Wajah Aletta yang nampak terkejut dan mata Aletta yang sudah berkaca-kaca terlihat jelas di mata Zaed.
Zaed yang baru menyadari kalau kata-katanya sangat menyakitkan bagi Aletta langsung meminta maaf pada gadis remaja itu.
"Ehm... eh... Aletta maaf bukan maksud kakak berkata kasar seperti itu, tapi... "
"Aku mengerti kak, sudah jangan dibahas lagi, maafkan aku karena sudah memaksa kakak untuk menandatangani surat kontrak ini" Aletta meremas kertas tersebut hingga menjadi bola kertas ditangannya.
"Aletta aku bersedia membantu mu tanpa harus ada perjanjian tertulis seperti ini" ucap Zaed.
"Aku tahu aku hanya anak kecil kakak pasti tidak percaya pada ku kalau aku bisa membayar kakak sebagai kekasih kontrak ku" ucap Aletta lirih.
Zaed memgacak-acak rambutnya sendiri karena kesal dengan fikiran Aletta yang masih saja berfikir kalau dirinya harus membayar Zaed.
Zaes akhirnya merebut kertas yang ada di tangan Aletta dan membuka bola kertas tersebut dan menaruhnua di kursi taman tersebut.
Krek.
Zaed menggigit ibu jarinya hingga mengeluarkan darah segar dan Zaed langsung memberikan cap jempol di atas materai yang telah di tempel oleh Aletta sebelumnya.. Aletta sungguh terkejut dengan tindakan Zaed yang di luar dugaan nya, Zaed rela menyakiti dirinya sendiri hanya untuk memenuhi permintaan Aletta.
"Kak apa yang kakak lakukan? jari kakak berdarah dan itu pasti sakit" Aletta panik.
"Ini ganti tanda tangan ku, setetes darah yang aku keluarkan untuk mu tak berarti, tapi bila aku melihat air mata mu menetes setetes saja bagi ku itu lebih menyakitkan dari pada tertusuk belati" ucap Zaed serius.
Aletta menatap mata Zaed dan melihat raut wajah Zaed yang tidak biasanya.
"Maafkan aku karena membuat mu bersedih" ucap Zaed penuh penyesalan.
"Ayo aku antar kau pulang" ajak Zaed setelah itu.
Aletta pun menurut dia mengikuti langkah Zaed menuju Area parkir alun-alun kota dan langsung duduk di belakang kemudi Zaed.
Zaed memacu kuda besinya dengan kecepatan sedang agar Aletta tidak merasa ketakutan saat berkendara dengannya.
Motor sport hitam tersebut pun melaju melewati jalanan kota yang sungguh ramai dengan pemandangan malam hari, lampu-lampu jalanan yang menghiasi jalanan kota yang tak pernah tertidur ini pun ikut menemani perjalanan mereka berdua.
Zaed berhenti beberapa kali di lampu merah karena jalan bergiliran dengan pengendara dari arah lain, gedung-gedung tua pun ikut meramaikan perjalanan mereka beruda, beberapa gedung tua di kota tersebut di ubah oleh beberapa orang untuk di jadikan kafe tempat nongkrong anak-anak muda, dan para pasangan muda mudi dan teman-temannya.
Aletta tersenyum di kala melihat anak-anak se usianya berkumpul dan menghabiskan waktu bersama tertawa dan mengobrol bersama sambil menikmati camilan kekinian.
Zaed melihat senyuman Aletta yang tampak di kaca spion nya, dia pun ikut tersenyum saat melihat gadis itu tersenyum ceria saat melihat pemandangan kota di malam hari ini.
Kuda besi berbadan besar itu pun akhirnya tiba di kediaman tuan Abraham, rumah orang tua Aletta.
Aletta pun turun dari motor tersebut dan tak lupa dia pun mengucapkan rasa terimakasih kepada Zaed karena telah mengantarkan nya pulang dan telah menghibur nya malam ini.
Aletta pun memasuki pintu utama rumah tersebut dan Zaed menunggu gadis itu hingga menghilang dari pandangan nya karena Aletta telah masuk kedalam rumahnya, setelah memastikan gadis itu masuk kedalam rumahnya, Zaed pun menyalahkan mesin motor nya kembali dan berjalan memacu motor itu dengan kecepatan tinggi berbeda dengan kecepatan saat dirinya berboncengan dengan Aletta.
Aletta yang berdiri di atas belkon kamarnya, melihat motor sport hitam tersebut meninggalkan halaman rumahnya dan menghilang di pintu gerbang utama.
Aletta pun duduk di atas ranjang nya setelah melihat Zaed telah keluar dari rumahnya, dia lalu membuka tasnya kembali dan mengeluarkan kertas bercap jempol Zaed dia. meraba bercak darah Zaed yang menempel di kertas tersebut.
Aletta ingat betul bagaimana ekspresi wajah Zaed tadi begitu serius saat berbicara dengannya.
"Baru pertama kali aku melihat wajah kak Zay yang seperti itu" gumamnya.
Setetes darah yang aku keluarkan untuk mu tak berarti, tapi bila aku melihat air mata mu menetes setetes saja bagi ku itu lebih menyakitkan dari pada tertusuk belati.
Perkataan itu terus terngiang di kepala Aletta saat ini, dia tak mengerti maksud dari perkataan Zaed.
"Kenapa kak Zay berkata seperti itu ya? seperti orang yang benar-benar rela berkorban demi kekasih nya? " fikir Aletta.
"Ah... tapi tidak mungkin kan kak Zay benar-benar menganggap aku kekasih kan kita hanya sepakat bahwa status kita itu kekasih kontrak" gumam Aletta lagi.
"Ck... ini semua gara-gara chef Frans aku harus menghabiskan uang tabungan ku untuk membayar kak Zaed, huft.... " keluh Aletta sambil berbaring di atas kasur empuk nya tersebut.
Aletta harus menggelontorkan uang sebanyak 200juta untuk membayar Zaed setelah kontrak ini selesai saat dirinya lulus sekolah nanti, uang hasil tanungannya dalam memenangkan banyak kompetensi memasak dan juga menulis ditambah lagi uang jajan nya yang sama sekali tidak pernah ia gunakan dan hanya dia simpan saja din tabungannya,bila dia ingin jajan masih ada uang saku lain yang telah di berikan khusus dari ayahnya,meski anak orang kaya tapi Aletta tidak suka berfoya-foya,karena dia sudah mendapatkan dia fasilitas tanpa harus mengeluarkan uang jajan nya,memang Aletta sadari bayaran dengan nominal harga segitu tidak terlalu besar untuk Zaed karena dirinya baru akan lulus dua tahun lagi.
Padahal tanpa Aletta sadari kalau Zaed tidak menginginkan itu semua dari Aletta melainkan yang di inginkan Zaed adalah cinta sebenarnya dari Aletta, namun Aletta seolah memang tidak menyadari kalau dirinya sangat di cintai oleh Zaed,mungkin karena Aletta telah berjanji pada dirinya sendiri kalau dirinya tak akan jatuh cinta sebelum dirinya benar-benar sukses dan menggapai cita-citanya.
Dan itulah sebenarnya alasan Zaed selama ini tidak pernah mengungkap isi hatinya pada gadis remaja itu, dia tak ingin merusak fikiran Aletta dengan cintanya, dia takut Aletta nantinya tidak bisa berkonsentrasi dalam berlajar dan mengejar cita-cita nya karena pernyataan cinta dari Zaed.
Di sisi lain Zaed yang telah tiba di rumahnya, pun duduk sendiri an dan melamun di taman belakang rumahnya, menikmati semilir angin malam yang berhembus sejuk menyapa dirinya.
Zaed melihat ibu jarinya yang ia lukai sendiri saat di alun-alun kota tadi, dirinya benar-benar sangat tidak bisa melihat gadis itu bersedih.
"Kenapa aku benar-benar lemah dengan dia ya? astaghfirullah" Zaed beristighfar di akhir kalimat nya.
"Zay... sedang apa kau? " tanya ayah Zainul saat melihat putra semata wayangnya melamun sendirian di taman belakang rumahnya.
"Eh... ayah tidak apa-apa yah... cuma sedang ngadem ajah" ucap Zaed.
Ayah Zainul melihat penampilan putranya yang memakai jaket kulit kesayangannya dan berpenampilan casual. dirinya memperhatikan penampilan anaknya dari atas hingga kebawah.
"Kau habis dari mana? " tanya ayah Zainul yang baru tiba di rumah sehabis bekerja seharian di kantor sebagai asisten pribadi presedir, atau lebih tepatnya asisten ayahnya Aslan yang bernama tuan Herald.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments