Setelah pulang dari rumah sakit, untuk mengurus alat kontrasepsi yang Bella pakai. William langsung pergi ke perusahaan karena mendengar kabar tentang Freya. Dia duduk di meja kebesarannya, mendengarkan apa yang baru saja dilaporkan oleh asistennya, Jo.
"Dia mati?" tanya William dengan tatapan menyelidik. Dan Jo langsung menganggukkan kepala, membenarkan semua itu.
"Sepertinya dia takut dengan anda, Tuan, jadi dia lebih memilih untuk bunuh diri," jelas Jo bohong. Padahal Freya masih baik-baik saja, dan kini sudah berpindah tempat. Tembakan yang ia luncurkan, hanya untuk meyakinkan anak buahnya bahwa wanita itu benar-benar sudah meregang nyawa.
Seketika itu William mengatupkan rahangnya dengan tangan terkepal. Kini Bella benar-benar telah menjadi tanggung jawabnya. Sebab Freya sudah tidak ada.
"Cih, wanita itu sungguh tidak tahu malu. Tanpa berterima kasih dia sudah pergi ke neraka," gumam William, dan nyatanya kini dia pun tak bisa melepaskan Bella begitu saja.
Sebab seperti sudah ada yang terikat di antara mereka. William bisa berhasrat hanya dengan membayangkan percintaan mereka.
Biar sajalah, dia akan mengikuti alurnya. Kalau memang Bella ditakdirkan berada di sisinya. Bukankah dia tidak boleh menyia-nyiakan hal itu? Meski pun hubungan di antara mereka hanyalah sebatas teman di atas ranjang.
"Kalau begitu, kau kirim orang untuk mengawasi gadis itu," pungkas William, dia tidak akan membiarkan Bella tahu kalau Freya sudah meninggal, apalagi sampai membuat gadis itu kabur untuk kembali menemui ibu tirinya.
"Baik, Tuan, tapi sebelumnya saya juga ingin bilang, kalau anda disuruh membuka pesan dari Nyonya El, katanya ini mengenai pernikahan Tuan Zack yang sebentar lagi akan diadakan," balas Jo, sebab dari semalam ponsel William tak bisa dihubungi. Ya, bagaimana bisa dia menerima panggilan atau pun membaca pesan dari sang ibu, kalau dia saja sedang sibuk bercinta dengan Bella?
Sumpah demi apa pun, dari semalam dia tidak sempat berpikir untuk menyentuh benda itu. Dia terlalu terbuai dengan kenikmatan yang Bella suguhkan.
"Aku lupa menaruh ponselku di mana," ujar William sambil mencari-cari benda pipih itu di saku jas dan celananya.
"Mungkin tertinggal di apartemen, Tuan," tebak Jo, dan William tak ambil pusing.
Dia mengangguk samar, kemudian mengalihkan pandangan pada layar komputer yang ada di depannya.
"Ya sudah nanti pulang dari perusahaan aku hubungi Mommy balik," pungkas William, sepertinya sang ibu tidak ingin dia melewatkan pernikahan saudara kembarnya. Jadi sudah pasti dia disuruh pulang ke mansion.
***
Meski badannya cukup lelah, Bella tetap memilih untuk masuk kuliah. Sebab dia masih berpikir tentang pendidikannya, seperti pesan yang sering dibicarakan oleh sang ayah, bahwa dia tidak boleh putus sekolah.
Saat Bella pulang, biasanya dia akan dijemput oleh supir yang sudah disediakan oleh William. Namun, tak seperti biasanya sang supir belum datang. Alhasil Bella menunggu dengan duduk di halte.
Karena bosan, Bella memilih untuk memainkan ponsel, tetapi tiba-tiba Bella dibuat terkejut saat sebuah tangan menariknya dan membawa dia dalam rengkuhan.
Crank!
Suara botol kaca pecah begitu saja saat melandas di aspal. Bella terhenyak dengan pupil matanya yang membesar. Dia mendongak untuk melihat siapa yang datang menolongnya. Dan ternyata dia adalah Leo.
"Kamu?" gumam Bella semakin terperangah. Sementara Leo terus menajamkan penglihatannya, mencoba mencari siapa pelaku yang telah berusaha menyelakai Bella. Namun, ternyata pelaku sudah kabur.
"Kau tidak apa-apa, Manis?" tanya Leo sambil memperhatikan wajah Bella dengan seksama.
Saat mendengar panggilan itu, Bella langsung tersadar, dia mundur dengan cepat agar tubuhnya tidak berhimpitan dengan dada bidang Leo.
"Aku tidak apa-apa, tapi bagaimana kamu bisa ada di sini? Dan siapa tadi yang berusaha melemparku dengan botol kaca?" tanya Bella bertubi-tubi menuntut jawaban.
Leo menghela nafas pelan. "Aku bosan di apartemen sendirian. Jadi aku berinisiatif untuk menjemputmu. Beruntung aku datang tepat waktu, kalau tidak mungkin kepalamu sudah bocor."
Tanpa ragu Leo langsung menggenggam tangan Bella, membuat gadis itu terbelalak, saat Leo hendak menariknya Bella langsung meronta agar tautan itu terlepas.
"Ish, jangan sembarangan deh," ketus Bella dengan bibir mencebik. Entah kenapa kalau bersama Leo, dia lebih berani, berbeda jika sudah bersama William.
"Hei, aku hanya tak ingin kau ada dalam bahaya lagi, ayo cepat naik! Kak Leo yang tampan ini akan mengantarmu pulang," seru Leo sambil menunjuk mobil menggunakan dagunya. Bella melihat sekitar, kejadian yang baru saja ia alami ini sungguh aneh, karena selama ini ia tidak pernah membuat masalah dengan siapa pun.
Tak ingin larut dalam lamunan, Bella pun akhirnya menurut. Dia masuk ke dalam mobil, tetapi memilih untuk duduk di kursi belakang.
"Hei, kenapa tidak di depan?" tanya Leo, dan Bella hanya menggelengkan kepalanya lucu, membuat Leo merasa gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
John de Joenk
akal akalan leo kayaknya..nyewa preman seolah olah mau berbuat jahat ke bella..terus muncul leo sbg pahlawan
2024-02-12
0
Anton Simpang2017
gaya Leo aja tu,cara basi ambil perhatian bella
2023-11-26
2
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
Siapa yang mau mencelakai Bella yaaaaaaa
2023-11-12
0