Mengungkapkan Perasaan

Karena merasa terganggu akan suara dering ponselnya, Dewi pun langsung mengambil ponselnya kembali. Ia melihat nama si penelpon itu, lalu dengan malas ia tetap menjawabnya.

"Hallo ..." Sambil meletakkan ponselnya ke dekat daun telinganya.

"Hallo, Wi. Kau sudah mau tidur ya?" tanya seseorang di sebrang telpon.

"Iya,Bli. Ngantuk sekali aku. Ada apa Bli, nelpon malam-malam begini?" sahut Dewi malas.

"Ya sudah, Wi. Kau tidur saja, kasihan. Tidak apa-apa kok, hanya ingin dengar suaramu saja."

"Aneh sekali orang ini," gumam Dewi.

"Ya sudah, Bli. saya tidur dulu ya, selamat malam."

"Selamat tidur ya, jangan lupa mimpikan saya, hehe,, selamat malam."

Belum mendapat jawaban dari Dewi, panggilan itu sudah lebih dulu di akhiri oleh Dewi.

"Ngapain sih Bli Bagus nelpon malam - malam," gumam Dewi sedikit kesal. Pasalnya ia tadi sudah hendak tidur. Tapi karena ada yang menelponnya, ia jadi menunda tidurnya.

Ya, yang menelpon barusan ialah Bagus. 2 bulan yang lalu dia meminta nomor ponselnya Dewi dengan alasan ingin bertanya tentang ponsel. Sejak saat itulah dia jadi sering menelpon Dewi. Entah ada maksud apa? Dewi masih tak mengetahuinya.

Setelah mengakhiri panggilan telponnya, Dewi kembali meletakkan ponselnya ke sembarang arah, karena rasa kantuknya sudah tak tertahankan. Ia pun kembali memejamkan kedua matanya, hingga tanpa menunggu lama ia akhirnya terlelap ke dalam mimpinya.

***

Keesokan paginya. Dewi terbangun pukul 06.00. Ia mengerjapkan kedua bola matanya perlahan, sampai akhirnya ia bisa membuka kedua matanya secara sempurna.

Kemudian ia meliukkan badannya ke kanan dan ke kiri untuk melenturkan otot-ototnya yang kaku sehabis bangun tidur. Saat merasa ototnya sudsh lentur dan nyawanya sudah kumpul sepenuhnya, ia pun beranjak bangun dari kasurnya.

Ia kemudian berdiri, lalu ia berjalan keluar dari kamarnya. Kemudian ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Lalu setelah itu, ia segera ke depan untuk membersihkan konter sebelum tiba saatnya buka, nanti.

Setiap pagi Dewi memang selalu membersihkan konter. Sedangkan Ivan, setiap pagi ia harus mencuci mobil David setiap paginya. Jadi kedua pegawai ini, masing - masing sudah mendapat pekerjaan yang memang harus mereka lakukan setiap paginya.

°°°

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00. Setelah selesai membersihkan konter, Dewi pun segera bergegas ke belakang. Ia harus segera mandi dan bersiap untuk membuka konter pada jam 8 nanti.

Buka konter jam 8 pagi dan tutupnya jam 9 malam, terkadang juga bisa lebih dari jam 9 malam.

Saat konter sudah buka, Dewi dan Ivan selalu di sibukkan oleh pelanggan yang datang. Terkadang ada pelanggang yang ramah, terkadang ada juga pelanggan yang judes. Hal seperti itu sudah biasa kan? Setiap orang memang memiliki sifat yang berbeda. Jadi mau bagaimanapun pelanggannya, penjaga konter harus tetap ramah melayaninya.

Begitulah rutinitas yang selalu di jalankan oleh Dewi dan Ivan setiap harinya.

***

Hari demi berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Tanpa rerasa waktu sangat cepat berlalu. Waktu terus berlalu hingga tak terasa kini sudah 1 tahun Dewi bekerja di konter Leondy Phone. Selama setahun ia bekerja di sini, ia sudah 2 kali pulang ke kampungnya untuk melepas rindu pada ayahnya.

Jika saat libur di hari minggu ia tak pulang kampung, biasanya ia memanfaatkan waktu libur minggu ini untuk jalan - jalan, agar melepas penat dan beban pikiran akan tuntutan pekerjaan yang setiap hari ia jalani.

Seperti hari ini. Hari ini ia libur bekerja karena ini adalah hari minggu. Ia tadi sudah meminta izin pada David, untuk pergi keluar sebentar ke minimarket yang tak jauh dari rumah David.

Sesampainya di mini market, ia langsung duduk di kursi yang sudah disediakan di depan minimarket itu. Di sana ia tak sendirian. Bagus, tampak duduk di depannya. Ya, rupanya Bagus sudah lebih dulu datang sebelum ia datang.

Sebenarnya agak aneh sih kalau di fikir - fikir. Seorang Bagus, meminta Dewi untuk datang ke sini dengan alasan dia ingin mengatakan sesuatu hal yang penting. Dan dengan polosnya, Dewi pun setuju datang. Dan di sinilah mereka saat ini.

Saat Dewi baru duduk, ya kurang lebih sekitar semenitan. Bagus tiba - tiba langsung memegang tangan Dewi dengan sangat erat. Tak hanya itu saja, dia bahkan langsung mengutarakan perasaannya pada Dewi.

"Saya tidak bisa, Bli." Dewi langsung menolak. Wajahnya tampak sedikit aneh dan bingung. Bagaimana ia tidak bingung? Baru saja Bagus menyatakan perasaannya. Dan dengan percaua dirinya, Bagus meminta ia mau menjalin hubungan dengannya.

"Kenapa? Bukankah kau baru putus dengan sales motor itu? Atau kau menolak saya karena saya yang sudah tua? Jadi kau tidak mau menjadi kekasihku?" tanya Bagus sedikit kecewa.

"Bagaimana dia bisa tau kalau aku pernah punya kekasih seorang sales? Dia bahkan tau kalau sekarang aku sudah putus," batin Dewi heran.

"Bukan begitu, Bli. Lagipula bagaimana bisa anda menyukai saya, sedangkan anda sudah mempunyai istri dan anak," sahut Dewi kemudian.

"Saya tidak mau merusak rumah tangga orang lain, karena saya tau bagaimana rasanya disakiti oleh laki-laki," ujar Dewi kembali. Sungguh ia benar - benar tidak mengerti dengan jalan fikiran pria yang ada di depannya ini.

Ia pun seketika mengingat kejadian saat ia memutuskan hubunganya dengan mantannya. Ia memutuskan hubungan itu karena mantannya itu hanya memanfaatkannya saja. Dan mantannya juga sudah ketahuan selingkuh.

"Saya akan menjelaskan semuanya nanti, pada saat yang tepat," ucap Bagus.

"Maaf saya permisi dulu," balas Dewi pamit. Ia pun hendak melenggang pergi dari sana. Namun sebelum ia melangkah pergi, tanganya sudah lebih dulu di genggam oleh Bagus.

"Saya akan berusaha membuatmu menyukai saya," ucap Bagus dengan penuh percaya diri.

Dewi pun langsung menepis tangan pria itu. Ia pun segera pergi tanpa mengatakan apapun pada pria itu.

"Apakah semua pria memang seperti itu? Suka selingkuh. Apa dia tidak memikirkan perasaan wanitanya?" Dewi menggerutu.

"Bagaimana mungkin aku tidak menyadari maksud Bli Bagus selama ini," gumamnya kemudian.

"Sudahlah, untuk apa memikirkannya. Lebih baik aku pulang saja." Ia pun melenggang pergi kembali ke mesnya.

***

Di tempat lain...

Setelah mendapat penolakan dari Dewi, dan Dewi juga langsung pergi dari sana, Bagus pun ikut pergi melenggang dari tempat itu. Ia melenggang pergi mengenderai mobilnya.

Bagus tengah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Suara dering ponsel yang mengganggu membuat dirinya terpaksa menginjak pedal rem hingga mobil itu berhenti dan menepi di jalan raya, untuk mengangkat ponsel milikknya yang masih berdering berulang kali. Kening Bagus langsung berkerut saat melihat ada satu panggilan masuk dari Yenny --- wanita yang sudah menjadi masa lalunya. Sebab, Yenny jarang sekali menelpon dirinya. Tapi hari ini, dia tiba - tiba menelpon.

"Yenny? Ada apa dia menelpon?" gumam Bagus heran.

Bagus menggeser ikon berwarna hijau pada layar ponsel, lalu meletakkan benda pipih itu mendekat ke daun telinganya.

"Ada apa menelponku, Yen?"

"Kau sekarang berada di mana?" Suara Yenny terdengar mendesak sebuah jawaban di sebrang sana.

"Di jalan. Aku mau pulang ke rumah. Ada apa memangnya?"

"Di jalan mana? Aku ingin mengajakmu bertemu sebentar. Ada hal yang harus ku bicarakan. Apakah bisa?"

Kening Bagus berkerut. "Tumben mengajak bertemu? Ada apa?" pikirnya dalam hati.

"Di Denpasar. Mau bicara soal apa?"

"Bicara penting. Temui aku sebentar ya. Di cafe Mentari."

"Ok, 30 menit lagi aku sampai."

"Baiklah." Keduanya pun sama - sama mengakhiri panggilannya setelah itu.

˚˚˚

30 menit kemudian...

Bagus yang baru sampai di cafe Mentari, ia pun segera masuk ke dalam cafe itu. Saat bari masuk, pandanganya langsung mencari Yenny. Ia pun melihat ada tangan yang melambai kearahnya, ia pun segera menghampirinya.

Saat Bagus sudah dekat dengan kursi Yenny, ia langsung di sambut hangat oleh Yenny.

"Duduk dulu, Pa." Yenny langsung bangun dari kursinya. Ia langsung memajukan wajahnya hendak cipika cipiki dengan Bagus, tetapi Bagus langsung menolaknya. Yenny pun seketika menjadi kesal.

"Ada apa kau mengajakku bertemu disini?" tanya Bagus dengan datar.

"Hmm... Tidak ada apa - apa. Aku hanya rindu dengan anak-anak, Pa." Yenny menjawab sembari tangannya bergelayut manja di lengan Bagus.

"Jika rindu, datanglah ke rumah, langsung temui mereka. Bukan malah memintaku datang kesini!" sahut Bagus masih dengan muka datarnya.

"Aku juga merindukanmu, Pa. Itu sebabnya aku memintamu datang kesini." Yenny memasang senyum indahnya.

"Apa kau tidak rindu denganku?" tanyanya kemudian, sambil ia memelaskan wajahnya.

"Cihh." Bagus langsung berdecih.

"Dimana priamu itu sampai-sampai kau kembali merindukanku?" tanya Bagus mengejek.

"Sudahlah aku minta maaf, aku akui dulu khilaf, Pa." Tanpa merasa berdosa ia dengan mudahnya minta maaf dan mengaku kalau dirinya telah khilaf.

"Bisakah kita kembali bersama demi anak-anak?" pinta Yenny penuh harap.

"Sudahlah, jangan ganggu aku lagi. Temuilah anak - anak di rumah jika kau benar - benar merindukan mereka!" tegas Bagus. Ia pun langsung pergi melenggang keluar dari cafe itu, meninggalkan Yenny. Bahkan ia belum sempat duduk dan memesan makan atau minuman. Namun mau bagaimana lagi? Ia malas berlama - lama berada di dekat Yenny.

"Kenapa menatapku? Urus saja urusan kalian masing - masing!" Yenny berseru kesal pada beberapa pengunjung cafe yang melihatnya sejak tadi. Yenny pun kemudian melangkah keluar dari cafe itu dengan perasaan sebal dan dongkol.

"Sok jual mahal ya kau sekarang. Lihat saja nanti, aku akan membuatmu kembali padaku," gumam Yenny sambil memasang senyum liciknya.

***

Di tempat lain...

Keluar dari cafe Mentari tadi, Bagus langsung pergi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

"Cih! Bisa - bisanya dia meminta kembali padaku!" Sambil memukul setir kemudinya dengan keras, hingga ia tak sengaja memencet klakson mobilnya.

"Aku memang sangat mencintainya. Tapi itu dulu. Bahkan dulu aku sudah beberapa kali memberinya kesempatan, tetap saja dia mengulang kesalahannya lagi. Dan sekarang, dia ingin kembali padaku lagi. Ckc!" Bagus berdecak kesal.

"Bikin mood ku hilang saja," gerutunya kemudian.

"Lebih baik aku telpon Dewi saja. Biar moodku kembali happy," putusnya. Ia pun kembali menepikan mobilnya dan ia langsung menghentikannya. Tanpa menunggu lama, ia pun segera mengambil ponselnya dan ia langsung menekan nomor Dewi, untuk segera ia hubungi.

Tutt...

Tutt...

Tutt..

Panggilan tersambung. Namun sayangnya....

{ Maaf nomor yang anda tuju tidak bersedia menerima panggilan ini. Cobalah beberapa saat lagi }

"Siall!" umpatnya. Berulang kali ia mencoba menelpon Dewi tetapi tetap tidak dijawab oleh Dewi. Ia pun kembali meletakkan ponselnya, lalu ia kembali melajukan mobilnya menuju pulang ke rumahnya, di Tabanan.

°°°

Sementara di tempat lain, Dewi tengah berkumpul bersama Ivan, Sri, dan juga Nani di dapur. Mereka tengah berempat tengah membuat rujak mangga, dan kini mereka berempat sedang asyik menyantap rujaknya. Namun di sela keasyikan makan rujak itu, Dewi terlihat beberapa kali menggerutu sambil meriject panggilan masuk telponnya.

"Ishhh.. kenapa dia terus saja menelponku," gerutu Dewi kesal. Ia sudah beberapa kali meriject panggilan itu. Dan kini, tampaknya ponselnya sudah tak berdering lagi.

"Siapa yang menelponmu, Wi?" Ivan bertanya.

"Tidak kau jawab? Kasihan sekali itu penelpon," godanya kemudian.

"Kepo," jawab Dewi, datar.

"Cari kekasih, Van. Biar tidak kepo," goda Sri dan Nani.

"Aku sudah memiliki kekasih, Mbak. Dia di kampung sekarang. Pejuang LDR ini," jawab Ivan bangga.

"Benarkah?" goda Dewi, ia tampak tidak percaya.

"Pantas saja tidak pernah plong mukamu, Van. Kekasihnya jauh, jadi mana bisa lega," goda Nani kemudian ia langsung tertawa.

Sri pun ikut tertawa sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Sedangkan Ivan sendiri langsung tersenyum penuh arti. Sementara Dewi, ia memilih diam karena ia tak begitu paham kemana arah obrolan mereka itu.

Nani dan Sri adalah asisten rumah tangga di rumah ini. Nani berusia 29 tahun, ia memang sedikit berani orangnya. Bahkan kata Sri, Nani juga menjalin hubungan dengan kakaknya Fely yang tinggal dirumah ini juga, bahkan Nani juga sering keluar masuk kamarnya Tuan Jerry (kakak Fely) pada malam hari.

Sedangkan Sri sudah berusia 37 tahun, ia sudah memiliki suami yang tinggal dikampung.

"Wi..." Ivan kembali beralih pada Dewi.

"Apa?"

"Pasti tadi Ricko yang menelponmu ya. Itu sebabnya kau tolak." Ivan masih penasaran dengan penelpon yang terus Dewi tolak sejak tadi.

"Kenapa kau jadi kepo sih?" sahut Dewi sambil tertawa.

Ivan pun hanya berdehem, "Hmmm."

Bicara soal Ricko...

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dhina ♑

Dhina ♑

What?? Begitu ya, hubungan mereka?
Kox pada ngawur 🤦🤦

2021-08-03

0

BELVA

BELVA

klo blh kpan2 mampir juga ka di karya
#gadis imut diantara dua raja rimba
mksh ya ka

2021-01-18

1

Mommy Rara

Mommy Rara

kasian juga ya sama bagus.. tapi cinta emang gak bisa dipaksakan....

2020-12-25

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Rindu Ayah
3 Mengungkapkan Perasaan
4 Alasan putus cinta
5 Tiba-tiba di cium
6 Pingsan
7 Jangan berbohong
8 Siapa yang benar siapa yang salah
9 Entah sejak kapan
10 Mengingat awal pertemuan
11 Sindiran pedas
12 Terkena masalah gara-gara dia
13 Saya bukan wanita penggoda
14 Lepaskan tangan saya!
15 Ayah Sakit
16 Izin pulang
17 Percayalah padaku
18 Pulang Naik Bus
19 Jangan membuatku khawatir
20 Cepat kembali, Aku merindukanmu
21 Menjemput Dewi
22 Aku tidak lupa!
23 Jangan terlalu dekat
24 Beri aku ciuman mu
25 Jangan Selingkuh!
26 Kita langsung menikah saja
27 Maaf kelepasan
28 Sudah dibilang Tua
29 Aku menunggu disini saja
30 Pantai Kuta
31 Kenapa kau muncul disini !
32 Aku tidak berkencan!
33 Aku sudah memikirkan itu semua
34 AKU TAK SEBODOH DIRIMU
35 Kau melihat apa?
36 Peluk Papi, Mi!
37 Rindu sedikit
38 Aku Kuat
39 Tamu Spesial
40 I LOVE YOU
41 Ini tidak berlebihan
42 Kenapa kau jahat sekali?
43 Will You Marry Me ?
44 Jawab dong!
45 Tolong jaga Putriku!
46 Mi... Ayo!
47 Tidak usah pura-pura!
48 Sakit Sekali
49 Mami tidak lelah
50 Tujuan apa? Permainan apa?
51 Hanya 2 minggu saja
52 Jangan menolak!
53 Dia memang suamiku!
54 Pergilah sejauh mungkin!
55 Apa ini tujuanmu menikahiku?
56 Aku punya hak!
57 Apa semua itu benar?
58 Tetaplah disini!
59 Dimana ponsel itu?
60 Pengumuman
61 Itu harus di biasakan!
62 Sudah ku duga
63 One Heart
64 Ya, semua memang benar!
65 Kok di bakar?
66 Buang semuanya!
67 Jauh Bagaimana?
68 Dasar Gila!
69 Terus, kenapa Mami sedih?
70 Anggap saja buang sial!
71 Ponsel yang malang
72 Pergilah!
73 Kenapa begitu?
74 SCTV
75 HARRIS HOTEL
76 Takdir selalu membuat kita berbagi wanita
77 Jangan bawa apapun, yang ada di sini!
78 Siapa yang malu?
79 Andai saja...
80 Masukin, Ma.
81 Jangan memelukku!
82 Sebentar saja, hanya15 menit.
83 Adik bayi?
84 Jangan di bahas!
85 Rumah Mami hilang...
86 Iri bilang, Bos!
87 Faktanya, mereka adalah anak² saya
88 Untuk apa mendemo kita?
89 Pengumuman
90 Semakin posesif
91 Bawa Shierin ke rumah sakit
92 Kenapa Shierin tidak bisa bicara?
93 Papa tidak suka melihatmu seperti ini.
94 Sorry
95 Apa Kesalahanku?
96 Tanggal 27 November
97 Ngaben
98 Masih Berduka
99 Tubuhmu bertambah gemuk
100 Mami juga ingin hamil
101 Mengandung?
102 Ada Hikmah di balik kejadian
103 Apa artinya pernikahan ini?
104 Tidak pernah bisa berubah
105 Maaf, Sayang... jangan cemberut lagi, ya.
106 Hobby baru
107 Dia, belahan jiwa Papi
108 Apa Mami menginginkan nya?
109 Asal pelan-pelan, kan tidak akan sakit.
110 Penerang hidup
111 3 Ronde
112 Apa masih sakit?
113 Kenyang Jawa apa kenyang Bali?
114 Akan ku buat hamil lagi
115 10 menit
116 Jangan ngeyel!
117 Jangan di lepas!
118 Apa kau sudah melakukan apa yg ku minta?
119 Kenapa mengendap endap seperti maling?!
120 Nomor yang anda tuju minta di pukul!
121 Aku sudah baik-baik saja
122 Singgahlah di dalam mimpi
123 Mendengar apa?
124 Katanya biar jadi kejutan
125 Jangan mengganggu istriku!
126 Jangan terlalu di pikirkan
127 Kalau perlu harus segera di tuntaskan
128 Terkadang romantis, terkadang juga aneh
129 Galak di ranjang
130 Pelankan suaramu
131 Sangat tidak menyukai itu
132 Anak kita!
133 Dasar wanita gatal!
134 Bagaimana hancurnya hati
135 Posesif Papi
136 Lokasi?
137 Beri waktu 5 menit
138 Ini bukan seperti yang Mami pikirkan
139 Jadi kebenarannya seperti apa?
140 Singkirkan tangan kotormu, itu!
141 Air ketuban keruh
142 Keluar!
143 Masuk ruang operasi
144 Bayi perempuan
145 Welcome to the world, Anak Papi...
146 Bukan Up
147 Fokuslah dulu pada masalah ini
148 Percaya tidak percaya
149 DAYU NAVYA SASMITA
150 END
Episodes

Updated 150 Episodes

1
PROLOG
2
Rindu Ayah
3
Mengungkapkan Perasaan
4
Alasan putus cinta
5
Tiba-tiba di cium
6
Pingsan
7
Jangan berbohong
8
Siapa yang benar siapa yang salah
9
Entah sejak kapan
10
Mengingat awal pertemuan
11
Sindiran pedas
12
Terkena masalah gara-gara dia
13
Saya bukan wanita penggoda
14
Lepaskan tangan saya!
15
Ayah Sakit
16
Izin pulang
17
Percayalah padaku
18
Pulang Naik Bus
19
Jangan membuatku khawatir
20
Cepat kembali, Aku merindukanmu
21
Menjemput Dewi
22
Aku tidak lupa!
23
Jangan terlalu dekat
24
Beri aku ciuman mu
25
Jangan Selingkuh!
26
Kita langsung menikah saja
27
Maaf kelepasan
28
Sudah dibilang Tua
29
Aku menunggu disini saja
30
Pantai Kuta
31
Kenapa kau muncul disini !
32
Aku tidak berkencan!
33
Aku sudah memikirkan itu semua
34
AKU TAK SEBODOH DIRIMU
35
Kau melihat apa?
36
Peluk Papi, Mi!
37
Rindu sedikit
38
Aku Kuat
39
Tamu Spesial
40
I LOVE YOU
41
Ini tidak berlebihan
42
Kenapa kau jahat sekali?
43
Will You Marry Me ?
44
Jawab dong!
45
Tolong jaga Putriku!
46
Mi... Ayo!
47
Tidak usah pura-pura!
48
Sakit Sekali
49
Mami tidak lelah
50
Tujuan apa? Permainan apa?
51
Hanya 2 minggu saja
52
Jangan menolak!
53
Dia memang suamiku!
54
Pergilah sejauh mungkin!
55
Apa ini tujuanmu menikahiku?
56
Aku punya hak!
57
Apa semua itu benar?
58
Tetaplah disini!
59
Dimana ponsel itu?
60
Pengumuman
61
Itu harus di biasakan!
62
Sudah ku duga
63
One Heart
64
Ya, semua memang benar!
65
Kok di bakar?
66
Buang semuanya!
67
Jauh Bagaimana?
68
Dasar Gila!
69
Terus, kenapa Mami sedih?
70
Anggap saja buang sial!
71
Ponsel yang malang
72
Pergilah!
73
Kenapa begitu?
74
SCTV
75
HARRIS HOTEL
76
Takdir selalu membuat kita berbagi wanita
77
Jangan bawa apapun, yang ada di sini!
78
Siapa yang malu?
79
Andai saja...
80
Masukin, Ma.
81
Jangan memelukku!
82
Sebentar saja, hanya15 menit.
83
Adik bayi?
84
Jangan di bahas!
85
Rumah Mami hilang...
86
Iri bilang, Bos!
87
Faktanya, mereka adalah anak² saya
88
Untuk apa mendemo kita?
89
Pengumuman
90
Semakin posesif
91
Bawa Shierin ke rumah sakit
92
Kenapa Shierin tidak bisa bicara?
93
Papa tidak suka melihatmu seperti ini.
94
Sorry
95
Apa Kesalahanku?
96
Tanggal 27 November
97
Ngaben
98
Masih Berduka
99
Tubuhmu bertambah gemuk
100
Mami juga ingin hamil
101
Mengandung?
102
Ada Hikmah di balik kejadian
103
Apa artinya pernikahan ini?
104
Tidak pernah bisa berubah
105
Maaf, Sayang... jangan cemberut lagi, ya.
106
Hobby baru
107
Dia, belahan jiwa Papi
108
Apa Mami menginginkan nya?
109
Asal pelan-pelan, kan tidak akan sakit.
110
Penerang hidup
111
3 Ronde
112
Apa masih sakit?
113
Kenyang Jawa apa kenyang Bali?
114
Akan ku buat hamil lagi
115
10 menit
116
Jangan ngeyel!
117
Jangan di lepas!
118
Apa kau sudah melakukan apa yg ku minta?
119
Kenapa mengendap endap seperti maling?!
120
Nomor yang anda tuju minta di pukul!
121
Aku sudah baik-baik saja
122
Singgahlah di dalam mimpi
123
Mendengar apa?
124
Katanya biar jadi kejutan
125
Jangan mengganggu istriku!
126
Jangan terlalu di pikirkan
127
Kalau perlu harus segera di tuntaskan
128
Terkadang romantis, terkadang juga aneh
129
Galak di ranjang
130
Pelankan suaramu
131
Sangat tidak menyukai itu
132
Anak kita!
133
Dasar wanita gatal!
134
Bagaimana hancurnya hati
135
Posesif Papi
136
Lokasi?
137
Beri waktu 5 menit
138
Ini bukan seperti yang Mami pikirkan
139
Jadi kebenarannya seperti apa?
140
Singkirkan tangan kotormu, itu!
141
Air ketuban keruh
142
Keluar!
143
Masuk ruang operasi
144
Bayi perempuan
145
Welcome to the world, Anak Papi...
146
Bukan Up
147
Fokuslah dulu pada masalah ini
148
Percaya tidak percaya
149
DAYU NAVYA SASMITA
150
END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!