Di dalam kamarnya Aletta merenung di meja belajar nya, dia merenung kenapa hari ini orang-orang begitu mengkhawatirkan nya, mulai dari Fedrik, Frans, Alice sampai Zaed. bahkan Frans sampai men skorsing teman sekalas nya karena melukainya, walau Aletta tahu Frans menyukainya tapi Aletta tak abis fikir kalau Frans sampai sejauh itu menghukum teman sekelasnya itu, meski dia sendiri pun kesal dengan tingkah temannya itu yang sengaja melakukan hal itu pada saat di dapur besar tadi.
Bulan sabit yang menghiasi langit malam ini menemani Aletta saat dirinya tengah melamun hingga akhirnya dia baru menyadari satu hal, bagaimana Zaed bisa masuk kedalam rumah.
"Oia bagaimana kak Zay bisa masuk kedalam rumah apakah larangan untuk bertemu dengan ku sudah di cabut oleh ayah? " fikir nya.
Hingga akhirnya Aletta keluar kamarnya dan berniat bertanya pada kedua satpam yang berjaga malam ini bagaimana caranya Zaed bisa masuk kerumah, dan apakah larangan untuk bertemu dengannya sudah di cabut.
Aletta berjalan keluar rumah dan berjalan menuju pos keamanan, dia terkejut saat melihat kedua satpam itu wajahnya lebam-lebam.
"Pak kenapa wajahnya kalian lebam-lebam seperti itu? " tanya Aletta.
"Eh ini ada sedikit insiden non tadi" jawab salah satunya.
"Insiden? " Aletta nampak berfikir.
"Iya non" jawab mereka berdua.
"Oia ada apa nona malam-malam keluar? " tanya salah satu satpam tersebut.
"Eh iya aku hampir lupa, mau bertanya pada kalian, bagaimana tadi kak Zay bisa masuk kerumah dan bertemu dengan ku? apa ayah sudah memperbolehkan kita untuk bertemu lagi? " tanya Aletta pada kedua satpam tersebut.
Kedua satpam tersebut hanya menggaruk kepala mereka saja meski itu tak gatal, mereka sendiri pun bingung harus menjelaskan nya bagaimana pada nona muda mereka karena tidak mungkin berkata kalau Zaed yang memukuli mereka tau berkata kalau sebenarnya tuan besar pun belum memberikan ijin agar Zaed bertemu dengan Aletta.
"Pak kok malah pada diam saya bertanya apa ayah sudah memperbolehkan kak Zay datang ke rumah lagi? " tanya Aletta lembut.
"Ehm belum non" jawab mereka polos.
"Lalu bagaimana kak Zay bisa masuk tadi? apa kalian di sogok olehnya? tapi setahu ku kak Zay bukan tipe orang yang suka menyogok begitu" Aletta nampak berfikir.
Saat melihat kearah kedua satpam. tersebut dan melihat luka lebam di wajah mereka Aletta baru menyadari kalau cara masuk Zaed seperti apa hingga bisa masuk menemuinya.
"Apa kalian di pukuli kak Zay? " tanya Aletta ragu.
Dan mereka pun dengan polosnya mengangguk.
"Astaga... kenapa kak Zay bisa se nekat ini ya hanya untuk. ketemu sama aku" gumam Aletta namun masih bisa terdengar oleh kedua satpam tersebut.
"Sepertinya mas Zay suka dengan nona" ucap salah satu satpam tersebut.
"Dia memang menyukai ku pak" ucap Aletta polos.
"Maksud saya bukan suka biasa non tapi cinta sepertinya mas Zay cinta sama nona" jelas satpam tersebut.
Aletta tertawa saat mendengar penjelasan dari satpam tersebut.
"Hahaha mana mungkin pak kak Zay itu mana mungkin suka sama aku,cinta sama aku, ngaco nih bapak berdua sudah ah aku mau tidur dulu sudah malam" Aletta lalu meninggal kan pos keamanan meski masih di iringi tawa.
Kedua satot tersebut saling pandang saat nona mudanya tak percaya dengan kenyataan yang ada di depan mata.
"Sebenarnya kita yang salah nilai apa si nona yang nggak peka sih lur? " tanya salah satu satpam.
"Au ah... yang bersangkutan ajah penuh misteri, gue lagi mikirin gimana nasib kita nih kalau tuan besar tahu masalah ini ck hem... " keluh satpam yang satunya.
"Hem... elu benar juga siap-siap cari kerjaan baru ini mah kalo nggak ada ampun dari tuan besar" keluh salah satu satpam lagi.
Dan mereka berdua pun akhirnya menghela nafas dalam bersamaan.
"Gue juga nggak nyangka sih mas Zay pinter berkelahi dah gitu pukulan sama tendangannya cepat dan keras lagi, dah kaya petarung profesional ajah" fikir satpam satu
"Iya gue juga nggak nyangka tuh kaya begitu mas Zay, pantesan nona selalu aman kalo jalan sama dia, udah kaya body guard profesional dia ternyata" ucap satpam dua.
Sementara kedua satpam tersebut membicaraka Zaed, tokoh yang di bicarakan sedang memacu motornya di jalanan yang sepi, dia menikmati angin malam yang menemaninya malam ini.
Motor sport hitam itu berhenti di sebuah danau Zaed menikmati angin malam dan pemandangan di pinggir danau, dimana disana begitu banyak kedai dengan lampu yang berwarna-warni dan musik yang bersahutan satu sama lain.
Begitu ramainya susana danau malam itu, membuat Zaed tersenyum karena merasa dirinya tidak sendiri malam ini.
"Akankah kita bisa bersatu Aletta, entah kenapa diri ku tak bisa berpaling dari mu meski aku tahu jalan ini tak mudah, ditambah lagi aku sendiri pun tak tahu bagaimana hati mu pada ku" gumamnya.
Saat sedang melamun tiba-tiba Zaed mendengar suara seseorang yang sangat familiar di telinga nya. suara seorang wanita yang sedang mengoceh dengan pacarnya.
"Jadi kamu ini maunya apa Ujang... kamu itu mau putus atau terus hah?! " sentak Wiwid yang kesal dengan Ujang pacarnya yang plin plan.
"Aku nggak mau putus tapi aku belum bisa nikahin kamu sekarang Wid aku juga bingung" jawab Ujang.
"Dasar egois, terus harus sampai kapan aku nunggu kamu? orang tua aku mau jodohin aku, kamu rela ngeliat aku nikah sama orang lain? " tanya Wiwid.
"Ya nggak rela lah Wid... " jawab Ujang.
"Terus hubungan ini mau dibawa kemana sih sama kamu? kita kan nggak selama nya pacaran Ujang... " Wiwid kesal.
"Iya kamu benar, kita nggak selamanya pacaran, bila kamu memang nggak bisa nunggu aku, aku rela kamu nikah sama orang lain meski hati ini sakit ngelepasin kamu Wid" ucap Ujang lirih.
Plak...
cap lima jari di berikan oleh Wiwid di pipi Ujang saat mendengar Ujang berkata seperti itu.
"Dasar bodoh laki-laki payah gue benci sama elu Ujang, gua nyesel kenal dan deket sama elu, laki-laki nggak ada perjuangan nya, laki-laki payah" Wiwid emosi dan memakai Ujang.
Ujang hanya terdiam saja saat mendengar makian Wiwid padanya, saat ini Ujang tak bisa berkata apa-apa selain diam saja karena dia tahu semua yang di katakan oleh Wiwid itu adalah benar adanya dia memang hanya seorang laki-laki payah dan bodoh yang membiarkan wanita menikah dengan pria lain, karena dia sendiri pun tak mungkin memperistri Wiwid saat ini karena Ujang adalah tulang punggung keluarga, kedua adiknya masih membutuhkan biaya sekolah, bila dia menikah maka dia hanya akan membuat wanita yang menikahinya menyesal karena telah menikah dengannya.oleh karena itu Wiwid lebih baik menyesal karena tidak menikah dengan Ujang dari pada menyesal. setelah menikah dengan Ujang.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments