Dikejar Tuan Muda

Dikejar Tuan Muda

Hah?!

"Mama mau menikah lagi?" Tanya Ana.

"Iya" Sahut Mamanya Ana dengan santainya.

"Tapi, Ayah baru meninggal beberapa bulan yang lalu, Ma. Kenapa cepet banget Mama mau menikah lagi" Ana bertanya dengan wajah sedih dan kecewa sama mamanya.

"Karena Mama nggak terbiasa hidup susah. Kamu sendiri tahu, kan, selama ini Mama nggak kerja. Mama cuma Ibu rumah tangga dan sejak Ayah kamu meninggal dalam kebakaran pabriknya, Kita hidup dari tabungan Ayah kamu dan asuransi jiwa Ayah kamu. Tapi, lama-lama uang kita akan habis juga. Rumah kita juga akan disita Bank karena untuk usaha barunya, Ayah kamu menggadaikan rumah ini ke bank"

"Mama akan menikah dengan siapa?"

"Pak Broto. Kakak angkatnya Mama. Dia juragan mebel, kaya raya, dan dia duda anak satu. Sebulan yang lalu Mama ketemu nggak sengaja dengan Pak Broto dan saat Pak Broto tahu Mama sudah jadi janda, Pak Broto langsung mengajak Mama menikah. Putrinya seumuran dengan kamu dan kalian pasti bisa langsung akrab"

"Kenapa Mama nggak bilang sama Ana dan......."

"Semua demi kebaikan kita, Ana. Kalau Mama menikah dengan Pak Broto hidup kita akan terjamin"

Ana hanya bisa menghela napas panjang dan berkata, "Terserah Mama saja" Karena Ana lebih memilih fokus pada ujian sekolahnya.

Namun, kebahagiaan mamanya Ana tidak menjadi kebahagiaannya Ana.

Putri kandung pak Broto memperlakukan Ana seperti pembantu. Sering main perintah seperti, "Ana, cuci mobilku! Ana cuci sepatuku! Ana setrika bajuku!"

Melihat semua itu mamanya Ana hanya berkata ke Ana, "Sabar, ya, kita bisa hidup di rumah besar ini sudah berkah. Kalau anaknya Pak Broto memperlakukan kamu seperti itu anggap saja itu cara putrinya Pak Broto ingin akrab sama kamu"

Ana hanya bisa menghela napas panjang dan lebih memilih fokus ke ujian sekolahnya.

Setelah lulus SMA, Ana mulai merasakan keanehan di ayah tirinya. Pertama, ayah tirinya tidak mengijinkan Ana kuliah dengan alasan ayah tirinya tidak mempunyai biaya kalau harus menguliahkan Ana dan putri kandungnya secara bersamaan. Dia ingin Ana di rumah saja menemani mamanya Ana. Keanehan kedua, Ana sering menemukan ada mata yang mengintip dia saat mandi dan Ana yakin itu adalah mata ayah tirinya. Sampai-sampai Ana kalau mandi membawa sapu tangan atau kain untuk menutup lubang yang ada di pintu kamar mandi.

Keanehan berikutnya, saat Ana di rumah saja setelah lulus SMA karena pengajuan beasiswanya belum disetujui, ayah tirinya juga sering di rumah dan jarang pergi ke mebelnya. Ayah tirinya sering membantu Ana mencuci perabot makan yang kotor dengan alasan kasihan melihat Ana repot mengurus rumah sendirian, dan saat membantu Ana mencuci perabot makan yang kotor, ayah tirinya Ana suka menggenggam dan mengelus tangan Ana dan saat Ana tersentak kaget, ayah tirinya langsung meringis, melepaskan tangan Ana, dan berkata, "Maaf nggak sengaja" Namun, Ana yakin betul ayah tirinya sengaja melakukannya.

Keanehan berikutnya, saat Ana ketiduran di kamar pada siang hari, ayah tirinya nekat masuk ke dalam kamarnya dan membuka pintu kamarnya dengan kunci cadangan yang ia miliki. Ana membeliak kaget saat ia merasakan pahanya diusap dan pipinya ada yang mencium. Ana sontak berteriak dan ayah tirinya langsung membungkam bibir Ana sambil menggeram, "Aku akan keluar dari kamar ini. Jangan teriak. Tapi, nanti malam aku akan datang lagi" Lalu, ayah tirinya Ana keluar dari dalam kamarnya Ana dengan berlari kencang karena ia takut ketahuan mamanya Ana yang sudah menjadi istrinya.

Ana sontak menangis dengan badan bergetar ketakutan. Lalu, Ana bergegas pergi ke toko besi te dekat untuk membeli tiga slot pintu dan minta diajari sama mbak pemilik toko besi itu cara memasang slot pintu. Setelah paham cara memasang slot pintu dengan, lalu dengan peralatan yang ia beli, dia memasang sendiri slot pintu itu. Ana tidak lupa membeli roti tawar untuk makan malam nanti.

Di jam tujuh malam, Ana langsung masuk ke kamar dengan alasan pusing dan berkata ke mamanya kalau dia tidak lapar dan ingin tidur saja. Setelah Mamanya mengijinkan, Ana berlari ke kamarnya dan langsung mengunci pintu kamarnya dengan tiga slot pintu yang berhasil dia pasang tadi sore. Dan apa yang Ana khawatirkan terjadi juga, di jam delapan malam, Ana berdiri tegak di tengah ranjang dengan keringat menetes dari kedua alis dan pelipisnya saat ia mendengar suara, pintu dibuka dengan kunci dari arah luar, lalu ia melihat handle pintu kamarnya bergerak-gerak dan terdengar teriakan lirih dari luar, "Ana?! Kamu sudah tidur? Buka pintunya, Sayang! Ayah akan kasih kamu uang jajan yang sangat banyak kalau kamu buka pintunya!"

Ana bergeming di atas kasur dan langsung menggigit ujung selimut untuk menahan isak tangisnya dan tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.

Lima detik kemudian handle pintu kembali tenang dan tidak ada suara ayah tirinya lagi, namun Ana masih terus terisak menangis. Setelah menangis cukup lama, Ana mendengar perutnya berbunyi karena lapar. Ana lalu turun dari ranjang untuk mengambil roti tawar. Ana tidak berani keluar dari kamar. Sambil terisak dan menyebut nama ayahnya, "Ayah, Ana kangen sama Ayah" Ana mengunyah roti tawa itu dan beberapa kali tersedak karena ia lupa mengambil air minum. Akhirnya Ana menelan roti tawar itu dengan agak kesulitan sambil sesekali menepuk-nepuk dadanya lalu terbatuk-batuk dan Ana menahan rasa hausnya sampai pagi demi keselamatan dirinya.

Ana bersyukur setengah mati saat keesokan harinya beasiswanya turun dan dia nekat kuliah saat beasiswanya turun. Ayah tirinya Ana terpaksa mengijinkan Ana kuliah karena alasannya soal biaya terpatahkan dengan adanya beasiswa itu. Ana bersyukur akhirnya dia bisa bebas dari bayangan menakutkan ayah tirinya.

Dan Ana semakin bersyukur saat uang tabungannya habis untuk membeli slot kunci, peralatan untuk memasang slot kunci dan membeli roti tawar, bibi yang memiliki depot mie ayam di kantin kampus mau menerimanya menjadi pegawai di sana dengan gaji delapan ratus ribu rupiah per bulan. "Lumayan lah" Batin Ana.

Beberapa bulan kemudian................

"Aaaaaa!!!!! Kenapa sepedaku remnya blong? Aaaaaaa!!!!! Gimana ini?! Mana aku ambil jalan menurun kayak gini, Aaaaaa!!!!!!!"Ana berteriak kencang di jalan menurun sambil terus mencengkeram kedua rem sepeda mini yang ada keranjang di depan setang. Sepeda mini itu yang selalu setia menemaninya mengirim makanan. Namun, kali ini sepeda mini kesayangannya Ana itu tengah membawa Ana menuju ke takdir yang akan membuat hidupnya penuh debaran jantung juga air mata.

Dan di parkiran sepeda tampak seorang gadis cantik bertubuh molek tengah meringis, lalu tertawa, kemudian bergumam, "Mampus kau Ana. Salah sendiri kenapa kau merebut cowok yang aku sukai sejak SMA. Aku sudah potong rem sepeda kamu dan sebentar lagi kamu pasti akan celaka. Itu pelajaran buat kamu dasar pelakor!"

Braaakkkk!!!! Terjadi benturan keras antara sepeda mini tua dengan pintu depan mobil sport keluaran terbaru berwarna kuning menyala.

Ana terguling kira-kira dua meter ke samping kirinya dan saat ia akhirnya berada dam posisi terlentang, Ana refleks menyentuh sikutnya yang terasa sangat perih.

"Turunlah dan lihatlah mobilku!"

"Baik, Tuan muda"

Seorang pria berjas lengkap warna hitam dan di dalam jas tersebut menyembul kemeja putih yang dipadukan dengan dasi warna hitam, turun dari dalam mobil.

Melihat pintu mobil yang ia tabrak terbuka dan dia melihat ada sepasang kaki menyentuh jalan beraspal, Ana bangkit berdiri dengan perlahan dan sambil memegang sikutnya yang berdarah ia meringis dan mendesis, "Sssshhhh! Sakit" Ana kemudian meniup sikutnya dengan berdiri tegak.

Pria berjas itu justru berbalik badan alih-alih melangkah mendekati Ana. Pria berjas itu bernama Bramantyo dan dia adalah asisten pribadinya konglomerat terkaya se-Asia Tenggara yang memiliki nama Leonard Antares. Bram, nama panggilan dari pria berjas itu ditugaskan untuk selalu menemani pewaris tunggal konglomerat kaya raya itu. Pewaris tunggal dari Grup Antares, Tuan muda yang selalu hidup enak dan bergelimang harta itu memiliki nama Naga Antares.

Bram membuka pintu jok belakang dan langsung memberikan laporan, "Pintu depan penyok cukup parah, Tuan muda"

Naga meraup wajah tampannya yang dingin dan arogan itu sambil menggeram, "Sial! Berani benar ia menyakiti Sofie"

Sementara itu, Ana tengah berjongkok mengelus sepeda mini kesayangannya. Kondisi sepeda mini kesayangan Ana kondisinya cukup parah. Setangnya bengkok dan roda depan sudah tidak berbentuk bulat lagi. "Hiks, hiks, sepedaku. Untung saja pesanan mie ayam dan es teh udah aku antarkan tadi kalau nggak aku bakalan rugi lebih banyak lagi, hiks, hiks"

Di saat Ana menitikkan air mata di depan sepeda mini, Bram tengah bertanya ke tuan mudanya, "Hanya ada Anda dan saya, Tuan muda. Lalu, siapa Sofie?"

Naga menarik telapak tangan dari wajah tampannya lalu menggeram di depan Bram, "Mobil ini namanya Sofie!"

"Oh, maafkan saya, Tuan Muda. Saya tidak tahu. Saya piki Sofie itu nama pacar Anda" Sahut Bram.

"Aku punya banyak pacar dan satu pun aku tidak ingat nama mereka. Satu cewek yang namanya selalu aku ingat, ya, hanya Sofie, mobilku ini dan sekarang Sofie terluka parah penyok" Naga mulai menggertakkan gigi gerahamnya.

"Saya akan menemui cewek itu dan meminta uang ganti rugi, Tuan Muda" Sahur Bram.

Naga lalu berkata dengan wajah dingin, "Jangan! Suruh dia naik ke sini menemuiku dan kamu tunggu di luar sampai aku selesai berurusan dengan cewek itu!"

"Baik, Tuan Muda" Bram menutup kembali jok pintu belakang, lalu ia melangkah mendekati gadis yang sudah berani menabrak mobil sport kesayangan tuan mudanya sampai penyok.

Bram lalu berjongkok karena ia merasa kasihan melihat gadis manis di depannya yang tengah mengelus-elus sepeda dan menangis terisak. Sikut gadis itu juga tampak berdarah dan kedua lututnya juga. Dress yang dipakai gadis itu tampak kotor dan di bagian bahu sobek. "Non, Tuan Muda saya ingin bertemu dengan Non"

Ana mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata lalu ia menoleh ke asal suara. Ana menatap Bram cukup lama karena ia masih belum tahu harus berkata apa. Dia ingin meminta ganti rugi atas sepeda mininya yang rusak parah karena tanpa sepeda mini itu, dia tidak bisa mengirim makanan dan kalau harus beli sepeda mini yang baru, dia tidak memiliki uang.

Melihat gadis berwajah lembut, berambut hitam panjang indah itu terus menatapnya dalam kesunyian, Bram kembali berkata, "Tuan Muda saya sedang menunggu. Tuan Muda saya ingin menemui Non sekarang juga"

Ana bangkit berdiri dengan perlahan, lalu berjalan sambil memegang sikutnya. Ana menunduk untuk melihat kedua lututnya dan sambil berjalan Ana bergumam, "Lututku juga lecet"

Bram melirik gadis bertubuh kurus dengan tinggi sekitar seratus enam puluh centi itu dengan wajah prihatin. Bram langsung berkata saat gadis itu menghentikan langkahnya di depan pintu mobil, Bram berkata, "Tunggu sebentar, Non" Bram langsung membuka pintu jok depan lalu bergegas membuka dashboard. Tidak lama kemudian, Bram menyerahkan kotak putih ke Ana, "Ini kotak pengobatan. Anda bisa obati dulu luka Anda, Non. Saya akan beritahu Tuan Muda saya"

"Terima kasih, Pak" Sahut Ana sambil menerima kotak putih itu.

Ana berjongkok kembali untuk membersihkan lukanya dengan alkohol lalu mengoleskan obat merah ke semua lukanya.

Bram membuka pintu jok belakang untuk melapor ke Tuan Mudanya, "Nona yang menabrak Sofie sedang membersihkan dan mengobati lukanya"

"Hmm" Sahut Naga sambil bersedekap dan menyilangkan kaki. Wajah Naga masih tampak penuh dengan amarah.

Setelah selesai membersihkan dan mengobati semua lukanya, Ana berkata sambil bangkit berdiri, "Saya sudah selesai, Pak"

Bram menoleh ke Ana lalu menerima kotak putih itu sambil berkata, "Kalau begitu, silakan masuk ke dalam, Non"

Setelah Ana masuk ke dalam mobil mewah itu, Bram menutup pintu jok belakang dengan pelan.

Ana mengedarkan pandangannya dan langsung berdecak kagum melihat interior mobil mewah itu. Semua joknya berwarna serupa dengan car mobil mewah itu, kuning jeruk. Saat pandangan Ana berakhir di wajah pria di depannya.

Wah, dia ini patung apa orang nyata, ya, kenapa tampan banget? Batin Ana.

"Aku tahu aku ini sangat tampan tapi aku nggak suka ditatap wanita seperti kamu, cih!"

"Wa.....wanita seperti aku? Emangnya aku ini wanita seperti apa?"

"Ceroboh, kotor, bau, jelek, dan menyebalkan"

Ana sontak bersedekap dan mendelik karena tersinggung mendengar ucapan pria tampan berwajah dingin yang duduk menghadap dirinya.

"Kau tambah jelek kalau melotot seperti itu, cih!"

"Kau........"

"Apa?! Kau, kau, hah?! Kau menabrak Sofie dan membuat Sofie penyok. Ganti rugi cepat!"

"Sofie? Siapa Sofie?"

"Mobil ini namanya Sofie"

"Hah?!"

"Hah, hah?! Cepat ganti rugi!"

"Berapa ganti ruginya?"

"Kau tahu mobil ini mobil jenis apa?"

Ana menggelengkan kepalanya.

"Kau tahu berapa harga mobil ini?"

Ana kembali menggelengkan kepalanya.

"Oke, aku akan katakan. Mobil ini mobil sport keluaran terbaru, harganya miliaran, dan biaya perbaikan mobil ini bisa mencapai sepuluh juta rupiah"

"Hah?!" Ana sontak menarik kedua alisnya ke atas dan menarik rahang bawahnya ke bawah lebar-lebar.

Terpopuler

Comments

🌺Fhatt Trah🌺

🌺Fhatt Trah🌺

Aku datang di karya baru.
maaf baru bisa mampir. Semangat ya kk author💪💪

2023-10-04

0

triana 13

triana 13

hadir kak

2023-09-30

0

Dewi

Dewi

mampir kak, wah udah ketinggalan jauh ini 🥹😅

2023-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!