"Kau akan tinggal di sini sampai Freya ditemukan. Kau bisa mengurus masalah rumah tangga 'kan?" tanya William dan Bella langsung menganggukkan kepala. "Bagus. Jangan sampai aku menampung orang yang tidak berguna." Sambung pria itu seraya melangkah ke salah satu kamar, dia membuka pintu.
"Kau bisa pakai kamar ini!"
"Terima kasih, Tuan. Tapi bagaimana dengan pakaianku? Semuanya ada di rumah Tante Freya," ujar Bella, memberanikan diri untuk bicara.
William menghela nafas kasar, bersamaan dengan itu Jo datang dengan membawa beberapa paper bag di tangannya.
"Jo, kau urus dia. Aku ingin istirahat," kata William pada sang asisten.
"Baik, Tuan," jawab Jo dengan cepat. William masuk ke dalam kamarnya sendiri, kamar yang jauh lebih luas. Sementara Jo mendekati Bella dan menyerahkan paper di tangannya.
"Di sini ada pakaian dan beberapa benda yang anda butuhkan, Nona. Selebihnya mungkin nanti besok saya belikan," ucap Jo, terdengar lebih ramah di telinga dari pada suara William yang senantiasa tarik urat.
"Terima kasih, Tuan," balas Bella sambil melepaskan ketegangan yang sedari tadi menyelimuti dirinya. Berdekatan dengan William benar-benar menguji adrenalin.
"Silahkan masuk ke kamar anda dan beristirahat. Mulai besok, anda yang akan bertanggung jawab masalah kebersihan di apartemen ini, dan kalau bisa, anda juga harus memasak. Apakah anda mengerti, Nona?" jelas Jo dengan gamblang.
Bella menganggukkan kepala, baginya hal seperti itu sudah biasa. Karena di rumah pun dia sering membantu Lena mengerjakan semuanya.
"Kalau begitu saya pamit pulang. Selamat malam."
Jo membungkukkan badan sekilas kemudian melangkah pergi, tetapi sebelum itu terjadi Bella lebih dulu menahannya. "Tuan, tunggu!"
Saat Jo berbalik, dia melirik tangan Bella yang memegangi lengan jasnya. Gadis itu seperti tak ingin membiarkan Jo pergi.
"Apakah Tuan tidak tinggal di sini?" tanya Bella dengan tatapan polos.
"Maaf, Nona, saya punya tempat tinggal sendiri. Jadi saya harus pulang."
"Jadi, aku hanya tinggal dengan Tuan Pemarah itu?"
Jo mengangkat sudut bibirnya sekilas, mendengar panggilan baru Bella untuk William. "Benar, anda hanya akan tinggal bersama Tuan William. Ingat ya, selagi dia memerintahmu dengan cara baik-baik, lekas lakukan perintahnya, jangan menunggu dia marah."
"Tapi dia tidak pernah bisa baik-baik denganku," ujar Bella sambil menatap pintu kamar William yang tertutup rapat.
"Pembawaan Tuan William memang seperti itu terhadap orang baru, jadi anda harus terbiasa."
Bella menghela nafas panjang. Sepertinya dia harus membiasakan diri dengan kehidupan barunya. "Oh ya, satu lagi, Tuan. Apakah Tante saya benar-benar tidak bisa ditemukan?"
"Untuk saat ini belum. Tapi kami sedang berusaha untuk terus mencarinya. Dan selama itu, anda akan menjadi jaminannya," jawab Jo yang membuat tubuh Bella terasa lemas semua.
Detik selanjutnya dia membiarkan Jo pergi meninggalkan apartemen, sementara dia masuk ke dalam kamar yang bersebelahan dengan kamar William.
Malam kian larut, tetapi nyatanya William tak bisa terlelap. Sedari tadi dia senantiasa terjaga dengan sebatang benda bernikotin yang terapit di antara jarinya.
"Freya, kau sungguh mengujiku kesabaranku. Kau pikir aku adalah superhero yang suka menolong orang dengan sesuka hati? Cih, aku bahkan bisa membunuhmu dalam satu kali tembak," gumam William sambil menatap pemandangan di luar jendela.
Sejak mengelola perusahaannya sendiri, William memutuskan untuk keluar dari mansion keluarganya. Dan sebagai pria dewasa, William sadar akan kebutuhan biologisnya. Namun, dia justru memilih untuk menyalurkan semua itu pada wanita yang bukan istrinya.
Karena bagi William percintaan hanyalah nomor sekian. Selebihnya dia hanya suka bekerja dan mengurus perusahaan.
Drt ... Drt ... Drt ...
Ponsel William bergetar di atas nakas. Dia segera mengambil benda pipih itu dan melihat siapa orang yang menghubunginya malam-malam seperti ini.
"Leo?" gumam William.
"Halo, Will, kau sedang apa di sana? Apa kau sudah tidur?" tanya Leo, sang sepupu yang memiliki usia 7 tahun di bawahnya. Kini ia sedang menempuh studi di negara yang berbeda.
"Kau pikir bagaimana? Apakah orang tidur bisa menerima telepon, lagi pula seperti tidak ada waktu lain saja menelponku tengah malam," cerocos William.
Leo terkekeh di seberang sana.
"Di sini masih jam 1 siang, Will. Oh iya, aku ingin memberitahumu kalau aku akan pulang minggu depan. Dan aku akan menginap di apartemenmu," ujar Leo yang membuat William mengernyitkan dahi.
"Kenapa harus apartemenku?"
"Ya, karena hanya kau yang jomblo. Zack kan sudah mau menikah. Jadi sudah tidak bisa aku repotkan."
"Jadi kau datang hanya ingin merepotkanku?"
"Will, masih ada mata kuliah yang harus ku ikuti. Sudah dulu ya."
"Hei, jawab aku dulu, Sialan!" sentak William, tetapi panggilan itu justru sudah diputus secara sepihak. "Ck, kenapa orang-orang tak bisa mengurus dirinya sendiri?"
***
Ayo diinget² lagi silsilahnya🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
@bimaraZ
silsilahnya udah terlalu banyak jadinya lupa2 inget...kalo kisah leo yg jd pebinor mah usah baca di sebelah...
2025-04-08
0
Cipika Cipiki
waktu tinggal di mansion William adalah pria yang kalem dan cuek , tapi ketika dewasa kenapa malah seperti grandpa Ken 😀
2024-06-24
0
violet
seperti nya sudah mulai lupa
2024-01-16
1