Karena nyaris tak bisa tidur, Bella bangun lebih dulu di saat hari masih gelap. Dia segera pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dengan bahan-bahan seadanya.
Dia tidak lagi terkejut dengan semua perobatan rumah yang terlihat mahal, sebab dia pun pernah memilikinya. Dulu, sebelum sang ayah meninggal, dan perusahaannya gulung tikar.
Bella menguncir rambutnya tinggi-tinggi dan memakai celemek agar bajunya tidak kotor. Dia berusaha memasak secepat mungkin, agar saat William bangun semuanya sudah siap.
Hari ini dia hanya mampu membuat sup dan prekedel. Di tengah kesibukannya, sebuah telepon masuk. Bella mengernyit, antara ingin menerima panggilan itu atau tidak, takut jika dirinya dicap lancang. Akan tetapi telepon itu terus berdering, hingga akhirnya Bella pun bergegas. "Hal, halo?" Ujarnya terbata.
"Masuk ke kamarku sekarang!" titah William dengan penuh penekanan, karena dia harus menunggu lama sampai Bella mengangkat teleponnya.
Sambungan terputus, dari suaranya Bella jelas tahu bahwa itu adalah suara William. Bella bergeming, tetapi ia lekas teringat dengan pesan Jo, agar tidak membuat William marah.
Akhirnya Bella pun segera mematikan kompor, kemudian melangkah ke arah kamar William. Gadis itu mengetuk pintu dengan perasaan gugup, baru satu kali ketukan suara William kembali bergema. "Masuk!"
Bella menghela nafas, berhadapan dengan William sungguh menguji kekuatan batinnya. Saat pintu terbuka, dia langsung disuguhi tubuh telanjang William yang tengah berdiri di samping nakas sambil memainkan ponsel.
Mata Bella membulat sempurna dan berusaha untuk berpaling. Tak ingin melihat hal-hal yang tak seharusnya dia lihat.
Astaga, bagaimana aku bisa tenang, kalau dia saja suka semau-maunya. Itu kan area sensitif, mana bisa dilihat oleh sembarang orang.
Melihat itu William mengangkat pandangannya pada Bella yang mematung. Helaan nafas kasar langsung keluar dari mulutnya, karena untuk seumur hidupnya dia dihadapkan dengan gadis yang sangat merepotkan. Tidak cocok sama sekali dengan kepribadiannya yang irit bicara.
"Untuk apa kau berdiri terus di sana? Lakukan tugasmu sekarang!" cetus William, pagi-pagi begini dia harus tarik urat untuk mengajari Bella.
"Tugas yang mana, Tuan? Aku sudah memasak sarapan, kalau bersih-bersih belum," jawab Bella dengan jujur. Yang membuat William semakin frustasi.
"Astaga, apakah aku harus terus bicara untuk mengatakan apa saja tugasmu!? Layani aku!"
Layani? Satu kata mendadak berputar di otak Bella. Dia berpikir bahwa William menginginkan sebuah percintaan, mengingat tak ada satu helai benang pun yang melekat di tubuh pria tampan itu.
Tubuh Bella kembali gemetar, apakah benar William akan terus menagihnya sampai dia dapat memuaskan?
Dan semua itu diperkuat saat William menarik lengannya masuk ke dalam kamar mandi. Bosan berkata, akhirnya William mengajari Bella dengan sebuah tindakan.
"Tuan," panggil Bella dengan raut wajah ketakutan, tetapi William sama sekali tak meluruhkan tatapan tajamnya. "Aku belum siap."
Dan tidak akan pernah siap!
William menarik sudut bibirnya ke atas, melihat Bella yang lemah dan berpikir bahwa dia akan melakukan tindakan asuusila terhadap bocah remaja sepertinya sungguh membuat William ingin tertawa.
Mana mungkin aku akan tergoda olehnya. Dia hanya bocah ingusan.
"Aku tidak peduli kau siap atau tidak. Tapi perlu ku ingatkan, pikiranmu terlalu jauh!" tukas William dengan penuh penekanan. Detik selanjutnya Wiliam menyalakan shower, membuat Bella malu sendiri dengan pikirannya.
Astaga, sebenarnya apa sih yang aku pikirkan? Ternyata dia tidak seburuk itu, Bel, kamu tidak perlu terlalu takut.
Karena sesungguhnya William hanya meminta Bella untuk membantunya mandi dan menyiapkan seluruh kebutuhannya. Tidak lebih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
John de Joenk
pengen di sabunin dan gosok gosok tubuhnya
2024-02-12
0
reza indrayana
Huchh ..hampir mau nangis. kwatir dn takut Bella d lecehkan ....😥😥
2024-02-11
1
violet
😂😂😂😂🤭
2024-01-16
1