Setelah berpakaian rapih, William keluar dan menyambangi dapur untuk sarapan. Di sana sudah ada Bella yang sedang menata makanan di atas meja.
Gadis itu juga sudah lebih fresh dari sebelumnya, sebab setelah melayani William Bella langsung membersihkan tubuhnya. Saat William duduk, tiba-tiba datang Jo dari arah balkon, dia tidak tahu kalau sang asisten sudah datang.
"Kapan kau tiba di sini?" tanya William tanpa mengalihkan pandangannya pada Bella sedang mengambil makanan.
"Sejak anda masih bersiap-siap, Tuan," jawab Jo apa adanya, bahkan ia tahu saat Bella keluar dari kamar sang Tuan.
"Kalau begitu duduklah, ikut sarapan dengan kami berdua."
Mendengar itu, Bella mengerjap beberapa kali. Apakah itu artinya dia boleh makan di meja yang sama dengan William? Bella melirik ke arah Jo, sorot matanya seolah melayangkan pertanyaan yang bercokol. Dan Jo langsung mengangguk, paham isyarat yang Bella berikan.
Gadis itu akhirnya tersenyum, lalu memilih untuk duduk di samping Jo, sehingga membuat William mengikuti gerakannya. Namun, William memilih untuk tidak peduli, dia memakan apa yang sudah dimasak oleh Bella, dan rasanya tidak terlalu buruk.
Hening, hanya ada suara dentingan alat makan yang mengisi suasana di sekitar mereka. Karena baik Jo dan Bella tak berani buka suara, selagi William masih menyelesaikan sarapannya.
Saat William bangkit dari duduk, Bella pun melakukan hal yang sama, dia mengambil tas kerja milik pria itu dan menyerahkannya, padahal saat itu Bella masih mengunyah.
Tak ingin membuat kesalahan lagi Bella segera menelannya dengan cepat.
"Tuan, apakah setelah aku membereskan tempat ini aku boleh pergi kuliah?" tanya Bella, karena tak mungkin dia seharian terkurung di apartemen William. Dengan membayangkannya saja dia sudah merasa bosan.
William berpikir sejenak. Karena dia bingung harus bersikap seperti apa pada Bella? Membebaskannya atau justru menahan gadis itu agar tidak bisa kabur ke mana-mana.
"Pergilah!" jawab William dengan suara pelan, dan berhasil membuat Bella tersenyum lebar. "Tapi ingat, kau tidak boleh pergi ke tempat lain, hanya kuliah."
"Baik, Tuan, terima kasih sebelumnya karena sudah berbaik hati padaku," ujar Bella dengan mata berbinar dan William bisa melihat itu.
William segera memalingkan wajah dan mengambil ponselnya yang ada di dalam saku jas, dia mengulurkannya pada Bella. "Berikan nomor ponselmu."
Bella yang terperangah langsung menatap ke arah William dengan tatapan tak percaya. Tak ingin membuang waktu, Bella memberanikan diri mengambil ponsel milik William dan mengetik nomornya di sana.
Bella? William menggumam nama itu. Namun, setelahnya dia kembali menyimpan benda pipih miliknya dengan cepat.
Sebelum benar-benar pergi dari apartemen, William mencondongkan wajah ke telinga Bella untuk berbisik. "Kau harus tahu, dalam hidup ini aku memiliki dua sisi. Jika saat ini aku baik, maka jangan kaget jika kelak aku mengeluarkan sisi yang lainnya."
Tak hanya merinding karena kalimat yang William lontarkan, tetapi karena hembusan nafas pria itu tepat mengenai tengkuknya.
"Habiskan sarapanmu dan lekaslah bersiap-siap," sambung William memberi perintah pada Bella, kemudian tatapannya beralih pada Jo yang sedari tadi hanya menjadi penonton.
Tanpa pamit lagi William langsung pergi ke perusahaan dengan Jo yang senantiasa mengekor di belakangnya. Sementara Bella hanya bisa menatap kepergian pria itu dalam diam, entahlah dia tidak mengerti apa yang tengah dia rasakan sekarang. William terlalu rumit, layaknya teka-teki.
Lamunan Bella buyar ketika mendengar ponselnya berbunyi, dia lantas mengambil benda pipih itu dan ternyata Lena menelponnya.
"Halo, Mah," sapa Bella saat panggilan sudah terhubung.
"Bel, bagaimana dengan keadaanmu sekarang? Kamu baik-baik saja di sana?" tanya Lena di seberang sana, terdengar cemas.
Bella terdiam, karena bingung ingin menjawab apa. Jika dikatakan secara fisik, dia memang baik-baik saja, tidak ada luka ditubuhnya. Namun, apakah ada orang yang akan baik-baik saja ketika tahu dirinya dijual?
"Mah, apa aku boleh mengatakannya dengan jujur?" tanya Bella dengan mata yang berubah memanas.
"Ada apa, Bel? Freya menyakitimu?" tebak Lena dan Bella langsung menggelengkan kepala, seolah sang ibu bisa melihat gerakannya.
"Mah, Tante Freya jual aku. Dan sekarang dia malah kabur, aku bingung, Mah. Orang yang beli aku nggak akan lepasin aku sebelum Tante Freya ketemu," ujar Bella dengan suara pelan, takut ada yang mendengar padahal di sini hanya ada dia seorang diri.
"Apa? Freya menjualmu? Benar-benar biadab, sekarang kamu di mana? Dan pada siapa kamu dijual?" cecar Lena.
Bella ingin menjawab, tetapi tiba-tiba suara bel apartemen berbunyi, membuat dia terkejut dan hampir melempar ponselnya. Secara reflek Bella pun mematikan panggilannya dengan Lena, lalu melihat siapa yang datang.
Bersamaan dengan itu sebuah pesan masuk dari William, mengatakan bahwa ada seorang supir yang akan datang menjemput Bella.
@@@
Jangan lupa disirem oey🙃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
John de Joenk
lama lama william bucin ma bella
2024-02-12
0
John de Joenk
lah orang kaya mah bebas..kasih sopir buat antar jemput..bella si gadis cute
2024-02-12
0
reza indrayana
bener² bikin dredeg...😥😥😥
2024-02-11
1