Alina sudah ada di rumah Amir, Alina melihat seorang Ibu-Ibu yang sedang mengelap meja. Amir langsung menunjuk Ibu-Ibu itu.
"Itu adalah Ibuku. Aku tidak punya Ayah, seperti keluargamu yang lengkap. Aku tidak lengkap aku hanya memiliki Ibuku saja, dia yang aku punya Alina kamu bisa menemuinya jika kamu ragu, kamu bisa kembali dan pergi dari sini "
Amir masuk terlebih dahulu dan menepuk bahu Ibunya "Mah ada yang ingin bertemu denganmu"
Mamanya Amir segera bangkit. Dia mengelap peluh yang turun di wajahnya lalu menatap Alina dengan senyum lebarnya "Siapa itu Amir, cantik sekali "
"Ayo Ma, biar aku kenalkan"
Amir menggandeng tangan Mamanya dan membawanya ke arah Alina. Alina segera menyalimi Mamanya Amir dan memeluknya juga.
"Perkenalkan Bu aku Alina pacarnya Amir"
Mamanya Amir seperti kaget saat Alina memperkenalkan dirinya. Lalu Mamanya Amir dengan cepat membawa Alina masuk ke dalam rumah dan membawanya duduk juga.
"Jadi ini yang selalu Amir ceritakan padaku, jadi perempuan cantik ini yang Amir cintai. Apakah aku tidak salah lihat kamu begitu cantik Alina"
Mamanya Amir menatap ke arah anaknya dan menyuruhnya untuk membuat minuman untuk Alina. Amir dengan semangat melakukan apa yang Mamanya suruh.
Alina juga menatap ruangan yang ada di rumah Amir ini, memang sangat sederhana sekali rumah Amir bahkan kecil tapi Alina tidak peduli. Alina hanya mencintai Amir. Alina mencintainya bukan karena sebuah harta Alina benar-benar mencintai Amir karena hatinya.
"Untuk pertama kalinya Amir membawa seorang perempuan ke rumah, Mama begitu senang saat melihat kamu Alina. Mama hanya mendengar tentang kamu dari Amir saja. Mulai sekarang kamu panggil aku dengan sebutan Mama ya, jangan canggung dengan Mama "
Alina yang disambut dengan hangat seperti itu langsung menganggukkan kepalanya. Alina begitu senang dengan sikap Mama Amir yang begitu ramah dan baik padanya.
"Amir itu anak yang keras Alina, Amir itu kadang suka membantah tapi mau bagaimanapun Amir adalah anak Mama. Mama minta sama kamu untuk bisa merubah sikap Amir yang seperti itu. Mama percaya kalau Alina bisa merubah semuanya, merubah sikap buruk Amir menjadi lebih baik lagi.
"Aku akan berusaha Ma, aku akan pelan-pelan agar Amir bisa berubah seperti apa yang Mama inginkan"
"Ada yang ingin Mama pertanyakan padamu Alina " Sekarang Mama Amir mulai serius menatap ke arah Alina. Alina cukup takut apa sebenarnya yang ingin ditanyakan oleh Mamanya Amir ini, sampai-sampai tatapannya itu berubah dari yang ceria menjadi serius.
"Apakah kamu yakin bersama Amir, kamu lihat keadaan keluarga kami begitu memprihatinkan. Sedangkan kamu dilihat dari atas sampai bawah saja sudah tertebak kalau kamu ini bukanlah orang biasa. Kalau kamu ini adalah orang berada, apakah orang tua kamu akan menerima dengan keadaan kami yang seperti ini Alina. Kalau kalian sampai nanti berjodoh"
Alina tidak berpikir sejauh itu, tapi Alina yakin Ayahnya akan menerima Amir. Ayahnya tidak akan pernah memandang siapapun dari ekonominya ataupun dari apapun. Yang terpenting untuk Ayahnya itu adalah kesopanan, rapi dan juga baik.
"Aku yakin Ayah dan Ibuku akan menerima Amir dengan sangat baik. Ayahku tidak pernah pilih-pilih orang Mah, dia akan menerima siapapun yang menjadi pasanganku nantinya"
Mamanya Amir langsung tersenyum bahkan sangat lebar sekali "Mungkin ada sesuatu yang harus kamu ketahui. Ini sangat menyakitkan sekali tapi aku harus memberitahu kamu. Agar suatu saat tidak ada kesalahpahaman. Memang ini adalah sebuah rahasia yang umum untuk keluarga kami. Amir itu tidak punya Ayah "
Mamanya Amir diam sejenak untuk melihat bagaimana reaksi Alina, masih diam dan juga mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh Mamanya Amir ini.
"Aku dulu adalah perempuan yang nakal, sampai-sampai aku mengandung seorang anak tanpa adanya suami. Aku hamil diluar nikah Alina dan Amir tidak mempunyai Ayah. Bahkan orang yang telah menghamili aku itu tidak mau menikahiku. Aku harus pergi karena orang tuaku tidak mau menerimaku dan sampai sekarang aku tidak menikah. Apakah kamu siap menerima keadaan keluarga Amir yang seperti ini, kami ini banyak kekurangannya Alina "
Alina cukup kaget dengan penuturan dari kata-kata Mamanya Amir, tapi Alina seperti dibutakan oleh cinta dia menerima semua kekurangan dan kelebihannya keluarga Amir, maupun Amir sendiri.
Alina menggenggam salah satu tangan Mama Amir "Aku tahu menjadi kamu itu sulit, tapi aku yakin itu tidak akan menjadi sebuah masalah saat aku nanti menikah dengan Amir"
"Baiklah Alina kalau kamu sudah percaya dan bisa menerima keluarga kami. Aku hanya minta padamu untuk bisa merubah sikap Amir yang kadang-kadang arogan, sombong dan tidak mau diberitahu. Mungkin saat bersamamu nanti Amir akan berubah dia akan menjadi laki-laki yang baik "
"Ini minumannya "teriak Amir sambil menyajikan minuman yang dia sudah buat. Teh hangat 3 teh hangat.
Alina langsung mengambil teh itu dan meminumnya dengan perlahan, lalu menyimpannya kembali. Akhirnya mereka bertiga larut dalam pembicaraan, banyak yang diceritakan oleh Mamanya Amir, dari sejak Amir kecil, sekolah sampai sekarang dewasa.
Alina cukup suka dengan keluarga ini dan merasa sangat akrab di awal pertemuan. Berarti ini awal yang baguskan untuknya. Nanti kalau misalnya sudah menjadi menantu tak akan canggung lagi.
Alina akan berbicara pada Ayahnya kalau Alina sudah mendapatkan seorang laki-laki yang pas untuk menjadi pendampingnya. Alina yakin kalau Ayahnya akan menerimanya.
Sepertinya Ayahnya juga sebentar lagi akan pulang kan, Alina harus segera mengutarakan semua ini. Apalagi Ayahnya selalu menanyakan kapan Alina menikah. Ini ada saatnya Alina berbicara pada Ayahnya kalau dirinya menemukan cinta sejatinya.
Sudah 2 jam lebih Alina di sini, Alina segera berpamitan pada Mamanya Amir. Takut kedua orang tuanya sudah pulang. Alina begitu merindukan mereka dan ingin bertemu dengan mereka juga.
"Aku pulang dulu ya Mah, nanti aku akan main lagi kemari"
"Kamu tidak kapok kan main ke sini, ke rumah kami yang begitu kecil dan tidak seperti rumah kamu. Kamu tidak akan menyesal nanti Alina, dan berfikir akan memutuskan hubungan kamu dengan Amir "
Alina tersenyum kecil "Mana mungkin aku tiba-tiba begitu. Aku benar-benar mencintai Amir Mah. Mana mungkin meninggalkannya hanya karena keadaan kalian saja. Sudah aku bilang kan aku akan menerima kekurangan dan juga kelebihan Amir, aku tidak mungkin tiba-tiba saja pergi begitu saja tanpa sebuah alasan yang jelas"
Alina memeluk Mamanya Amir dengan sangat erat. Lalu setelah itu dia pergi ke arah lapangan tadi bersama Amir. Selama perjalanan Amir terus saja tersenyum sambil menggenggam tangan Alina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments