Bab 15

Di siang hari saat jam makan siang telah tiba, tim yang masih berada di ruang meeting pun mendapatkan jatah makanan siang mereka yang sudah di persiapkan sejak awal, beberapa kotak box lunch telah di bawa ke ruang meeting tapi untuk CEO dan Asistennya mereka menyajikan nya berbeda, untuk CEO mereka menyajikan makan tersebut di piring keramik beserta lauk pauknya.

Nasi yang di sajikan terpisah dari pring lauk dan juga piring untuk sayuran yang juga menjadi menu makan siang hari ini.

Tim yang sedang meeting pun beristirahat sejenak untuk menyantap makan siang yang telah tersedia di meja mereka, begitu pun Aslan dan Zaed, mereka pun menghentikan pekerjaan mereka sementara untuk menikmati makan siang hari ini.

Aslan melihat Zaed tidak keluar siang ini, selain alasan meeting siang ini seperti nya ada alasan lain yang membuat sahabat nya ini tidak keluar siang ini.

"Elu nggak keluar Zay? " tanya Aslan penasaran.

"Tidak tuan muda, aku di larang mendekati dia lagi" ucap Zaed tak bersemangat.

"Hah serius lu Si tua bangka ngelarang elu dekat sama Aletta? " ucap Aslan pelan tapi dengan nada menekan.

Zaed hanya mengangguk saja.

"Lagi pula aku masih bisa kok dekat dengan nya bila di sekolah nanti" sambung Zaed.

"Astaghfirullah benar-bener keterlaluan tuh orang" Aslan geram.

Zaed pun memakan makanannya yang sebenarnya dirinya tidak nafsu makan, tapi saat suapan pertama saat dirinya menggigit potongan ayam rica-rica itu, ada satu rasa yang tidak asing di lidahnya, masakan yang biasa dia makan.

"Aletta" gumamnya.

Aslan yang mendengar gumaman sahabatnya langsung menoleh dan menggeleng pelan dia takut kalau sahabatnya ini bisa jadi gila karena sepupunya, bagaimana tidak karena di larang oleh ayahnya untuk mendekati putrinya sekarang ini dia malah berbicara sendiri saat makan dan menyebutkan nama gadis itu. 🤦‍♂️.

"Zay sadar Zay yang elu gigit itu Ayam bukan Aletta" ucap Aslan pelan agar semua orang yang ada di ruangan ini tidak mendengar percakapan mereka.

"Eh... ini memang ayam tuan muda sejak kapan ayam ini berubah nama menjadi Aletta? " Zaed bingung.

"Lah itu barusan elu ngomong Aletta pas elu gigit ayam" Aslan menahan kesal.

"Eh... oh... itu bukan begitu maksud saya tuan tapi rasa masakan ini seperti yang biasa Aletta buat meski agak berbeda sedikit di bumbu tapi ayamnya memiliki tekstur yang sama seperti saat Aletta yang masak" jelas Zaed.

"Ini dari katering langganan kita kan mana mungkin Aletta yang masak, dia sedang sekolah bukan sedang kerja di katering" ucap Aslan frustasi melihat sahabatnya sepertinya hampir gila karena memikirkan sepupunya.

"Ah iya tuan muda benar juga" ucap Zaed.

Tapi rasanya benar-benar sama seperti masakan dia.

Batin Zaed.

Zaed belum mengetahui kalau sekolah temanya mengajar saat ini juga menjalin kerjasama dengan pihak katering langganan perusahaan bosnya.

...***...

Padahal perasaan Zaed itu memang benar karena itu memang masakan Aletta, padahal Aletta membuat itu semua dengan susah payah karena saat membuat itu semua tangannya sampai terkena cipratan minyak panas hingga kulitnya melepuh.

Kejadian di dapur saat Chef Frans berkunjung.

Chef Frans yang memperhatikan Aletta karena mendegar kalau Aletta telah membuat kan bekal untuk adiknya membuat chef Frans penasaran kenapa Aletta sampai membuatkan Fedrik bekal.

Hingga akhir Frans mendekat pada Aletta saat Aletta sedang membalik ayam dalam wajan.

Chef Frans melihat tangan Aletta yang terkena cipratan minyak panas membuat nya bertanya.

"Tangan mu kenapa? " tanya Frans.

"Ini terkena cipratan minyak tadi chef" jelas Aletta.

"Kok bisa? " Frans bingung.

"Ya karena ada orang yang sengaja Menyenggol nya saat dia sedang memggoreng ayam kak" celetuk Fedrik.

"Hah siapa? siapa yang berani melakukan ini sama kamu?! " Frans geram.

"Tuh" Fedrik menunjuk seseorang dengan dagunya.

Frans menoleh dan menatap tajam ke arah siswi yang menyenggol Aletta tadi.

"Kau temui saya di kantor" ucap Frans tegas dia pun segera berjalan meninggalkan dapur besar itu.

Siswi yang melakukan kesalahan itu pun terlihat ketakutan dan ingin menangis, tapi Fedrik malah menyumpahi siswi tersebut karena kesal.

"Mampus lu rasain dah kemarahan kakak gue" ucapnya sarkas.

"Hiks Fedrik kok kamu bilang nya begitu sih... aku kan nggak salah sepenuhnya hiks" anak itu malah menangis.

"Nggak salah? orang bener-bener keliatan elu sengaja masih ajah nggak ngaku salah dasar pembohong" ucap Fedrik yang nyerocos terus karena kesal.

Tapi kakak kok kayanya kesel banget ya padahal kan itu cuma luka kecil doang, ya gue juga kesel sih, tapi kok kayanya kakak nampak lebih kesel dari gue ya? hem mungkin dia nggak suka kali salah satu murid nya berbuat curang sama temannya sendiri.

Fedrik bertanya-tanya dalam benaknya saat ini dia bingung dengan kelakuan kakaknya yang sangat tegas kali ini.

Hingga waktu pun berlalu, siang berganti malam, dan malam ini saat Zaed telah selesai mengerjakan pekerjaannya dirinya baru bisa memegang ponselnya setelah seharian dirinya sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaan agar dirinya tak selalu mengingat Aletta, bahkan dirinya sangat sengaja agar tidak memegang ponselnya agar tidak melihat apa pun tentang Aletta di ponsel tersebut, tapi malam ini saat dirinya baru memegang ponsel dirinya di kejutkan oleh status medsos Aletta yang menunjukan kulit tangannya yang melepuh karena tersiram minyak panas saat di dapur sekolah.

"Aletta... " gumamnya.

"Kenapa bisa terkena minyak panas begini sih? " gumam Zaed khawatir.

Zaed langsung mengambil kunci motornya dan langsung memacu motornya menuju kediaman tuan Abraham bahkan dirinya belum sempat berganti pakaian dirinya khawatir dengan gadis kecilnya yang terluka itu, dirinya tak perduli dapat masuk atau tidak kerumah tersebut bila dirinya tak dapat masuk maka akan di terobos nya rumah tersebut, toh lawannya hanya satpam bahkan sebelumnya dirinya sering berkelahi antar geng dan itu lebih menegangkan bila hanya menerobos keamanan dengan penjagaaan satpam rumahan saja, dia tak akan dikalahkan begitu saja.

Motor sport hitam tersebut melesat menembus angin malam ini, saat ini yang ada di fikiran nya hanya Aletta.

Zaed memang orang yang sabar Tapi bila menyangkut tentang Aletta di tambah lagi gadis itu terluka maka dirinya tak akan bisa bersabar diri dan mengalah begitu saja.

Motor sport hitam tersebut pun akhirnya tiba di gerbang kediman Abraham, Zaed meminta di bukakan gerbang tapi satpam rumah tersebut tidak membukakan nya, Zaed sudah bertekad hingga dia akhirnya nekat untuk memaksa masuk kedalam kediaman Abraham meski dirinya harus bertarunh dengan para satpam tersebut.

"Ijinkan saya masuk pak kalau tidak bapak yang akan menyesal nantinya" ancam Zaed dengan tatapan dingin.

"Maaf tuan Zaed tapi perintah tuan besar lebih penting dari pada permintaan anda" ucap satpam tersebut.

"Oke kalau begitu mau kalian" ucap Zaed dingin. Zaed sudah gelap mata saat ini.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!