Kutukan Pemuja Hasrat
Dentuman musik DJ terdengar riuh di telinga. Tampak pemandangan memanjakan mata pada lantai dansa Lautan insan meliuk-liukkan tubuhnya secara berpasangan bahkan kehadirannya pun tidak bisa lagi terbiak. Tidak berpengaruh kepada dua orang pria yang sedang duduk bersandar di depan kursi bartender dengan gelas minuman wine yang di genggam masing-masing.
"Bro,. Gimana ada kemajuan gak???" tanyanya penuh mata selidik layaknya seorang yang sedang mengintrogasi
Bima menggeleng lesu sambil menikmati wine terakhirnya di dalam gelas.
"Belum juga!!! Yah gimana sih. Sia-sia dong usaha Lo selama ini"
Sudah sebulan berlalu, pengobatan yang Bima lakukan atas saran sahabatnya pada Rumah sakit terkemuka di Jakarta bahkan hingga detik ini tidak membuahkan hasil. Apalagi kalau bukan untuk menyembuhkan masalah gangguan hormonal (impoten) yang di deritanya. Berbagai macam cara jitu sudah Axel sarankan agar Bima lakukan. Terkecuali mendatangi dukun, Bima langsung saja menolak. Karena Bima tidak percaya hal-hal yang begituan apalagi berbau kemusrikan. 1.000 satu cara Apa pun akan dilakukan dan di jabani untuk menemani sahabatnya itu, demi dapat membuat junior sahabatnya berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
"Udalah xel, percuma!!! Mungkin ini uda takdir kali. Gue juga uda pasrah!!! "
"CKkkCkkk, jangan nyerah dong. Bro.. Btw elo uda coba ngomong sama Ayana tentang masalah ini, belum??"tanyanya memastikan
Pergerakan Bima terhenti, pasalnya ia ingin menuangkan wine kembali ke gelas yang telah kosong kepunyaannya. Mentah sudah!! Membuatnya tak selera, jika harus membahas tentang masalah pribadi menyangkut rumah tangganya.
"Aku tidak ingin membahasnya!! " ucapnya sambil meletakkan gelas kosong dengan sangat keras sehingga membuat orang yang di sekitar mereka seketika menoleh ke sumber suara. Sekarang mereka menjadi pusat perhatian. Membuat Bima tak nyaman dan ingin pergi meninggalkan tempat itu. Axel sudah tau akan seperti ini kejadiannya. Jika harus di singgung tentang isterinya ia menjadi sangat sensitive.
"Bim.. Lo mau kemana?? "
Ia mencekal pergerakan Bima yang hendak pergi meninggalkannya. "Bukan urusan Lo!!! "ujarnya ketus sembari menarik kasar tangannya agar terlepas dari cengkraman sahabatnya.
"Bima.. Bima....kasian bener nasib Lo!! Sabar ya Bim" ucapnya nanar Menatap punggung Bima yang semakin lama menjauh dari jangkauannya.
"Aduhh.... " ringisnya bersamaan
Di persimpangan jalan menuju pintu keluar, Bima tidak sengaja bertabrakan dengan wanita cantik yang tidak kalah sexy dari wanita lain yang berada di tempat itu.
"M-mmaafff maass, saayaa gak sengajaaa.. "katanya terbata menunduk tidak berani menatap mata heazel milik pria itu
"Makanya kalau jalan itu pake mata... "umpatnya lalu melangkah pergi.
"Din, ngapain berdiri kaya patung di situ. Ayo!!! "
"Iya mbak..." Dengan patuh ia mengikuti langkah wanita yang membawanya ke tempat itu. Sempat terhenti sejenak ulah pria yang di tabrak barusan saja.
Arrrrghhhh.... Bima memukul setirnya berulang-ulang kali setelah masuk ke dalam mobil. Ntah setan apa yang merasuki tubuhnya saat ini yang jelas pengaruh alkohol yang sempat menguasainya, hilang seketika akibat kembali mengingat wanita yang sangat di cintainya.
Dering ponsel terdengar, layar yang semula redup kini pun menyala. Menghentikan aktivitas pelampiasan yang belum usai tersalurkan. Melirik sekilas, siapakah gerangan orang yang lancang menghubunginya di waktu yang tidak tepat begini. Matanya membulat!! Panjang umur, orang yang di bicarakan seakan terdetak, jika ia baru saja menjadi topik pembahasan bersama sahabatnya. Seolah ia dapat membaca pikiran Bima yang sangat merindukannya. Mengembania mendial tombol answer.
"H-hallo Sayangg... "
"Kenapa kamu lama banget ngangkat teleponnya"
Bima sudah tau pasti Ayana akan marah jika dirinya tidak mengangkat panggilannya sesegera mungkin.
"Ia sayang tadi aku ke toilet sebentar. Handpone aku tertinggal di ruang kerja. Maaf yah!! " dustanya
"Oh, gitu!! Ehmm.. Aku cuman mau bilang aku pulang besok. Kamu jangan kemana-mana. Jemput aku di bandara. Oke. See you.. Byee" ucapnya sebelum mematikan sambungan
"Hallo... Sayang..'' panggilnya yang tidak kunjung mendapat balasan karena sambungan telephone sudah di matikan sepihak di sebrang sana yang durasinya tidak lebih dari 5 menit. Bukan sering malah hampir setiap kali Bima menghubunginya, ia akan melakukan durasi waktu yang sama seperti sekarang ini saat berada di luar kota. Ntah suatu kebetulan atau memang unsur kesengajaan darinya, Bima tidak tau pasti. Yang jelas ia tidak mau berfikir negatif dulu sebelum ada bukti akurat membenarkan tentang hal itu, untuk menghindari keributan.
Ia mempacu laju kendaraannya membela jalan ibu kota yang tidak begitu macet seperti biasanya. Untuk mengisi ke kosongan hati Bima menyalakan audio music, memilih lagu kesukaan yang menjadi favorite dia dan wanitanya. Dengan irama dan lantunan lagu yang terdengar seolah memutar kenangan indah kala dirinya pertama kali bertemu dengan sang kekasih hati. Perjalanan pulang kali ini sedikit berbeda karena Bima merasa kehadiran isterinya berada di sampingnya karena iringan lagu tersebut.
Tidak terasa sampailah dirinya di depan sebuah rumah mewah milik keluarga Mahendra yang di huni selama berpuluh tahun lamanya. Mulai sejak lahir.
"Ehmmm, " suara deheman mengejutkan Bima yang baru saja sampai di ambang pintu
Padahal lampu sudah padam, dan hari sudah sangat larut Bima fikir orang di dalam sudah tidur semua, bahkan ia yakin tidak ada satu pun yang terjaga. Ia datang juga tidak menimbulkan keributan, tapi bagaimana mungkin.
"Mama??? " lirihnya memanggil
"Baru pulang..!! Mana isteri kamu?? Kok gak ikut balik" sambil celingukan mencari sesuatu
Dereta pertanyaan memenuhi telinga Bima. Baru saja ia merasakan ketenangan sesaat di dalam mobil. Dan sekarang ia harus di hadapkan dengan ibunya yang terus menerus menjadi bumerang dalam rumah tangganya. Wajar saja jika Ayana selalu tidak betah di rumah. Bukan menjadi tempat berlindung, malah menjadi seperti neraka.
"Maksud Mama Ayana.. "
"Ya.. Iyalah mana lagi kalau bukan dia isteri kamu itu"
"Besok dia baru balik. Uda yah Bima capek, mau istirahat" katanya meneruskan langkahnya melewati Vivi-ibunya menuju anak tangga yang akan membawanya ke lantai atas tempat di mana kamarnya berada
"Kamu gak curiga sama dia. Apa gak takut kalau Ayana ada main di luar sana!! "
Degg... Jantung Bima seakan berhenti berdetak. Begitu pula angkah Bima. Bagaimana mungkin ibunya memiliki fikiran senegatif itu pada isterinya, menantunya sendiri. Seketika Bima menoleh dan berjalan ke belakang mensejajarkan pandanganya di depan Vivi.
"Kenapa kamu gak suka?? Mama ngomong kayak gitu. Atau kamu mau melawan Mama sekarang"
Bima sengaja menjatuhkan kunci mobilnya ke lantai. Sehingga menimbulkan bunyi dentingan kecil.
"Gak usah salah paham,Ma.. Bima cuman mau ambil kunci mobil yang jatuh tertinggal" ucapnya seraya berjongkok mengambil benda tersebut.
Ia kembali bangkit melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Sebenarnya bukan ia tidak mau melawan perkataan Vivi yang dinilai begitu merendahkan isterinya di hadapannya. Bisa saja ia lakukan, tapi tidak untuk sekarang. Ia tidak mau membuat keributan di tengah malam. Lebih baik ia diam. Karena diam adalah emas kata pepatah lama.
"Dasar anak aneh. Semenjak ia bergaul dengan wanita s!*lan itu. Ia jadi pembangkang seperti sekarang. Huuuh" ucapnya ngedumel sebelum masuk kembali ke kamar miliknya.
Like and vote yah, BESTie...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments