Rindu Ayah

Waktu terus berlalu tanpa terasa sekarang sudah pukul 17.16. Jimmy tadi juga sudah datang membawa pesanan yang ia catat tadi. Pengunjung juga lumayan ramai, ada yang hanya beli pulsa, ada yang beli ponsel, accessorris dan segala pernak pernik lainnya, bahkan Bagus juga sudah pulang sejak pukul tiga sore tadi.

"Hmmm.. Capek juga ya kalau pengunjungnya rame seperti tadi," gumam Ivan. Ia meliukkan badannya ke kanan ke kiri sampai terdengar bunyi kretekkk...

"Pinggangmu patah, Van?" canda Dewi sambil terkekeh kecil.

"Ya kali patah, tapi memang kerasa capek juga ya," jawab Ivan sambil menunjukkan senyum terpaksanya.

"Bagaimana tidak pegal-pegal kaki dan pinggang ini, kita dari tadi mondar mandir ke sana ke mari. Apalagi terus berdiri. Dan kita dapat duduk sebentar-sebentar saja," ucap Ivan pelan.

"Mungkin kau kurang minum air kali, Van. Itu sebabnya pinggangmu suka pegal-pegal," sahut Dewi.

"Lagipula ya, Van, kita harus bersyukur sudah diberi pekerjaaan enak begini, apalagi kita kerja tidak kepanasan. Masih banyak orang yang bekerja lebih berat di luaran sana," tutur Dewi bijak.

"Iya Dewi... Serius banget sih kamu," jawab Ivan sambil tertawa kecil.

Dewi hanya berdehem. "Hmmm."

Dewi dan Ivan kemudian mengobrol sambil melenyapkan rasa lelahnya. Karena kebetulan juga, pengunjung sore ini tidak seramai tadi siang, hanya ada satu, dua pengunjung saja, jadi bisa gantian melayani pengunjungnya.

Sedangkan David, ia tengah duduk di kursinya sambil memainkan ponsel yang ada di tangannya.

"Kalian betah tidak kerja disini?" tanya David tiba - tiba.

"Betah, Ko. Apalagi selalu dikasih makanan yang enak-enak," jawab Dewi sambil tersenyum.

David pun terkekeh mendengar jawaban dari Dewi.

Memang benar, selama kerja disini Ivan dan Dewi selalu di kasih makanan yang enak-enak. Apa yang bos makan,mereka pegawai juga dikasih. Di pojok dekat tempat mereka biasa duduk, ada kulkas besar yang berisi minuman dan makanan.

"Kalau kau, Van?" tanya David pada Ivan.

"Betah, Ko." Ivan juga tersenyum.

"Syukurlah jika kalian memang betah, nanti kalau semakin betah, biar aku bilang sama cece supaya menaikkan gaji kalian ya," tawar David

"Siap, Ko. Beneran ya, Ko!" ucap Ivan dan Dewi bersama.

"Kalau masalah gaji saja, kompak kalian," sahut David.

"Iya dong, Ko." Lagi-lagi mereka menjawab bersamaan.

"Okelah." David tersenyum.

Thak...

Thak...

Thak...

Terdengar suara langkah kaki seseorang, semakin lama suara itu terdengar semakin dekat. Dan benar saja, ternyata Fely yang datang, masih menggunakan sepatu high hels yang memiliki tinggi 7 centi meter itu. Entah habis dari mana dia. Namun sepertinya baru pulang dari acara sosialitanya.

"Lama sekali kau datang. Aku sudah mau nge - gym ini!" protes David dengan muka sebal.

"Iyaaa.. Tadi keasyikan mengobrol bersama teman-teman, sampai lupa waktu, maaf ya," jawab Fely sembari mengecup pipi David.

David tersenyum kemudian ia berjalan keluar menuju motornya, setelah itu ia langsung menghidupkan mesin motornya. Sebelum ia berangkat, ia tak lupa selalu berpamitan dengan kedua pegawainya itu. "Kalian sama Cece dulu ya, aku mau nge gym dulu biar kurus," pamit David sambil tersenyum.

"Iya, Ko, semoga cepat kurus," ucap kedua pegawainya secara bersamaan.

"Iya..." David pun langsung melajukan motornya.

David telah mengendarai motornya hingga tak terlihat lagi, sedangkan Cece terlihat sudah duduk di kursinya sambil memainkan ponselnya. Seketika itu juga, suasana menjadi sunyi, apalagi pengunjung juga tidak terlalu banyak, dan Cece juga jarang mau mengobrol pada pegawainya. Kecuali kalau ada yang penting, barulah mau bicara.

Di sini memang yang menjaga kasir adalah bossnya sendiri, jadi bergantian, kalau tidak ada Koko ya Cece yang jaga.

"Konter, sejak tadi sepi begini ya?" Suara Fely memecaah keheningan. Ia bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.

"Tidak Ce, tadi siang sampai sore ramai sekali pengunjungnya. Tadi semua sudah saya catat di buku, Ce," jawab Dewi sopan.

"Ohh oke," sahut Fely singkat.

"Hmm. Cece ini datar sekali mukanya, dulu awal-awal aku kerja di sini, takut jika bosnya jahat, tapi ternyata mereka semua baik, hanya saja, memang Cece ini sedikit cuek, berbeda dengan Koko yang selalu ramah." Dewi bergumam.

Bicara soal dulu, Dewi pun jadi mengingat saat awal ia datang kemari.

*Flashback On*

6 bulan lalu. Sehari sebelum mulai bekerja, Dewi di rundung banyak pertanyaan dari bosnya. Berapa usaimu dan bla.. bla.. bla..

Saat hari pertama kerja, Dewi benar-benar merasa gugup, karena ini adalah pengalaman pertama kerja di konter Hp, ia bahkan tidak mengerti sama sekali tentang ponsel. Tapi untung saja bosnya telaten mengajarinya, hingga perlahan-lahan ia mulai mengerti. Dulu ia juga merasa kurang percaya diri akan penampilannya yang terlihat biasa saja, namun seiring berjalannya waktu, ia mulai bisa menyesuaikan diri di sini.

*Flashback Berakhir*

***

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Dan pengunjung juga sudah tidak ada. Kedua pegawai itu pun bersiap-siap untuk menutup konternya. Setelah selesai membereskan semuanya, konter pun ditutup oleh Ivan. Setelah pekerjaan menutup konter benar - benar beres, Dewi dan Ivan pun sudah di izinkan masuk ke kamar mereka masing-masing di belakang.

Sesampainya di kamar, Dewi langsung merebahkan dirinya di atas kasurnya. "Hmm... nyaman sekali kasur ini. Bahkan di rumah saja kasurnya tidak seperti ini. Bicara soal rumah, aku jadi kangen sama ayah," gumam Dewi. Ia pun kemudian langsung mengelurkan ponselnya dari dalam saku celananya. Lalu ia segera menekan nomor ayahnya. Setelah ia merasa telponnya tersambung, ia pun langsung meletakkan ponsel itu ke dekat daun telinganya.

Tut..

Tut...

Tutt...

Selang tak lama, ia sudah bisa mendengar suara ayahnya dari sebrang telpon.

"Hallo ..."

"Hallo Ayah. Bagaimana kabar Ayah? Ayah sehat-sehat saja kan? Apa Ayah sudah makan?" Dewi langsung menanyakan banyak pertanyaan pada ayahnya.

"Satu - satu, Nak jika bertanya," ledek ayahnya sambil terkekeh kecil.

"Iya Ayah. Dewi rindu, Ayah." Suara Dewi terdengar sendu.

"Ayah sehat, Nak."

"Ayah juga sudah makan."

"Ayah juga merindukanmu, Nak. Kau di sana bagaimana? Sehat-sehat kan? Sudah makan apa belum?" Kini giliran ayahhnya yang memberondong Dewi dengan banyak pertanyaan.

"Dewi juga sehat, Ayah. Sudah makan juga. Sekarang Dewi di sini punya teman banyak, Yah." Dengan bangga, Dewi mengabarkan kalau dirinya baik - baik saja di sini.

"Ya sudah, Ayah istirahat ya. Ini sudah malam. Besok Dewi telpon lagi. Ayah jaga kesehatan ya," tutur Dewi.

"Iya, Nak. Ayah turut senang jika kau sudah punya teman disana, ingat jangan sampai kau salah pergaulan!" tutur ayahnya tegas.

"Ayah tidak ingin kau sampai salah jalan."

"Iya, Ayah."

Panggilan berakhir...

Usai panggilan berakhir, Dewi pun langsung meletakkan ponselnya ke kasurnya.

"Hmmm... Sudah hampir pukul sepuluh malam. Aku bahkan belum mandi, belum makan malam juga," gumamnya. Ia pun segera mengambil handuk, lalu ia segera keluar kamar, lalu berjalan menuju ke kamar mandi.

°°°

10 menit kemudian...

Dewi sudah selesai mandi, ia pun kembali ke kamarnya untuk segera mengganti pakaiannya. Setelah mengganti pakaian, ia langsung berjalan menuju dapur. Dan ternyata Ivan juga ada disana. Dia tampaknya juga belum makan.

Karena sama - sama belum makan, mereka berdua pun makan bersama - sama. Setelah slasai makan, mereka pun kembali ke kamar masing-masing, untuk bisa segera istirahat.

Setelah berada di kamar, Dewi pun langsung mengunci pintu kamarnya, agar ia bisa istirahat dengan nyaman dan aman.

"Hari ini sungguh melelahkan sekali." Sambil Dewi merebahkan tubuhnya ke kasurnya.

"Rasanya mataku sangat ngantuk sekali," gumamnya. Hoaamm... ia menguap dengan sangat lebar. Untung saja tidak ada lalat masuk ya, hehe. Ia pun berusaha memejamkan matanya, berharap ia segera tidur, karena badannya benar-benar lelah dan perlu istirahat.

Namun baru sebentar matanya terpejam, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi ...

Drtt...

Drtt...

Drtt...

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Kanjeng Netizzen

Kanjeng Netizzen

Gw jg pernah krj ditoko apa yg dimakan bos kmi para kariawan jg ikut makan terkdg bos mlh tanya pgn mkn apa?sebenernya gw udh betah ditoko cm perkara keirian tmn krj sm gw ,gw keluar permasalahan cm krn cwo pdhal cm kesalahpahaman

2021-04-13

0

BELVA

BELVA

😆😆😆
mangatzzx

2021-01-18

1

Mommy Rara

Mommy Rara

Hmmm hubungan putri dan ayah yang harmonis 🥰

2020-12-25

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Rindu Ayah
3 Mengungkapkan Perasaan
4 Alasan putus cinta
5 Tiba-tiba di cium
6 Pingsan
7 Jangan berbohong
8 Siapa yang benar siapa yang salah
9 Entah sejak kapan
10 Mengingat awal pertemuan
11 Sindiran pedas
12 Terkena masalah gara-gara dia
13 Saya bukan wanita penggoda
14 Lepaskan tangan saya!
15 Ayah Sakit
16 Izin pulang
17 Percayalah padaku
18 Pulang Naik Bus
19 Jangan membuatku khawatir
20 Cepat kembali, Aku merindukanmu
21 Menjemput Dewi
22 Aku tidak lupa!
23 Jangan terlalu dekat
24 Beri aku ciuman mu
25 Jangan Selingkuh!
26 Kita langsung menikah saja
27 Maaf kelepasan
28 Sudah dibilang Tua
29 Aku menunggu disini saja
30 Pantai Kuta
31 Kenapa kau muncul disini !
32 Aku tidak berkencan!
33 Aku sudah memikirkan itu semua
34 AKU TAK SEBODOH DIRIMU
35 Kau melihat apa?
36 Peluk Papi, Mi!
37 Rindu sedikit
38 Aku Kuat
39 Tamu Spesial
40 I LOVE YOU
41 Ini tidak berlebihan
42 Kenapa kau jahat sekali?
43 Will You Marry Me ?
44 Jawab dong!
45 Tolong jaga Putriku!
46 Mi... Ayo!
47 Tidak usah pura-pura!
48 Sakit Sekali
49 Mami tidak lelah
50 Tujuan apa? Permainan apa?
51 Hanya 2 minggu saja
52 Jangan menolak!
53 Dia memang suamiku!
54 Pergilah sejauh mungkin!
55 Apa ini tujuanmu menikahiku?
56 Aku punya hak!
57 Apa semua itu benar?
58 Tetaplah disini!
59 Dimana ponsel itu?
60 Pengumuman
61 Itu harus di biasakan!
62 Sudah ku duga
63 One Heart
64 Ya, semua memang benar!
65 Kok di bakar?
66 Buang semuanya!
67 Jauh Bagaimana?
68 Dasar Gila!
69 Terus, kenapa Mami sedih?
70 Anggap saja buang sial!
71 Ponsel yang malang
72 Pergilah!
73 Kenapa begitu?
74 SCTV
75 HARRIS HOTEL
76 Takdir selalu membuat kita berbagi wanita
77 Jangan bawa apapun, yang ada di sini!
78 Siapa yang malu?
79 Andai saja...
80 Masukin, Ma.
81 Jangan memelukku!
82 Sebentar saja, hanya15 menit.
83 Adik bayi?
84 Jangan di bahas!
85 Rumah Mami hilang...
86 Iri bilang, Bos!
87 Faktanya, mereka adalah anak² saya
88 Untuk apa mendemo kita?
89 Pengumuman
90 Semakin posesif
91 Bawa Shierin ke rumah sakit
92 Kenapa Shierin tidak bisa bicara?
93 Papa tidak suka melihatmu seperti ini.
94 Sorry
95 Apa Kesalahanku?
96 Tanggal 27 November
97 Ngaben
98 Masih Berduka
99 Tubuhmu bertambah gemuk
100 Mami juga ingin hamil
101 Mengandung?
102 Ada Hikmah di balik kejadian
103 Apa artinya pernikahan ini?
104 Tidak pernah bisa berubah
105 Maaf, Sayang... jangan cemberut lagi, ya.
106 Hobby baru
107 Dia, belahan jiwa Papi
108 Apa Mami menginginkan nya?
109 Asal pelan-pelan, kan tidak akan sakit.
110 Penerang hidup
111 3 Ronde
112 Apa masih sakit?
113 Kenyang Jawa apa kenyang Bali?
114 Akan ku buat hamil lagi
115 10 menit
116 Jangan ngeyel!
117 Jangan di lepas!
118 Apa kau sudah melakukan apa yg ku minta?
119 Kenapa mengendap endap seperti maling?!
120 Nomor yang anda tuju minta di pukul!
121 Aku sudah baik-baik saja
122 Singgahlah di dalam mimpi
123 Mendengar apa?
124 Katanya biar jadi kejutan
125 Jangan mengganggu istriku!
126 Jangan terlalu di pikirkan
127 Kalau perlu harus segera di tuntaskan
128 Terkadang romantis, terkadang juga aneh
129 Galak di ranjang
130 Pelankan suaramu
131 Sangat tidak menyukai itu
132 Anak kita!
133 Dasar wanita gatal!
134 Bagaimana hancurnya hati
135 Posesif Papi
136 Lokasi?
137 Beri waktu 5 menit
138 Ini bukan seperti yang Mami pikirkan
139 Jadi kebenarannya seperti apa?
140 Singkirkan tangan kotormu, itu!
141 Air ketuban keruh
142 Keluar!
143 Masuk ruang operasi
144 Bayi perempuan
145 Welcome to the world, Anak Papi...
146 Bukan Up
147 Fokuslah dulu pada masalah ini
148 Percaya tidak percaya
149 DAYU NAVYA SASMITA
150 END
Episodes

Updated 150 Episodes

1
PROLOG
2
Rindu Ayah
3
Mengungkapkan Perasaan
4
Alasan putus cinta
5
Tiba-tiba di cium
6
Pingsan
7
Jangan berbohong
8
Siapa yang benar siapa yang salah
9
Entah sejak kapan
10
Mengingat awal pertemuan
11
Sindiran pedas
12
Terkena masalah gara-gara dia
13
Saya bukan wanita penggoda
14
Lepaskan tangan saya!
15
Ayah Sakit
16
Izin pulang
17
Percayalah padaku
18
Pulang Naik Bus
19
Jangan membuatku khawatir
20
Cepat kembali, Aku merindukanmu
21
Menjemput Dewi
22
Aku tidak lupa!
23
Jangan terlalu dekat
24
Beri aku ciuman mu
25
Jangan Selingkuh!
26
Kita langsung menikah saja
27
Maaf kelepasan
28
Sudah dibilang Tua
29
Aku menunggu disini saja
30
Pantai Kuta
31
Kenapa kau muncul disini !
32
Aku tidak berkencan!
33
Aku sudah memikirkan itu semua
34
AKU TAK SEBODOH DIRIMU
35
Kau melihat apa?
36
Peluk Papi, Mi!
37
Rindu sedikit
38
Aku Kuat
39
Tamu Spesial
40
I LOVE YOU
41
Ini tidak berlebihan
42
Kenapa kau jahat sekali?
43
Will You Marry Me ?
44
Jawab dong!
45
Tolong jaga Putriku!
46
Mi... Ayo!
47
Tidak usah pura-pura!
48
Sakit Sekali
49
Mami tidak lelah
50
Tujuan apa? Permainan apa?
51
Hanya 2 minggu saja
52
Jangan menolak!
53
Dia memang suamiku!
54
Pergilah sejauh mungkin!
55
Apa ini tujuanmu menikahiku?
56
Aku punya hak!
57
Apa semua itu benar?
58
Tetaplah disini!
59
Dimana ponsel itu?
60
Pengumuman
61
Itu harus di biasakan!
62
Sudah ku duga
63
One Heart
64
Ya, semua memang benar!
65
Kok di bakar?
66
Buang semuanya!
67
Jauh Bagaimana?
68
Dasar Gila!
69
Terus, kenapa Mami sedih?
70
Anggap saja buang sial!
71
Ponsel yang malang
72
Pergilah!
73
Kenapa begitu?
74
SCTV
75
HARRIS HOTEL
76
Takdir selalu membuat kita berbagi wanita
77
Jangan bawa apapun, yang ada di sini!
78
Siapa yang malu?
79
Andai saja...
80
Masukin, Ma.
81
Jangan memelukku!
82
Sebentar saja, hanya15 menit.
83
Adik bayi?
84
Jangan di bahas!
85
Rumah Mami hilang...
86
Iri bilang, Bos!
87
Faktanya, mereka adalah anak² saya
88
Untuk apa mendemo kita?
89
Pengumuman
90
Semakin posesif
91
Bawa Shierin ke rumah sakit
92
Kenapa Shierin tidak bisa bicara?
93
Papa tidak suka melihatmu seperti ini.
94
Sorry
95
Apa Kesalahanku?
96
Tanggal 27 November
97
Ngaben
98
Masih Berduka
99
Tubuhmu bertambah gemuk
100
Mami juga ingin hamil
101
Mengandung?
102
Ada Hikmah di balik kejadian
103
Apa artinya pernikahan ini?
104
Tidak pernah bisa berubah
105
Maaf, Sayang... jangan cemberut lagi, ya.
106
Hobby baru
107
Dia, belahan jiwa Papi
108
Apa Mami menginginkan nya?
109
Asal pelan-pelan, kan tidak akan sakit.
110
Penerang hidup
111
3 Ronde
112
Apa masih sakit?
113
Kenyang Jawa apa kenyang Bali?
114
Akan ku buat hamil lagi
115
10 menit
116
Jangan ngeyel!
117
Jangan di lepas!
118
Apa kau sudah melakukan apa yg ku minta?
119
Kenapa mengendap endap seperti maling?!
120
Nomor yang anda tuju minta di pukul!
121
Aku sudah baik-baik saja
122
Singgahlah di dalam mimpi
123
Mendengar apa?
124
Katanya biar jadi kejutan
125
Jangan mengganggu istriku!
126
Jangan terlalu di pikirkan
127
Kalau perlu harus segera di tuntaskan
128
Terkadang romantis, terkadang juga aneh
129
Galak di ranjang
130
Pelankan suaramu
131
Sangat tidak menyukai itu
132
Anak kita!
133
Dasar wanita gatal!
134
Bagaimana hancurnya hati
135
Posesif Papi
136
Lokasi?
137
Beri waktu 5 menit
138
Ini bukan seperti yang Mami pikirkan
139
Jadi kebenarannya seperti apa?
140
Singkirkan tangan kotormu, itu!
141
Air ketuban keruh
142
Keluar!
143
Masuk ruang operasi
144
Bayi perempuan
145
Welcome to the world, Anak Papi...
146
Bukan Up
147
Fokuslah dulu pada masalah ini
148
Percaya tidak percaya
149
DAYU NAVYA SASMITA
150
END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!