Keesokannya.
Cahaya matahari sudah mulai menyusup masuk melalui celah jendela kamar. Kedua mata Dewi mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang mengenai matanya. Saat kedua matanya terbuka sempurna, ia langsung terkejut melihat jam di dinding kamarnya.
"Astaga ... sudah hampir jam tujuh? Aaaa aku terlambat bangun." Dewi berteriak namun tak terlalu kencang. Ia pun beranjak bangun dan langsung berlari ke kamar mandi.
15 menit kemudian..
Dewi keluar dari kamarnya, sudah dalam keadaan rapi dan wangi. Setelah tadi mandi memerlukan waktu 10 menit dan sisanya, ia pakai untuk mengganti pakaian dan bersiap diri.
Setelah siap, ia pun segera berlari ke depan. Namun tak lupa ia mengambil kunci terlebih dulu. Lalu setelah kunci berada di tangannya, ia landung berlari ke konter, agar ia bisa segera membersihkan konter sebelum konter buka.
Ceklekk...
Ia membuka ppintu konter itu. Lalu ia pun langsung masuk ke dalam. Beruntung keadaan konter tak terlalu kotor seperti setiap paginya. Karena kemarin pagi ia sudah membersihkannya. Jadi hari ini hanya perlu membersihkan sedikit saja.
°°°
Tepat jam delapan kurang 5 menit, akhirnya ia selesai juga membersihkan konternya. Tampak Ivan muncul dari balik pintu, lalu ia segera berjalan ke arah Dewi.
"Tumben baru selesai, Wi?" tanya Ivan keheranan.
"Iya, Van, tadi aku terlambat bangun. Semalam susah tidur soalnya," jawab Dewi.
"Ohhh, untung saja sudah selesai. Itu Ko David sudah keluar. Paling sebentar lagi dia masuk ke sini," ujar Ivan. Tak lama setelah Ivan bicara, David pun benar masuk ke konter.
"Buka rolling doornya, Van!" perintah David. Dan langsung di angguki oleh Ivan. Ivan pun langsung membuka rolling door, konter itu.
Saat konter baru buka, datanglah Bagus dengan menenteng beberapa kantong kresek di tangannya.
"Selamat pagi Dewi, Ivan, David." Bagus langsung menyapa dan tersenyum ramah.
"Pagi, Bli Gus." Ivan balik menyapa. Namun tidak dengan Dewi. Ia masih teringat akan kejadian semalam saat ia menjadi gugup. Ia pun akhirnya memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya.
"Pagi, Gus. Rajin sekali kau pagi - pagi sudah datang. Kami baru saja buka," sapa balik David.
"Ke marilah, masuk Gus," ajak David. Tanpa basa basi, Bagus pun langsung masuk ke dalam dan ia langsung duduk di sebelah David.
"Tadi aku kebetulan lewat, Vid. Sekalian mencari sarapan, nihh." Bagus menyodorkan kantong kresek yang tadi ia pegang, ke pada David. David langsung pun menerimanya.
"Thank you, Gus. Sering-sering saja seperti ini," canda David yang langsung disambut senyuman oleh Bagus.
"Wi," panggil David. Dewi pun langsung berjalan mendekat ke arah David.
"Iya, Ko."
"Ini sarapan buat kamu sama Ivan, dari bos besar," ucap David sambil menyerahkan 2 kantong kresek kepada Dewi. Dan langsung diterima oleh Dewi.
"Terima kasih Ko. Terima kasih, Bli Gus," ucap Dewi sopan. Tanpa sengaja ia memandang Bagus.
Ketika pandangan mata Dewi dan Bagus bertemu, tiba-tiba saja Bagus mengucapkan I love you. Dan itu terdengar jelas di telinga Dewi dan juga David. Seketika itu juga, mata Dewi langsung terbelalak lebar. Karena Dewi tak mau gugup lagi, ia pun memilih langsung kembali ke tempat biasa ia duduk.
Tak hanya Dewi saja yang terkejut oleh ungkapan Bagus, David juga sama terkejutnya. Ia bahkan langsung menatap Bagus.
"Bilang apa barusan, Gus?" tanya David menatap Bagus, heran.
"Ehh ini, bilang i love you untuk Shierin, aku tadi tak sengaja membaca pesan yang dia kirim kemarin," kilah David. Padahal bukan itu sebenarnya. Ia tadi memang mengatakan i love you pada Dewi.
"Ohhh." David pun hanya mengangguk - anggukan kepalanya saja.
Sementara Dewi, ia yang mendengar Bagus menyebut nama Shierin secara samar, ia merasa sedikit tidak suka. Ia mengira Shierin adalah istrinya Bagus.
"Dasar pria ya. Di rumah sudah punya istri, tapi kemarin dia dengan mudahnya mengatakan cinta padaku," gumam Dewi, sebal.
Tanpa ia tau jika Shierin itu bukanlah istrinya Bagus, melainkan anaknya.
"Bagaimana kabar Aska dan Shierin, Gus?" tanya David.
"Kenapa kau tidak pernah mengajaknya kemari?" tanyanya lagi.
"Mereka baik, Vid. Iya nanti jika ada waktu, aku akan mengajak mereka kemari. Sekalian mau di kenalkan dengan seseorang," ujar Bagus. David pun mengernyitkan keningnya.
"Siapa?" tanya David penasaran.
"Kau mau tau?"
David pun mengangguk.
"Nanti saja aku beri tahu, jika tidak lupa." Bagus pun terkekeh.
"Sialan kau!" David pun ikut terkekeh.
Mereka pun lanjut berbincang bincang, sesekali membahas mengenai bisnis mereka masing - masing.
***
Hari sudah semakin siang, pelanggan juga mulai berdatangan. Dengan cekatan, Dewi melayani setiap pelanggan yang datang. Sambil melayani pelanggannya, Sesekali Dewi menatap ke arah sebrang jalan. Di sana tampak dua pria pegawai bengkel tengah tersenyum ke arahnya. Ia pun membalas senyum juga.
Mereka adalah Joe dan Dio ( pegawai bengkel sebrang jalan), sedangkan di samping bengkel itu, ada kantor Astra Motor Honda yang menjadi tempat kerja Ricko.
"Terimakasih, Bu," ucap Dewi ramah pada pelanggannya yang sudah selesai belanja. Pelanggan itu pun kemudian pergi. Dan Dewi, ia memilih tetap duduk sambil menghadap ke arah bengkel.
"Kenapa melamun, Wi?" tanya Bagus yang tiba-tiba duduk di samping Dewi. Ia kemudian menatap kedua pria di sebrang jalan itu, kemudian ia beralih menatap Dewi kembali. Jujur, hatinya sungguh merasa senang bisa sedekat ini dengan Dewi.
Dewi terlonjak kaget setelah ia sadar Bagus sudah ada di dekatnya. Ia langsung menoleh ke arah kursi tempat bosnya duduk, yang ternyata kosong. "Kemana, Ko David ini?"
David tidak ada di kursinya. Dan Ivan juga tengah makan di belakang. Ia ingin segera menggeser kursinya agar ia tak sedekat ini dengan Bagus. Namun tangannya lebih dulu di pegang oleh Bagus.
Dug... Dug... Dug...
"Astaga, jantungku kenapa ini?" batin Dewi. Ia mulai merasa gugup lagi.
Jantung Dewi berdegub kencang saat tangannya di pegang oleh Bagus. Begitupun Bagus, jatungnya juga berdegub sangat kencang.
"Astaga... Dewi bisa mendengar suara jantungku tidak ya? Kenapa jadi berdetak cepat begini," batin Bagus.
Entah ada angin apa dan dorongan darimana, mereka berdua pun lantas saling menatap sama satu lain. Mata mereka saling bertemu. Dan tiba - tiba...
Cup! Bagus mengecup singkat pipi Dewi. Dan itu langsung membuat Dewi diam mematung di tempatnya.
"Wi..." Bagus menepuk pundak Dewi. Seketika Dewi pun tersadar. Dan ia langsung menepis tangan Bagus yangs saat ini masih memegang tangannya. Ia kemudian menoleh ke kursi bosnya, namun bosya masih belum datang. Ia pun memilih segera menjauh dari Bagus.
"Kenapa menciumku? Bagaimana kalau tadi ada yang lihat? Pasti mereka mengira saya sedang menggoda anda. Apa yang mereka pikirkan tentang saya nanti?" Dewi langsung memrotes David.
Bagus hanya terkekeh pelan.
"Tapi kau menyukainya kan, Wi. Kau tadi diam saja," goda Bagus. Sebenarnya ia tahu, Dewi tadi diam karena ia kaget karena tiba - tiba di cium.
"Emm, itu---"
"Saya hanya kaget!" kilah Dewi.
"Jangan seper----" Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, ia melihat bosnya sudah kembali ke konter. Ia pun mengurungkan niatnya untuk bicara pada Bagus lagi.
"Kenapa Wi, wajahmu pucat begitu, kau sakit?" tanya David yang tengah menatap ke arah Dewi yang wajahnya terlihat pucat.
Dewi semakin merasa gugup. Ia pun meremas tangannya sendiri.
"Tidak, Ko. Tadi saya lupa pakai lipbalm, itu sebabnya terlihat pucat," kilah Dewi sambil tersenyum kikuk.
Sementara Bagus, ia hanya tersenyum melihat Dewi yang semakin gugup.
"Dewi ini lucu sekali, Vid. aku mengajaknya mengobrol, mukanya sampai pucat begitu," ucap Bagus yang tengah mengadu pada David.
"Mungkin dia takut denganmu, Gus." David menyahut sambil terkekeh pelan.
"Memangnya wajahku ini seram ya, Wi?" Bagus beralih bertanya pada Dewi.
Dewi hanya tersenyum kecut. Ia pun langsung pamit ke belakang agar bisa menghindar dari situasi seperti ini.
"Saya ke belakang ya Ko, ini Ivan sudah kembali ke sini." Dewi langsung izin ke belakang saat ia melihat Ivan baru kembali ke konter. David pun langsung mengiyakannya.
Dewi bergegas meninggalkan mereka ke belakang. "Hufftt, apa-apaan ini! Kenapa tadi aku diam saja saat dia menciumku? Kenapa juga jantungku serasa mau lompat keluar, tadi? Ini benar - benar aneh," gumam Dewi sambil berjalan menuju dapur belakang.
"Dan dia juga, bisa - bisanya dia menciumku di tempat umum. Kalau tadi ada yang lihat bagaimana? Kan bahaya," gerutunya kesal.
°°°
15 menit berlalu. Dewi sudah kembali ke depan lagi. Ia sedikit merasa lega karena ia tak melihat Bagus ada di sana. Namun ia juga sedikit sedih karena Bagus pulang tak menunggunya selesai makan.
Ehhh, lega tapi sedih? Bagaimana sih Dewi ini. Hahaha.
***
Waktu pun terus berlalu, hingga tiba saatnya konter tutup. Waktunya untuk istirahat kembali ke kamar masing - masing.
Dewi sudah berada di kamarnya. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Ia pun meraih handuknya, lalu ia segera ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
10 menit ia selesai mandi dan ia langsung kembali ke kamarnya, untuk segera mengganti pakaiannya.
"Brrr... Dingin sekali."
Biasanya setelah pulang bekerja, ia selalu menyempatkan untuk menelpon ayahnya. Namun karena sekarang ia merasa sudah terlalu malam, ia pun memilih tak menelpon ayahnya. Ia memilih langsung istirahat.
"Hari ini lumayan melelahkan." Sambil merebahkan tubuhnya ke kasur.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
BELVA
sehat selalu ka
2021-01-21
0
yutantia 10
samangat thor
boom like sudah mendarat
salam dari cinta diwaktu yang salah
ditunggu feed back nya.
terimakasih
2021-01-16
1
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Bagus, kamu tuh ya, si dewi auto jadi patung 🤣
2020-12-27
1