"Dimana Nona Kayana?" Tanya Agil setelah sampai di kediaman Gavin.
"Masih di kamarnya, Tuan." Jawab Bu Ti.
"Lalu, Tuan Gavin?" Tanya Agil lagi.
"Masih diatas, di ruang kerjanya." Ujar Bu Ti lagi.
"Baiklah. . .sebaiknya kita diam saja. Supaya Clau tidak tahu keberadaan Nona Kayana, dan bisa membahayakan Nona Kayana." Ujar Agil.
"Baik Tuan." Ujar Bu Ti.
Tak menunggu lama, Tuan Gavin dan Claudia turun dari lantai atas. Agil berdiri dan hanya diam saja tanpa berbicara pada Tuan Agil. Begitupun dengan Bu Ti yang sejak tadi sedang menunggu Nina Kayana keluar dari kamarnya.
"Kita kan hanya ingin pergi berdua, kau mengajaknya Gavin?" Tanya Claudia sedikit kecewa.
"Maaf Tuan, ada yang hsrus saya selesaikan disini. " Ujar Agil pada Gavin.
"Baiklah. . . Aku tunggu kabar darimu." Ujar Gavin berlalu pergi.
Apakah dia tidak ada firasat tentang Nona Kayana Tuan? Nona sedang mengandung putramu. Aku berada di posisi yang salah, satu sisi aku harus menuruti permintaan Nona demi bayi yang ada dalam kandungannya. Tapi aku juga tidak bisa terus diam, atau Clau akan terus membawa Tuan terlalu dalam. Aku berikan kau waktu satu minggu untuk bisa tetapnbersama Tuan Gavin Clau. Setelah itu jangan harap kau bisa bertemu dengannya lagi.
Agil kembali duduk setelah kepergian Gavin dengan Claudia, tepat oukul 16.00 terdengar seseorang dari lantai atas membuka pintu kamarnya. Agil segera berlari ke atas dan melihat apa yang diblakukan Nona Kayana.
"Nona. . . apa yang akan anda lakukan?" Tanya Agil yang melihat Kayana sedang menarik kopernya.
"Aku akan pergi, aku tidak bisa terus berdiam diri disini. " Ujar Kayana.
"Tapi Nona. "Ujar Agil.
"Berikan aku kebebasan Agil, Aku sudah tidak di butuhkan olehnya. Sebentar lagi mereka akan bersatu bukan? Aku ingin hidup berdua dengan bayiku. Aku mohon. . ." Ujar Kayana dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tapi Nona mau tinggal dimana? Terlalu bahaya untuk Nona dan juga bayi yang ada dalam kandungan Nona." Ujar Agil.
"Tenanglah, aku memiliki dua sahabat yang perduli denganku. Aku tidak bisa berdiam diri di kamar ini terlalu lama." Ujar Kayana lagi.
"Kalau bgitu biar saya antar Nona." Ujar Agil.
"Tidak perlu, Billy sudah menungguku, aku yang meminta dia untuk menjemputku." Ujar Kayana.
"Apakah Nona yakin?" Tanya Agil.
"Hmm. . aku sangat yakin. Aku tidak akan mengganggu Tuan Gavin lagi." Ujar Kayana.
"Kalau begitu biar saya yang bawakan kopernya Nona." Ujar Agil.
"Hmm.. . Terimakasih Agil." Ujar Kayana.
Aku akan terus mengawasimu Nona. Maaf jika aku terlalu lama membawa Tuan Gavin untuk bisa kembali padamu.
Agil membawakan koper kecil milik Nona Kayana sampai halaman rumahnya. Mobil Billy berhenti di depan gerbang karena takut tidak di ijinkan masuk.
"Biarkan dia yang kesini Nona." Ujar Agil yang langsung memberikan isyarat pada penjaga untuk memperbolehkan mobil Billy masuk .
"Terimakasih sudah membantuku selama ini." Ujar Kayana.
"Sama-sama Nona. Kabari saya jika Nona butuh apa-apa" Ujar Agil.
"Hmm. . " Kayana hanya tersenyum.
"Selamat sore Tuan. . " Ujar Billy setelah turun dari mobil.
"Saya titip Nona. Carikan tempat tinggal yang layak." Ujar Agil.
"Ma. . maksudnya? Kau mau pergi? Apa kau yakin? Bukankah kau sedang. . ." Ujar Billy.
" ssttt. . . Akan aku ceritakan nanti Bill. . . " Ujar Kayana.
Jadi temannya tidak tahu kalau Nona memanggilnya untuk menjemput dan membawanya pergi. .
" Tuan Agil saya pergi dulu. Saya meninggalkan sebuah surat untuk Tuan Gavin." Ujar Kayana tersenyum menahan sesak.
"Jaga diri Nona baik-baik. . Suatu saat saya pastikan Tuan Gavin akan menjemput Nona dengan sendirinya." Ujar Agil.
Tidak mungkin terjadi. . . Tuan Gavin tak pernah perduli denganku. . .
Mobil Billy pergi meninggalkan halaman rumah Gavin yang luas. Agil menatapnya lekat-lekat kepergian Nona Muda yang sedang mengandung bayi Tuan Gavin. Entah kenapa Agil bisa merasakan kesedihan yang di rasakan Nona Muda.
Teringat dengan ucapan Kayana, Agil segera pergi ke dalam kamar Kayana untuk mencari surat yang di tinggalkan untuk Tuan Gavin. Ternyata Kayana meninggalkannya di atas nakas dekat kasurnya. Saat hendak keluar dari kamar, Agil tak sengaja melihat sebuah buku catatan kecil di kolong meja.
*Buku catatan? Apakah Nona Kayana suka menulis?. . boleh aku lihat dia menulis apa? . .
Kenapa Nona seperti ini, tidak seharusnya dia begini. . .
Disisi Lain. . .
"Sebenarnya apa yang terjadi? Apa kaubtak bahagia menikah dengan Tuan Gavin?" Tanya Billy.
" Aku bahagia, tapi aku tidak bisa selamanya disana. Aku ingin menata hidupku sendiri dari awal, berama calon anakku." Ujar Kayana tersenyum.
"Kau yakin?" Tanya Billy.
"Apa kau meragukanku?" Tanya Kayana.
"Tentu saja. . .kau masih 18 tahun, tapi kai harus pergi dari rumah suamimi dalam kondisi hamil Kan. Bagaiamana aku tidak khawatir?" Ujar Billy.
"Ada saatnya aku harus melepas sesuatu yang berarti demi hidupku yang lebih baik lagi Bill . . .Aku hanya ingin hidup dengan semestinya. . . " Ujar Kayana.
"Entahlah. . aku pusing dengan pembicaraanmu yang seperti orang dewasa. . . Lalu kau mau kemana sekarang?" Tanya Billy.
"Mencari kontrakan. . . Aku ingin tinggal yang jauh dari suamiku." Ujar Kayana lagi.
"Baiklah. . aku tahu tempatnya." Ujar Billy melajukan mobilnya ke sebuah alamat yang dia maksud.
Billy membawanya ke salah satu rumah keluarganya yang sudah lama tidak di tinggali. Rumah itu sudah menjadi milik Billy, tapi Billy enggan untuk menempatinya. Karena dia dan Dini sudah berencana untuk tinggal di appartemen dulu setelah menikah nanti.
Sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan minimalis, halaman rumah yang cukup luas dan terlihat sebuah ayunan di halaman rumah. Kayana turun dari mobil dan melihat-lihat sekeliling rumahnya.
"Dimana pemiloh kontrakannya?" Tanya Kayana.
"Apakah aku tidaa terlihat dimatamu?" Tanya Billy.
"Jadi kau yang punya rumah ini? Kenapa kau membawaku kemari?" Tanya Kayana.
"Aku belum ingin tinggal disini, daripada kosong, kau tinggal saja disini. Setiap hari ada Bi Mun yang datang untuk bersih-bersih. Kau bisa memintanya untuk berbelanja dan memasak." Ujar Billy.
"Lalu berapa uang sewa yang harus aku bayar perbulannya?" Tanya Kayana.
"Kau anggap aku ini siapa? Aku tidak akan meminta uang sewa padamu." Ujar Billy.
"Kalau begitu aku juga tidak mau tinggal disini." Ujar Kayana.
"Lalu kaunmau kemana? Kasihan bayimu kalau kau tidur di emperan toko." Ujar Billy.
"Kalau begitu berapa uang sewa yang harus aku bayarkan?" Tanya Kayana lagi.
"Aiihhhh. . Terserah kau sajalah, aku akan menerimanya." Ujar Billy.
"Terimakasih Bill. . ." Ujar Kayana.
Billy membawakan koper ke dalam rumahnya. Dan menunjukkan sebuah kamar besar untuk Kayana. Billy sengaja memilih kamar itu karena terletak di lantai bawah supaya Kayana tidak naik turun dan berbahaya.
"Kamarmu di lantai bawah, setelah anakmu lahir baru kau boleh pindah ke atas." Ujar Billy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
re
Untung punya sahabat yg baik
2021-06-24
0
kamila
masha allah..seneng bngt punya sahabat yg baik dan tulus
2021-06-08
0
Dadan Mulyana
ceritanta bikin 😭😭😭thorr
2020-12-03
0