"Kau beli yang rasa apa saja?" Tanya Gavin setibanya Agil di dalam mobil.
"Rasa? Maksud Tuan?" Tanya Agil dengan bingung.
"Kau beli tadi ada saus nya kan?" Tanya Gavin lagi
"Sa. . saus? Tapi ini rujak Tuan, mana ada makan ruja dengan saus." Ujar Agil kebingungan.
"Benarkah? Lalu makan dengan apa?" Tanya Gavin.
"Sambal Tuan." Jawab Agil.
"Lalu varian rasa apa? Aku mau yang barbeque saja." Ujarnya.
"Sambalnya tidak ada varian rasa. Semua rasa sudah tercampur ada pedas, manis, asinnya Tuan. Apakah Tyan belum pernah makan rujak?" Tanya agil.
"Sepertinya belum." Ujar Gavin.
Astaga. . . lalu untuk apa Tuan memintaku membeli rujak aklau dia belum pernah mencobanya. . . bagaimana kalau dia sakit perut. .
"Kenapa kau diam Agil?" Tanya Gavin saat melihat Agil hanya diam dan belum memasang sabuk pengaman.
"Tidak Tuan. .kalau begitu biar nanti Tuan mencicipanya di Kantor." Ujar Agil segera memasang sabuk pengaman.
Agil segera melajukan mobilnya menuju Perusahaan yang sudah berjarak kurang lebih 3km lagi. Sesampainya di Perusahaan, semua orang memandangi Agil yang menenteng dua kantong plastik berwarna hitam di masing-masang tangannya.
Menyadari semua mata memandanginya, Agil segera mempercepat langkahnya menyalip Gavin yang berjalan dengan santai mendekati lift.
"Astaga. . .apa kau sedang marathon?" Tanya Gavin dengan heran karena tiba-tiba Agil mendahuluinya.
"Maaf Tuan, tapi semua mata memandang ke arah saya." Ujar Agil.
"Oh. . . baiklah. . ." Ujar Gavin yang berhenti sejenak untuk memastikan ucapan Agil.
"Silakan Tuan." Ujar Agil ketika pintu lift telah terbuka.
Gavin melangkahkan kakinya dengan santai, tak memperdulikan Agil yang sejak tadi ingin segera sampai di lantai 4.
Astaga. . .sepertinya Tuan Gavin sengaja melangkahkan kakinya dengan pelan. Aku mohon Tuan, jangan siksa aku. . .
Sesampainya si lantai 4, Agil segera meminta staffnya untuk menyiapkan beberapa bungkus rujak ke dalam piring, sisanya biar dimakan oleh yang lain. Agil segera membukakan pintu untuk Gavin.
Tiga puluh menit kemudian, seorang staff masuk dengan membawa nampan berisi sepiring besar buah yang telah di potong-potong, dan semangkuk kecil sambal. Melihat rujak telah datang, membuat Ken segera menghampirinya dan melihatnya dari dekat .
"Ambilkan dua botol mineral. . ." Ujar Agil.
"Baik Tuan." Ujarnya segera keluar dari ruang kerja Randy dan tak lama kemudian kembali masuk dengan dua botol mineral berukuran sedang, dan kembali keluar setelah meletakkannya di atas meja.
Tanpa menunggu aba-aba Gavin segera menyiram seluruh sambalnya ke atas buah yang ada di meja membuat Agil terbelalak melihat kelakuan Gavin yang dengan santainya menyiramkan seluruh sambal yang pedas.
"Tu. . Tuan. . .apa yang Tuan lakukan. . " Ujar Agil.
"Menuangkan sambal. . . beginikan cara makan rujaknya." Ujar Gavin yang benar-benar menuangkan selurih sambal.
"Tidak Tuan. . kita cukup mengambil buahnya dulu laku kita colekkan ke sambalnya. . .sambal rujak sangat pedas Tuan." Ujar Agil.
"Iyakah?" Tanya Gavin terbengong. "Lalu ini bagaimana?" Tanya Gavin lagi.
Ya kita makan. . mau gimana lagi.
"Kita makan saja Tuan. . .Ada garpu untuk mengambilnya." Ujar Agil memberikan sebuah garpu pada Gavin.
"Hmm. .. Baiklah. . ." Ujar Gavin mengambil sepotong buah yang banyak sambalnya. "Aiiisssh. . .Apakah penjualnya ingin meracuniku? Ini pedas sekali. . .lalu kenapa buahnya tidak manis?? Dia berani menipuku Agil. . ." Ujar Gavin.
Astaga. . .ingin rasanya ku berkata kasar. . .Bagaimana bisa sejak kecil anda tak pernah makan rujak Tuan. . .Lalu kenapa anda minta membelinya. .
"Inilah yang dinamakan rujak Tuan, buah yang masam dan juga sambal yang pedas." Ujar Agil.
"Jadi penjual itu tidak menipuku?" Ujar Gavin.
"Tidah Tuan, tapi jika Anda tika mau beli lagi, akan saya batalkan." Ujar Agil.
"Besok terakhir beli. . .aku sudah tidak ingin. . ." Ujarnya yang masih mengunyah rujak.
"Baik Tuan." Jawab Agil.
Agil dan Gavin memakan rujak berdua pagi itu. Untung saja mereka sudah sarapan, dan meminum susu saat sarapan. Setidaknya perutnya tidaa akan sepanas jika tidak meminum susu.
_…_…_…
3 Bulan sudah berlalu, usia kandungan Kayana telah memasuki usia 4 bulan. Tapi Gavppin belum mengetahuinya dan beberapa bahkan beberapa kali Gavin mengajak Claudia ke rumahnya.
Kayana hanya berdiam diri di kamar supaya Claudia tidak tahu keberadaan dirinya dan akan membuat Tuan Gavin murka padanya jika statusnya terbongkar.
*Nak. . jangan khawatir. . .aku akan menjagamu dan membesarkanmu dengan tanganku sendiri. Mungkin sudah waktunya untuk kita pergi dari sini. Biarkan Daddy kamu bahagia. Dan kita juga akan bahagia berdua. Jadilah anak yang kuat, jangan seperti ibumu yang lemah ini.
Tring. . .
•• Kay. . Bagaimana kabarmu?••
•• Aku baik-baik saja. . .bisakah kalian datang ke rumahku? Aku ingin bertemu dengan kalian.••
••Baiklah. . kapan kami harus ke rumahmu?••
••Nanti pukul 4 sore. . ••
•• Baiklah* ••
Kayana segera mengambil beberapa pakaian yang lebih sopan di dalam lemarinya. Agil meminta staffnya untuk membelikan Kayana pakaian sesuai ukuran Kayana yang sekarang.
Setelah semuai selesai, Kayana duduk di sofa depan ranjangnya karena merasa sedikit lelah. Saat melihat ke layar ponselnya jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi, tapi Kayana sangat mengantuk. Akhirnya dia memilih untuk naik ke atas kasur dan memejamkan matanya sebentar.
Tanpa menunggu waktu lama, Kayana sudah terlelap dalam tidurnya. Dia begitu kelelahan hingga tidak bangun saat jam makan siang telah tiba. Bu Ti masuk ke dalam kamar Kayana dan melihat sebuah koper kecil sudah berdiri di samping pintu.
Koper? Nona muda mau kemana? Apakah dia merencanakan sesuatu? Sebaiknya aku mneghubungi Tuan Agil untuk mengabarinya. Biar bagaimanapun Tuan Agil yang selama ini memantau keadaan Nona Muda.
Setelah meletakkan makanan di meja kecil dekat kasurnya, Bu Ti segera keluar dari kamar Kayana dan mencari lokasi untuk dia bisa menghubungi Tuan Agil tanpa Tuan Gavin harus mendengarnya.
"Ha. . halo Tuan Agil. . ." Ujar Bu Ti.
"Hallo Bu Ti. . ada apa?" Tanya Agil yang sedang duduk di meja kerjanya sambil memeriksa beberapa berkas.
"Maaf kalau saya mengganggu Tuan, tapi ada hal penting yang harus saya sampaikan. . ." Ujarnya terus mengawasi keadaan sekitar.
"Ada apa?" Tanya Agil.
"Sepertinya Nona Muda hendak pergi dari rumah ini Tuan, saya tidak sengaja melihat ada sebuah koper kecil di balik pintu kamarnya dan sudah berat sekali." Ujar Bu Ti menjelaskan.
" A. . .apa? Lalu dimana Tuan Gavin?" Tanya Agil.
"Tuan Gavin bersama seorang wanita di lantai atas Tuan." Ujar Bu Ti lagi.
"Baiklah. . .aku akan segera kesana. . . Jangan katakan apa-apa pada Tuan Gavin Bu." Ujar Agil.
"Baik Tuan." Ujar Bu Ti.
Agil segera berlari menjauhi meja kerjanya setelah meminta orang kepercayaannya untuk menghandle pekerjaan hari ini. Agil tidak ingin Kayana bertindak ceroboh dan membahayakan dirinya juga bayi di dalam kandungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Desy Puspita
Wkwkkw mampus tuh yang ngidam si Gavin. Eh Jan susah" dong Thor.. ntar suami akooh si Agil yang repot urusin laki bini satu ini..
2020-10-04
0
miming mink
jahat banget gavin
2020-09-28
1
🅰🅽🅰 Ig: meqou.te
hadir untukmu
2020-09-16
0