"Nanan...selamat pagi!," sapa ibu Retno pagi itu.
"Eh ibu, selamat pagi juga," jawabku sambil memanaskan motorku.
"Ehm..Nanan..maaf apakah boleh saya nebeng tiap pagi selama seminggu ini?" tanyanya padaku.
"Oh tentu boleh dong bu, tidak apa-apa kan kita sama tujuannya. Yang penting ibu engga gengsi dianter aku....hahaha," jawabku sambil tertawa.
" Waduh gengsi apa sih, malah saya yang tidak enak merepotkanmu," katanya lagi.
"Tidak apa bu santai saja, eh, kemarin ibu pulang jam berapa sih, sepertinya ada acara di fakultas matematika yah? soalnya tampak ramai sekali," basa-basiku kepadanya.
"Iya kemari ada pelantikan saya jadi Ketua Jurusan dan juga peresmian jurusan Matematika Terapa sekaligus perkenalan mahasiwa baru yang cuma ada sekitar 30 orang saja...hahahah," jawabnya dengan renyah dan ramah.
Aku jadi bertanya dalam hati kata orang galak tapi kok sama aku baik sekali.
Apa mungkin karena ada maunya saja yah karena nebeng, tapi minggu depan katanya tidak akan nebeng lagi apa mungkin nanti akan mulai galak sama aku juga.
"Sesungguhnya saya ada dana bensin dari kampus nanti kalau motornya perlu diisi bensin bilang saya yah. Karena kendaraan saya baru akan ada minggu depan, seharusnya seminggu ini saya ada dana taksi online tapi karena bisa nebeng Nanan jadi pilih naik motor saja sama Nanan," Bu Retno menjelaskan padaku tentang mengapa dia jadi akan menebeng aku selama seminggu ini.
"Aduh bu santai aja, tidak usah pikirkan bensin kalem aja bu.. nanti ibu traktir saja aku makan bakso gimana," aku coba memancing apakah ibu ini memang galak dan judes kah.
"Oh.. tentu hayuk dengan senang hati, kapan ada waktu nanti kita makan bakso yah... saya belum tahu tempat yang enak nanti Nanan saja yang tunjukkan yah," katanya padaku dengan penuh ceria.
Tiba-tiba..."Nanan!!!!....ayo pamrih yah... bikin malu saja!" wow rupanya papa nguping dan berteriak tidak suka soal aku minta traktir bakso.
Akupun diam dan menunduk, kemudian ibu Retno mendekati papa ku. "Pak Yohan tidak apa kok pak, malah saya yang mohon maaf merepotkan Nanan. Jangan khawatir pak ini saya yang juga suka kok maka bakso bukan Nanan yang minta. Tenang saja pak," ujarnya pada papa.
Dan papa lalu menatapku dan melengos pergi ke dalam sambil cemberut dan sama sekali tidak mengindahkan perkataan ibu Retno.
"Bu, maaf yah papa saya emang orangnya begitu. Aneh bin ajaib, jutek tapi dia baik loh sesungguhnya sih," aku menjelaskan sambil mencoba menenangkan Ibu Retno yang tampak kaget dan bingung atas sikap papa ku.
Tapi ibu Retno hanya tersenyum saja mendengar penjelasanku.
"Ayo bu kita berangkat sekarang," ajakku padanya.
"Ayo..Eh.. sebentar saya beli roti dulu buat sarapan di kampus," Katanya sambil setengah berlari ke dalam toko kami, dan setelah mengambil roti lalu membayar ke papa, diapun berlari kecil menuju motor.
Ibu itu tampak baik dan tampak energik walau usianya sekitar 40 an seperti papa lah.
Dan bagiku dia wanita yang ramah tidak tampak seperti yang dikatakan orang lain.
Lalu motor kamipun melaju menuju kampus, dan kami sepanjang jalan berbincang ringan.
Jarak antara rumahku dan toko tidak terlalu jauh sekitar 15 menit perjalanan.
Ibu Retno sangat senang sepanjang jalan minta ditunjukkan tukang jualan makanan, juga ingin tahu dimana pasar dekat rumah.
Dan juga kami melewati cafe favorit anak-anak kampus. Beliau juga bertanya apakah ada tempat fitness dekat dengan kampus atau dekar rumah kami. Dan kebetulan ada dekat rumah kami yang searah ke jalan menuju kampus.
Hmmm... pantesan awet muda rupanya rajin olah raga yah...
-----
Kami tiba di kampus dan hari ini lebih banyak mata memandang bagaimana ibu Retno bisa bersama aku.
Ada yang tampak curiga, ada yang berbisik-bisik tapi ada juga yang melihat lalu tak acuh.
Seperti biasa kami berpisah di pintu utama, karena gedung aku ada di sayap kanan sementara fakultas matematika ada di belakang gedung utama.
Sesampainya di kampus langsung aku sudah Ditunggu Lena dan juga pacarnya Bram beserta beberapa kawannya Bram.
Aku diberondong pertanyaan oleh mereka tentang ibu Retno dan aku hanya menjawab apa adanya saja.
Dan aku baru tahu bahwa nama panjangnya ibu Retno adalah Tri Retno Handayani..Dan dijuluki ibu Tiri.
Disebut demikian karena memang kalau mengajar sangat dingin dan tegas.
Bram kemarin sore sudah merasakan bagaimana beliau mengajar statistika lanjutan di kelas Bram, beliau memang diperbantukan mengajar statistika lanjutan untuk mahasiswa tingkat akhir.
Dan menurut Bram dan kawan-kawan sungguh seperti ibu Tiri tak ada senyum dan dingin dalam mengajar.
Semua harus hening saat beliau memberikan materi dan bila tampak ada yang mengantuk atau tidak konsentrasi maka alamat ditegur dengan keras.
Dan aku hanya mendengarkan cerita mereka sambil tertawa- tawa saja karena berbeda sekali.
Tiap pagi bertemu dan pergi bersama aku, selalu penuh keceriaan saat kami berbincang ringan. Menurutku dia sangat baik dan ramah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments