Lily membuka mata sesaat lalu menutupnya kembali. Pandangannya serasa berputar. Ia mencoba merasakan kondisi di sekitarnya sebelum kembali membuka mata. Dia beringsut menyandarkan tubuhnya pada head board. Ia juga merasa tidak nyaman pada perutnya.
Tangannya meraba-raba pada nakas yang ada di samping tempat tidur, lalu mengambil sebuah benda persegi. Mengabaikan beberapa notif dan langsung ke menu telepon.
"Bi, tolong anterin sarapan ke atas ya, sama susu hangat juga! " Pinta Lily dari ponselnya.
Lily memegang kening dan lehernya yang terasa hangat. Tadi malam, beberapa kali ia terbangun karena mimpi buruk. Dia serasa melihat berbagai makhluk menyeramkan. Makhluk-makhluk aneh itu berusaha mengejarnya. Lily terus berlari hingga kelelahan. Dan rasanya mimpi itu nyata. Ia merasa lelah saat terbangun. Dan anehnya mimpi yang sama kembali datang saat Lily tertidur.
"Ya, ampun! Gue kenapa sih? " Keluhnya. Lily kembali meletakkan ponselnya pada nakas. Kembali meringsut merebahkan dirinya, pusing di kepalanya terasa semakin menjadi, tak lama ia kembali tertidur.
---___---
Bi Fatma baru saja turun dari ruangan Lily membawa kembali sarapan Lily yang hanya disentuh sedikit.
"Itu apa, Bi? " tanya Nathan yang kebetulan berada di dapur baru saja selesai membuat jus mangga hasil panen kemarin.
"Oh, ini, Non Lily makannya gak habis mas. Lagi demam, badannya anget. "
"Demam? bukannya kemarin baik-baik saja ya? kalo gak salah tadi malam saya lihat Lily juga keluar kayaknya. "
"Iya mas, tau-tau pagi telpon bibi, katanya lemas dan pusing gak bisa turu sarapan di sini! "
"Owh... Udah di kasih penurun panas bi? "
"Belum, ini baru bibi mau bawain obat! " Ujar bi Fatma sambil melangkah keluar, tapi kemudian ia berbalik kembali.
"Eh, mas Nathan dokter, tho? Periksaan Non Lily bisa gak mas? " Tanya bibi.
"Bisa bi, tapi saya ambil perlengkapan dulu di kamar, bibi tunggu di sini ya, nanti bareng-bareng ke kamar Lily, saya gak enak kalo harus ke atas sendiri. " Ucap Nathan lalu bergegas naik ke lantai dua.
---___---
"Gimana, mas? " Tanya Bi Fatma saat Nathan selesai memeriksa Lily.
"Panasnya lumayan tinggi, Bi, tapi semoga aja hanya demam biasa. Sementara saya kasih obat penurun panas dulu. Nanti di cek lagi, semoga panasnya turun setelah minum obat. "
"Gitu ya mas? Non Lily kira-kira kalo ditinggal apa gak pa-pa mas?" Tanya Bi Fatma ragu.
"Kalo cuma demam gak pa-pa sih bi, tapi sebaiknya sering di lihat dan di cek terus suhu tubuhnya. Memang kenapa Bi? "
"Ngg, mas Nathan sibuk ga ya? " Tanya bi Fatma lagi.
"Gak sih bi, kenapa? "
"Bibi bisa minta tolong mas Nathan temani Non Lily dulu gak? Soalnya itu, bibi mau ke pasar dulu, ada beberapa stok dapur yang kosong. Tapi bibi juga cemas kalo harus ninggalin Non Lily sendiri. Soalnya dari kecil Non Lily kalo demam sering mimpi buruk mas." Terang bi Fatma.
"Oh, ya udah gak pa-pa, Bi. Biar saya jagain Lily dulu, saya bisa nunggu di luar atau di balkon nanti. Tapi bisa minta tolong gak bi? ambilkan kompresan, juga ini sama bangunin Lily biar minum obat dl. " Pinta Nathan.
"Oh, bisa mas, sebentar bibi ambilin dulu. " Bi Fatma segera melaksanakan apa yang diminta Nathan, sementara itu Nathan menunggu di sofa tak jauh dari tempat tidur Lily.
"Non, Non Lily, minum obat dulu ya biar panasnya cepat turun." panggil Bi Fatma sambil menepuk pelan punggung tangan Lily.
Lily mengerjapkan matanya. Bi Fatma mengulangi ucapan nya.
"Non, minum obat dulu ya! " Bi Fatma menyodorkan sebutir penurun panas dan segelas air. Lily segera meminum obatnya dan kembali tertidur. Dia tak melihat sosok Nathan karena memunggungi pemuda itu. Sayup ia mendengar bibi Fatma yang berbicara dengan seseorang, tapi rasa pusing, dan matanya yang juga terasa berat membuat Lily mengabaikan hal itu.
---___---
Nathan dengan telaten mengganti kompres Lily, juga mengecek suhu tubuhnya. Bahkan sepeninggalan bi Fatma, Nathan tidak pernah beranjak dari ruangan Lily di lantai tiga.
"Udah mendingan, tidurnya juga nyenyak. " Gumam Nathan sambil menyentuh kening dan leher Lily dengan punggung tangannya. Di tatapnya wajah yang sedikit pucat tengah tertidur. Nathan merapikan beberapa helai rambut yang mengganggu di wajah Lily. Mengusap pelan ubun-ubun gadis itu.
"Lucu banget sih! " Gumam Nathan.
Gadis itu seperti putri tidur sangking nyenyak nya. Dia sama sekali tidak sadar jika ada orang lain di kamarnya. Padahal Nathan sudah berkali-kali mengganti kompres nya.
Setelah puas menatap Lily, Nathan kembali ke sofa. Mengambil ponselnya dan menggulir layarnya. Tak lama, rasa bosan menyergap, Nathan menguap beberapa kali karena hanya bisa bermain ponsel sejak tadi. Nathan mengambil posisi rebahan di sofa, dan beberapa menit kemudian ia pun terhanyut.
---____---
Bi Fatma naik ke lantai 3 untuk memeriksa anak majikan yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. Sekalian mau menanyakan siapa tau Lily ingin di masakan atau memakan sesuatu. Sepulang dari pasar, Bi Fatma langsung merapikan dan membersihkan semua yang ia beli. Membersihkan sayur, daging, ikan, ayam dan membaginya dalam beberapa kotak dan menyimpannya di lemari es. Juga menyiapkan bumbu-bumbu untuk menu masakannya.
Ia melihat Nathan yang ternyata tertidur di sofa sudut kamar karena menjaga Lily. Dihampirinya tempat tidur anak majikannya tersebut. Lily sepertinya masih terlelap. Berlahan, Bi Fatma pun kembali ke bawah.
Sepertinya ia akan membuatkan bubur dan sup ayam wortel saja untuk nona nya.
---___---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments