan, kalian pikir hanya ada kalian di tempat ini?" Cetus Leo sambil geleng-geleng kepala.
Entah sudah semerah apa wajah Bella saat ini, dalam gendongan William ia menelusupkan wajah ke dada pria itu, supaya tidak terlihat oleh Leo. Sementara William, si pria kaku yang tidak tahu malu hanya melirik sekilas ke arah sang sepupu.
"Aku bebas melakukannya di mana pun. Karena ini tempat tinggalku. Kalau kau tidak suka, kau boleh pergi, Sialan!" ucap William dengan nada angkuhnya.
Setelah mengatakan itu, William langsung melangkah melewati Leo untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak ingin siapa pun mengganggu kesenangannya.
"Cih, dasar saudara jahat. Benar-benar tidak berperasaan ya dia? Dia pikir hanya dia yang bisa bermain dengan para wanita? Hei, lagi pula ada hubungan apa kamu dengan Bella? Dari tadi kau belum menjawabnya," cerocos Leo, tetapi yang ia dapat justru gebrakan pintu yang sangat keras.
Astaga! Leo berjengit sambil mengusap-usap dadanya.
Sementara di dalam sana, William kembali melanjutkan aksinya. Dia membawa Bella masuk ke dalam kamar mandi untuk mengulangi permainan mereka.
"Tuan, apa yang akan kita lakukan?" tanya Bella dengan polos, padahal dia sendiri sudah merasakan gelombang yang tak biasa.
Dan raut inilah yang membuat William suka. William menangkup kedua sisi wajah Bella, kemudian ibu jarinya menyisir bibir Bella yang nampak merah seperti buah cherry. Sebab kini gadis itu sudah berada di atas tubuhnya, mereka berendam di dalam bathtub.
"Membuatmu bersuara seperti semalam, keluarkan suaramu, Bel. I like it ... Honey," ucap William dengan mesra, benar-benar di luar dugaan, sebab pria itu hanya hangat ketika sedang beradegan ranjang.
Tak berapa lama kemudian William kembali mengerang, dia terus menghajar tubuh Bella tak peduli pada ponselnya yang kembali berdering, menampilkan nama sang ibu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Cipika Cipiki
Mungkin tadinya Bella mau Freya jual kepada aki aki ini tapi malah di jual ke William
2024-06-24
0
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
knp gk di nikahi aja sih Will Bela nya kan kasian klo HNY jadi pemuas nafsu mu
2023-11-12
0
Khairunisa 19
bikin candu y Will..../Smirk/
2023-11-07
1