Bab 8

Udah ah males gue bahas nya" ucap Wiwid sewot dan dia pun ingin melangkah pergi dari hadapan Zaed.

"Oh gue tahu ortu lu pasti minta Ujang cepet-cepet nikahin elu kan? benar kan tebakan gue hehehe"

Wiwid melirik sinis kearah Zaed.

"Udah tahu pake nanya?! " sentak Wiwid.

Tapi itu bukan membuat Zaed tersinggung malah membuat Zaed tertawa terbahak-bahak.

"Seneng banget lu kelihatannya lihat gue menderita" singgung Wiwid.

"Hahaha hahaha sorry" Zaed terpingkal hingga dia memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terbahak-bahak.

Wiwid pun malas meladeni Zaed dan memilih melangkah meninggal Zaed yang masih terpingkal di dekat pintu kantor.

"Hehe elu mending Wid se nggak nya nggak di jadiin pacar kontrak kaya gue" ucapnya lirih di akhir kalimat.

Wiwid langsung menghentikan langkah kakinya saat mendengar perkataan Zaed yang seolah membingungkan, dia pun menoleh kearah Zaed dengan pandangan penuh tanda tanya, tapi Zaed hanya terseyum saja, tapi Wiwid tahu itu bukan senyuman Zaed yang tulus Zaed seolah menyembunyikan kesedihan dibalik senyuman itu.

"Ada apa Zay? " tanya Wiwid pelan.

Wiwid dan Zaed akhirnya duduk di bangku taman pabrik. tempat mereka suka menghabiskan waktu istirahat di kala mereka masih menjadi teman satu profesi.

Zaed terlihat murung saat ini seolah begitu banyak fikiran yang ada di otaknya, selain fikiran pekerjaan pasti juga di tambah dengan fikiran masalah percintaan nya.

Zaed menghela nafasnya dalam saat dia ingin bercerita pada Wiwid. dan Wiwid dengan sabarnya menunggu sahabat lamanya ini bercerita tentang masalah percintaannya yang boleh di bilang agak konyol.

"Wid elu tahu Aletta kan? " tanya Zaed.

"Oo iya dia kalau nggak salah adiknya dr. Alice kan? " Wiwid mencoba mengingat siapa itu Aletta.

"Iya elu benar dia adiknya sahabat gue Alice, dan dia juga yang menjadikan gue kekasih kontrak nya" jelas Zaed lemas.

"Hah.... kok bisa dia kan masih bocah Zay? terus elu mau gitu jadi pacar kontrak? " tanya Wiwid penasaran.

Zaed hanya mengangguk saja.

Wiwid yang terkejut hanya menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.

"Ah gila lu kok elu mau sih? " tanya Wiwid tak percaya.

"Karena sebenarnya gue cinta sama dia sejak lama" jelas Zaed yang membuat Wiwid terkejut lagi.

"Apa?! " ucap Wiwid sedikit berteriak.

"Elu... elu suka dia? tapi kan Zay dia masih kecil? " Wiwid bingung.

Zaed tersenyum saat melihat reaksi Wiwid.

"Gue juga nggak tahu Wid tapi yang jelas cinta itu tumbuh dengan sendirinya dan itu sudah berlangsung lama, bahkan sejak gue masih duduk di bangku SMP hehe, sejak pertama kali gue ketemu sama dia di rumah Alice" Zaed seolah mengingat saat pertama kali berjumpa dengan Aletta di rumah Alice sahabatnya sejak mereka sekolah di bangku SMP.

"Ah gila lu nggak nyangka gue fikir elu nggak suka perempuan tapi sekali dengar cerita elu gue kaget ternyata elu demennya sama daun muda hahaha" Wiwid malah mentertawai Zaed.

"Ye... elu malah ketawa gue serius ini Wid, gue nggak pernah bisa suka sama cewe lain selain sama dia, jadi gue juga nggak bisa nolak permintaan dia pas dia minta gue jadi kekasih kontrak nya, karena gue nggak mau dia diganggu cowo lain, gue nggak rela kalau dia dekat sama cowo lain Wid mangkanya jalan satu-satunya ya itu gue Terima ajah permintaan dia dengan begitu gue bisa selalu ada di sisi dia"jelas Zaed.

Wiwid tertegun saat mendengar cerita Zaed, andai saja Ujang pacar nya seperti dirinya yang tidak rela melihat dia bersma orang lain mungkin dirinya saat ini tidak segalau ini.

Zaed yang melihat perubahan ekspresi dari Wiwid langsung bertanya ada masalah apa dengannya, hingga akhirnya Wiwid pun bercerita pada Zaed kalau kedua orang tuanya memaksa agar Ujang cepat melamar Wiwid kalau tidak Wiwid akan di jodohkan dengan orang lain, tapi Ujang bukannya berjuang malah menyerah itu semua karena alasan biaya, Ujang belum ada biaya untuk melaksanakan pernikahan, hingga Ujang akhirnya pasrah bila Wiwid harus menikah dengan orang lain, dan berpasrah diri karena tidak berjodoh dengan Wiwid.

Zaed yang mendengar cerita sahabat lamanya ini hanya menggeleng pelan saja.

"Ujang bukannya nggak mau berjuang Wid tapi dia berfikir realistis, dia takut nggak bisa menuhin apa kemauan orang tua elu mangkanya dia pasrah, dia pasrah bukan berarti dia nggak cinta sama elu Wid, justru dia begitu karena dia cinta sama elu dia nggak pengen elu menderita setelah nikah sama dia"jelas Zaed.

"Apa iya Zay dia begitu? " Wiwid bertanya seolah tak percaya.

"Iya gue ngomong begini karena melihat dari sudut pandang laki-laki Wid" jelas Zaed.

"Terus gue harus bagaimana dong? " tanya Wiwid bingung.

"Terserah elu mau lanjut atau udahan sama Ujang, elu mau Terima perjodohan itu atau elu terusin sama Ujang sampe Ujang akhirnya siap sama elu" Zaed memberikan saran.

Wiwid pun mengangguk pelan seolah mengerti, tak lama setelah itu Bel masuk pabrik pun berdering Wiwid bangkit dari bangku taman dan pamit pada Zaed untuk masuk dan berkerja kembali di dalam pabrik sebagai operator produksi.

Zaed pun bangkit dari kursi taman tersebut dan berjalan menuju pintu kantor, dia berjalan menuju lift yang menuju ke arah lantai tempat nya bekerja.

Ting.

Suara lift terdengar saat telah tiba di lantai yang di tuju,Zaed pun berjala keluar dari dalam lift dan berjalan menuju ruangan nya. saat dirinya berjalan melewati ruangan Aslan tiba-tiba Aslan keluar dari ruangan nya dan memintanya masuk kedalam ruangan nya.

Zaed pun masuk kedalam ruangan Aslan mereka membahas masalah pekerjaan yang tertunda.

"Besok kita meeting diluar kantor kita akan ketemu klien kemungkinan seharian kita akan di luar kantor, tapi karena elu ngajar sekarang di sekolah Aletta gue berangkat sendiri sama Roni nanti elu kalo udah selesai ngajar elu susul Ajah kita ketempat meeting elu bisa kan? " jelas Aslan.

"Baik tuan muda" sahut Zaed.

"Elu nggak apa-apa kan? " tanya Aslan.

"Tidak apa-apa tuan memang nya kenapa kita kan memang harus bekerja" tanya Zaed bingung.

"Ya nggak takut nya elu keberatan karena besok elu harus repot banget gitu Zay? " jelas Aslan.

Zaed tersenyum pada bosnya yang sangat mengerti diri nya.

"Tidak masalah tuan muda itu semua sudah menjadi kewajiban saya" jelas Zaed.

Aslan tersenyum saat mendengar perkataan sahabatnya, sayangnya perasaan sahabatnya ini belum di ketahui noleh Aletta dan dia sangat kesal dengan adik. sepupunya itu karena bisa-bisanya meminta bantuan sahabatnya ini menjadi kekasih kontrak dan bodoh nya sahabatnya ini juga mau saja menjadi kekasih kontrak, cinta memang sulit di mengerti.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!