Sekitar pukul 7 pagi, Agil sudah tiba di kediaman Tuan Gavin untuk menjemputnya. Agil berharap pagi ini Tuan Gavin menanyakan keberadaan Nona Kayana. Tapi harapannya sia-sia, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya tentang Nona Kayana.
"Selamat pagi Tuan. . " Ujar Agil dengan sopan.
"Pagi Agil. . .Ayo kita berangkat. . " Ujar Tuan Gavin.
"Tuan tidak ingin bertanya sesuatu?" Tanya Agil.
"Tidak, memang aku harus bertanya apa. . " Ujar Tuan Gavin.
"Tentang Nona Kayana mungkin . ." Ujar Agil memancing.
"Kalau dia perlu apa-apa kau berikan saja. Bukankan aku sudah berpesan seperti itu padamu?" Ujar Tuan Gavin.
"Tapi . . " Ucap Agil.
"Sudah ayo berangkat, sebelum terjebak macet. . kau tahu sendiri kan ibukota seperti apa." Ujarnya.
"Baik Tuan." Ujar Agil.
Sepertinya Tuan Gavin belum membuka surat dari Nona. Bagaimana ini. . .sampai sekarang nomor Nona juga belum bisa aku hubungi. . Astaga keduanya membuatku pusing saja. . .
"Apa kau mau berdiam diri disitu selamanya?" Tanya Tuan Gavin karena Agil melamun.
"Maaf Tuan." Agil segera berjalan untuk membukakan pintu mobil.
Bagaimana caranya aku harus membuat Tuan Gavin membaca surat dari Nona. Biar bagaimanapun Nona sedang mengandung anaknya, Tuan Gavin harus membawa kembali Nona Kayana ke rumah.
Sesampainya di Perusahaan, Gavin langsung masuk ke ruang kerjanya, dan sudaha da sepiring buah dan juga sambak di mangkuk kecil. Gavin segera mendekatinya dan memakaannya. Sudah hampir 4 bulan, setiap hari Tuan Gavin selalu memakan rujak, entah sampai kapan dia akan bosan dengan rujak.
Sementara itu. .
Bangun tidur, Kayana langsung membuka jendela kamarnya. Udara dingin masuk ke dalam kamar menyapu wajahnya yang masih di selimuti rasa kantuk.
Kayana berdiam diri di dekat jendela untuk beberapa waktu dan menghirup udara segar pagi itu. Susana pedesaan membuatnya merasa lebih nyaman dan damai.
Selamat pagi Kan. . .selamat pagi Nak. . . Udara disini segar kan . . Aku harap kau akan betah untuk tinggal disini bersamaku. . Tak terasa, lima bulan lagi kita bisa bertemu. . Sehat-sehat ya Nak. . Aku belum tahu nama panggilanku nanti. Yang penting akulah ibumu. . kau tahu kan. . .
Kayana merapikan tempat tidurnya sebelum keluar dari kamar. Terdengar suara dari dapur, membuat Kayana segera beranjak keluar untuk memastikan siapa yang ada disana. Ia harap itu bukan penjahat, karena ia sendirian dan tidak mungkin bisa melawannya.
Ternyata seorang perempuan paruh baya sedang memasak air. Kayana mendekatinya dan mengajaknya berkenalan meski dia sudah tahu wanita itu adalah Bi Mun.
"Selamat pagi Bi Mun. . ." Ucap Kayana.
"Selamat Pagi Nona. . Maaf kalau saya mengganggu tidur Nona." Ujar Bi Mun.
"Panggil nama saja Bi. . . Namaku Kayana. . " Ucap Kayana dengan ramah.
"Baiklah Nak. . mau Bibi masakkan apa untuk sarapan?" Tanya Bi Mun.
"Apa saja Bi, Kata Billy masakan Bi Mun sangat lezat. . Aku juga ingin mencicipinya." Ujar Kayana.
"Aden memang suka memuji Nak, setiap dia singgah pasti selaau ingin Bibi masakan meski hanya telur ceplok." Ujar Bi Mun.
"Hmm Pasti sangat enak. . "Ujar Kayana.
"Yana mau teh hangat?" Tanya Bi Mun.
"Biar aku saja yang buat. . Bi Mun masak saja. . Aku bisa kok." Ujar Kayana.
"Baiklah. . Ternyata benar kata Aden, Nona sangat cantik dan baik." Ujar Bi Mun seraya megambil sayura dari dalam kulkas.
"Hmm . . Billy kan pandai gombal Bi. . semua wanita juga dia bilang cantik. . " Ujar Kayana.
Kayana senang bertemu dengan Bi Mun yang sangat ramah dan keibuan. Dia bisa langsung akrab dan dekat dengan Bi Mun meski baru pertama kali bertemu.
Bi Mun tahu, jika saat ini Kayana tengah mengandung. Billy menceritakannya pada Bi Mun supaya menjaga Kayana dengan baik, karena Kayana sahabat terbaiknya.
"Rumah Bibi dimana?" Tanya Kayana setelah selesai membuat Teh hangat untuknya dan juga Bi Mun.
"Anu rumah saya di desa sebelah Nona. Tapi tidak jauh dari sini." Ujar Bi Mun.
"Oh begitu. . Bi Mun sudah lama ya bekerja disini?" Tanya Kayana lagi.
"Iya Nak, saya bekerjasama dengan keluarga Aden sejak Aden masih kecil sekali. Waktu Aden pindah dengan orangtuanya saya juga diajak. Tapi saya tidak bisa meninggalkan anak dan suami saya." Ujar Bi Mun memasang sambil bercerita.
"Suami Bi Mun bekerja dimana?" Tanya Kayana.
"Suami saya bekerja di perkebunan Teh, tapi seminggu sekali dia datang kesini untuk memotong rumput." Ujar Bi Mun.
Sarapan sudah siap, Kayana segera duduk di meja makan dan mengajak Bi Mun untuk sarapan bersama. Tapi Bi Mun menolak karena sudah sarapan dengan keluarganya di rumah.
Bi Mun memasak ayam goreng dan tumis kangkung yang sangat nikmat. Sudah seminggu ini Kayana mulai memakan nasi kembali. Dan pagi ini, dia makan dengan sangat lahap, membuat Bi Mun tersenyum merasa sennag karena Kayana menyukai masakannya.
Selesai sarapan, Kayana kembali ke kamar untuk mandi karena dia baru ingat kalau dirinya belum mandi. Kayana segera mandi dengan air hangat yang mengalir dari shower. Disini tidak ada bathup jadi Kayana tidak bisa lagi berlama-lama di dalam kamar mandi.
Selesai mandi, Kayana keluar dengan baju kimono dan mengambil baju dari dalam lemarinya. Sebelum bergantu pakaian dia menutup jendela kamarnya agar tidak ada yang melihatnya.
Kayana memakai dress motif bunga berwarna abu-abu. Perutnya sudah terlihat membuncit, membuatnya gemas sendiri saat menatapnya di depan kaca.
Di jalan. . .
"Sayang. . .bagaimana keadaan Kayana sekarang?" Tanya Dini pada Billy.
"Kamu akan tahu sendiri nanti sayang. . " Ujar Billy pada kekasihnya.
"Akhirnya kita bisa ketemu lagi. . setelah hampir 4 bulan lamanya terpisah jarak." Ujar Dini dengan senangnya. "Tapi. . kenapa Kayana pergi dari rumah yang besar itu? Bukanya enak tinggal disana. Mau apa saja tinggal tunjuk." Ujar Dini lagi.
"Untuk apa tetap bertahan di rumah mewah kalau tidak ada cinta di dalamny." Ujar Billy.
"Darimana kau tahu?" Tanya Dini.
"Aku masih ingat saat pria itu bersama wanita lain. Bahkan dia diam saja saat wanita itu memaki Kayana." Ujar Billy yang tetap fokus menyetir mobil.
"Hmm. . .Aku tidak menyangka Kayana menikah dengannya. Aku pikir Tuan Gavin tidak akan sejahat itu, tapi aku tahu sekarang. Bahkan saat Kaya pingsan dan kita bawa ke Rumah Sakit yang datang Tuan Agil bukan suaminya.
"Dan saat aku menjemputnya, yang mengantar Kayana di halaman rumah ya Tuan Agil. . Bahkan Tuan Agil menitipkan Kayana padaku" Ujar Billy.
"Astaga kenapa aau jadi benci dengan Tuan Gavin. . padahal dia tidak salah apa-apa padaku." Ujar Dini.
\=\=\=\=\=\=\=
Maaf typo masih suka nyempil
Ditunggu Kritik & Sarannya 🙏
Jangan lupa meninggalkan Jejak untukku (Like, Komen, Rate 5🌟, jika berkenan boleh juga vote 🙏🙏🙏)
Terimakasih 🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
re
Benar benar sahabat sejati
2021-06-24
0
αƳƳ℧࿐
semangat kak 💪💪💪
2020-12-24
0
Desy Puspita
Aku lanjut Kak, Eh Gavin tu yah ternyata beneran bikin gedek asli. ntar juga butuh sama Kayana.. Yalord sabarkan hatimu kayana. Si Gavin emang jelmaan jin Tomang!!
2020-10-06
0