Lidah selicin ular

Ibu Hindun, juga pura pura menangis di depan Mahendra. Dan itu membuat Liana menjadi bingung, disini siapa yang salah dan siapa yang benar suami Liana tidak bisa mengetahuinya. Karena pada waktu kejadian Mahendra sedang ada di kamar mandi dan menyalakan kran air, jadi tidak mendengar apapun tentang keributan tadi pagi.

Liana mulai melontarkan pertanyaan yang membuat.Mahendra spontan memeluk tubuh Liana.

"Mas biarkan aku kerja"

"Aku mau kerja jadi TKW"

"Biar aku gak rugi ngerjain urusan rumah tangga"

"Kalau di luar negeri gajinya jutaan meski kerjaan nya jadi babu dan menggosok WC"

"Di rumahmu aku kayak babu gratisan selalu jadi sasaran ibumu" Liana berbicara pada suaminya dengan isakan tangis.

Mahendra memeluk tubuh Liana dari depan, dan mencium kening Liana.

"Sayang..."

"Gak usah didengerin kata kata ibu ya..."

"Maklum ibu kan sudah tua"

"Jadi sudah jadi kebiasaanya ngomel ngomel kayak gitu" kata Mahendra.

Tapi hati nurani Liana mengatakan bahwa watak dan karakter ibu Hindun yang jelek. Suka membesar besarkan masalah persoalan walaupun itu hanya sepele. Liana tidak bisa berhenti menangis, entah sudah berapa kali ibu Hindun selalu meremehkan dan menghina Liana dengan seenak jidatnya.

Liana tidak mau termenung terus menerus, kini Liana dan Mahendra akan berangkat menuju toko. Ya Liana dan Mahendra memiliki sebuah usaha toko pertanian, karena rumah mereka tidak jauh dari perkebunan sayur.

Liana mengecek semua barang yang ada di toko. Stok barang mulai agak menipis, karena setengah dari laba toko selalu habis digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

"Mas, barang toko kita sudah mulai menipis"

"Tapi anggunan kita masih terbayar setengah mas di bank"

"Gimana ini, tumpuan ekonomi kita hanya toko ini"

"Tapi kalau begini terus kita bisa kolaps mas" jelas Liana sambil menata stok terakhir yang ada.

Mahendra kini terdiam dan memikirkan terobosan ide baru untuk usahanya.

"Ma begini saja"

"Aku akan mencari tambahan dana untuk toko kita" saran Mahendra.

Liana menghentikan aktifitasnya, dan memandang suaminya lekat lekat.

"Mas apa kamu tahu kejadian tadi pagi" tanya Liana pada Mahendra.

"Tidak ada, kayak gak dengar apa apa" balas Mahendra.

Liana diam dan tidak mau memperpanjang masalah nya tadi pagi.

*****

Pagi pagi buta ibu Hindun pergi ke rumah adik ipar yang tak jauh dari rumah ibu mertuaku. Pada waktu itu benar benar masih subuh dan adzan masih berkumandang. Matahari pun belum mau mengintip ke di atas langit sana.

Ibu Hindun, pergi ke rumah Aisyah adik dari Mahendra yang memang sudah berkeluarga.

Aisyah yang baru bangun hendak ke dapur dan dikejutkan ketukan pintu oleh ibunya.

Setelah aisyah membukakan pintu untuk ibu Hindun, dia langsung menerobos masuk dan menyeret Aisyah ke dalam rumahnya.

Ibu Hindun menceritakan apa yang terjadi pada kemarin pagi,Aisyah tampak marah dan geram. Tapi Aisyah memperingatkan ibunya agar tenang karena Aisyah punya cara tersendiri untuk memberi pelajaran pada Liana.

Sore itu Aisyah berkumpul bersama ibu ibu sambil mengajak anak masing masing.

"Ibu ibu tahu gak itu si Liana bikin salah ke ibu aku"

"Terus ibu minta maaf ke Liana gak digubris gitu"

"Sampai sampai ibu itu bersimpuh di kaki Liana sambil minta maaf" cerca Aisyah yang memutar balikkan kejadian yang sebenarnya.

"Kok Liana begitu ya,,, "

"padahal keliatan nya dia sangat baik ya"

Salah satu dari ibu ibu itu berbicara.

Kini Liana diinjak lagi harga dirinya oleh keluarga Mahendra suaminya. Ibu mertua yang tidak pernah melihat ketulusan menantu yang bersedia merawat semua urusan rumah tangga bahkan membantu perekonomian keluarga demi kebaikan bersama.

Episodes
1 Ku Taruh harga diriku di kaki ibu mertua.
2 Lidah selicin ular
3 Suamiku mengutarakan niatnya
4 Aisyah yang suka menghina
5 kehidupan desa
6 Mahendra mulai bekerja
7 Mahendra berteduh di rumah pak rahmad
8 Hujan deras yang membagongkan
9 Ku Anggap suamiku pecundang
10 Ibu Hindun sangat iri
11 Kubayar mahal ketika suamiku bekerja.
12 Liana dikira janda kembang
13 Kesadaran mahendra
14 Mahendra ingin dianggap Liana
15 Tidak bertegur sapa
16 Kekecewaan Liana pada Mahendra
17 Liana kembali bertemu dengan Seno
18 ibu Hindun mengeluh pada Mahendra
19 Liana belajar dari yang sudah berlalu
20 Ceraikan saja istrimu
21 Anakku bukan milikmu Liana
22 Seperti ada tai dimuka Liana
23 Tanda tangan yang mengubah aegalanya
24 Ibu Hindun pamer
25 Renovasi rumah, ibu Hindun dan bapak Suparman tamak
26 Dion anakku jadi sasaran
27 Aku sudah lelah
28 Liana memilih tidak bersaing dengan mertua
29 Omelan ibu Hindun
30 Aisyah yang serakah
31 Ipar yang mempesona
32 Buku tabungan milik Mahendra
33 Liana memulai hidup baru tanpa saingan
34 Lebaran yang membawa luka
35 Ibu Hindun berkehendak sesuka hati
36 Tanda tangan bukan dengan partner bisnis
37 keserakahan ibu Hindun
38 Rumah idaman untuk Liana
39 Aisyah yang manipulatif
40 Uang satu miliar
41 Liana teringat mas Mahendra
42 Pesta yang berujung lamaran
43 ibu Hindun meminta Mahendra menikah lagi
44 kagetnya bukan main
45 komentar sang adik
46 mengajak calon istri jalan jalan
47 Senyum Liana
48 Ciuman cinta untuk mahendra
49 Mas Seno kepanasan
50 Orang tua mas seno
51 Tuan Albert dan Ibu Sasmita
52 Lamaran untuk Mahendra
53 Obsesi susanti
54 Liana partner bisnis pak Somad
55 Kekaguman Mahendra
56 Kamu dijual ibumu Mahendra
57 Surat undangan
58 Kulepas status jandaku
59 Kutemui mantanku
60 Hati Mahendra
61 Ibu Hindun mencari mahendra
62 Sebuah konsekuensi
63 Rasa penasaran mas Seno
64 Kegelisahan Aisyah
65 Mimpi Liana
66 Harapan Susanti untuk seorang Mahendra
67 Ibu Hindun dan petaka
68 Aisyah menemui Liana
69 Permintaan aisyah
70 Bujuk rayu Liana
71 Jatuh tempo
72 Mas Seno menemui pak Bagas
73 Kail dan umpan milik mas seno
74 kejutan buat Liana
75 Susanti hamil, pak Somad mencari Mahendra.
76 Menantu idaman untuk ibu Sasmita
77 Liana tak bisa lupa
78 kejengkelan Aisyah
79 Rayuan ibu Sasmita pada Liana.
80 Mahendra memberi kabar pada Aisyah
81 Ibu Sasmita bertemu Ibu Hindun.
82 Ibu Hindun tak berubah
83 Penawaran ibu Sasmita
84 Ayo kita jemput Mahendra
85 Mas Seno dan mas Mahendra
86 Nasehat mas Seno
87 Renungan untuk mas Mahendra
88 Keputusan Mahendra
89 Melamar Susanti
90 Ibu Hindun koma,
91 Kesadaran Aisyah
92 Permintaan sang putra
93 Tetap memejamkan mata
94 Suara yang dirindukan
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Ku Taruh harga diriku di kaki ibu mertua.
2
Lidah selicin ular
3
Suamiku mengutarakan niatnya
4
Aisyah yang suka menghina
5
kehidupan desa
6
Mahendra mulai bekerja
7
Mahendra berteduh di rumah pak rahmad
8
Hujan deras yang membagongkan
9
Ku Anggap suamiku pecundang
10
Ibu Hindun sangat iri
11
Kubayar mahal ketika suamiku bekerja.
12
Liana dikira janda kembang
13
Kesadaran mahendra
14
Mahendra ingin dianggap Liana
15
Tidak bertegur sapa
16
Kekecewaan Liana pada Mahendra
17
Liana kembali bertemu dengan Seno
18
ibu Hindun mengeluh pada Mahendra
19
Liana belajar dari yang sudah berlalu
20
Ceraikan saja istrimu
21
Anakku bukan milikmu Liana
22
Seperti ada tai dimuka Liana
23
Tanda tangan yang mengubah aegalanya
24
Ibu Hindun pamer
25
Renovasi rumah, ibu Hindun dan bapak Suparman tamak
26
Dion anakku jadi sasaran
27
Aku sudah lelah
28
Liana memilih tidak bersaing dengan mertua
29
Omelan ibu Hindun
30
Aisyah yang serakah
31
Ipar yang mempesona
32
Buku tabungan milik Mahendra
33
Liana memulai hidup baru tanpa saingan
34
Lebaran yang membawa luka
35
Ibu Hindun berkehendak sesuka hati
36
Tanda tangan bukan dengan partner bisnis
37
keserakahan ibu Hindun
38
Rumah idaman untuk Liana
39
Aisyah yang manipulatif
40
Uang satu miliar
41
Liana teringat mas Mahendra
42
Pesta yang berujung lamaran
43
ibu Hindun meminta Mahendra menikah lagi
44
kagetnya bukan main
45
komentar sang adik
46
mengajak calon istri jalan jalan
47
Senyum Liana
48
Ciuman cinta untuk mahendra
49
Mas Seno kepanasan
50
Orang tua mas seno
51
Tuan Albert dan Ibu Sasmita
52
Lamaran untuk Mahendra
53
Obsesi susanti
54
Liana partner bisnis pak Somad
55
Kekaguman Mahendra
56
Kamu dijual ibumu Mahendra
57
Surat undangan
58
Kulepas status jandaku
59
Kutemui mantanku
60
Hati Mahendra
61
Ibu Hindun mencari mahendra
62
Sebuah konsekuensi
63
Rasa penasaran mas Seno
64
Kegelisahan Aisyah
65
Mimpi Liana
66
Harapan Susanti untuk seorang Mahendra
67
Ibu Hindun dan petaka
68
Aisyah menemui Liana
69
Permintaan aisyah
70
Bujuk rayu Liana
71
Jatuh tempo
72
Mas Seno menemui pak Bagas
73
Kail dan umpan milik mas seno
74
kejutan buat Liana
75
Susanti hamil, pak Somad mencari Mahendra.
76
Menantu idaman untuk ibu Sasmita
77
Liana tak bisa lupa
78
kejengkelan Aisyah
79
Rayuan ibu Sasmita pada Liana.
80
Mahendra memberi kabar pada Aisyah
81
Ibu Sasmita bertemu Ibu Hindun.
82
Ibu Hindun tak berubah
83
Penawaran ibu Sasmita
84
Ayo kita jemput Mahendra
85
Mas Seno dan mas Mahendra
86
Nasehat mas Seno
87
Renungan untuk mas Mahendra
88
Keputusan Mahendra
89
Melamar Susanti
90
Ibu Hindun koma,
91
Kesadaran Aisyah
92
Permintaan sang putra
93
Tetap memejamkan mata
94
Suara yang dirindukan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!