Sampai di rumah Dhani segera turun dari mobil. Bram belum sempat membukakan pintu untuknya. Bahkan Dhani cepat-cepat masuk ke rumah. Tapi tak berapa lama dia kembali lagi. Mendekat ke arah Bram yang masih membereskan sesuatu di dalam mobil.
"Bersiaplah, setelah makan malam nanti kita akan bersenang-senang," bisik Dhani dekat di telinga Bram. Nafasnya terasa hangat menyentuh telinga dan pipi kanan Bram.
Membuat jantung Bram berdesir halus. Kau terlalu dekat tuan putri. Desisnya dalam hati.
Bram menoleh ke arah Dhani yang sedang berbisik. Ups!! Dhani terlonjak kaget. Tapi terlambat karena bibirnya yang tadi berbisik ditelinga Bram sekarang sudah mendarat di kening Bram. Aaaaa.....Dhani segera berdiri dari posisi tubuhnya yang sedikit membungkuk. Berlalu masuk ke rumah seakan-akan tak terjadi apa-apa.
Bram mengulum senyum melihat tingkah tuan putrinya. Siapa suruh sembarangan bisik-bisik? Kan jadi enak dapat bibir runtuh..eh ? Bukannya harusnya durian runtuh? Bram keluar dari mobil dan mengikuti langkah Dhani ke dalam rumah. Bedanya Dhani langsung naik ke kamarnya di lantai dua, sedang Bram ke kamarnya di rumah belakang.
Di kamarnya Dhani sedang bersandar dibalik pintu . Ya ampun, apa itu tadi. Kenapa dia menoleh? Dan kenapa juga aku berbisik dekat sekali di telinganya? Ini salahku, bodoh! Tapi dia wangi sekali...Dhani memejamkan mata seolah menikmati harum aroma tubuh Bram yang tertinggal diingatannya. "Aku sudah gila!" Ditepisnya rasa aneh yang menjalar di dadanya.
Dhani berendam di bathtub. Aroma sabun kesukaannya membuatnya tenang dan melupakan semuanya. Setelah puas berendam Dhani segera berganti pakaian lalu menuju meja makan di lantai bawah.
Di sana sudah menunggu Baron dan..Bram? Mereka tampak bercakap-cakap. Kenapa juga dia harus bertemu lagi di meja makan? Hangat nafas Bram saat begitu dekat tadi seakan menyapu kembali wajah Dhani. Wajahnya tiba-tiba merasa hangat, merona.
" Maaf , apa aku membuat kalian menunggu?" Dhani mengusir kecanggungannya.
"Tidak sayang..kami juga baru duduk. Oh iya mulai sekarang Bram.akan makan bersama.kita. Dia akan pindah ke sini agar dekat denganmu. Memudahkan jika sewaktu- waktu kamu membutuhkannya. Apa kau tidak keberatan sayang?" Baron menatap Dhani. Sedang wajah Bram tampak datar.
Huh papa, buat apa bertanya kalau dia sudah pindah ke sini? Harusnya sebelum pindah papa menanyakan pendapatku. Tapi papa benar juga. Jika Bram disini akan lebih mudah saat membutuhkan Bram. Dalam hati Dhani menimbang keuntungan jika Bram tinggal disini.
" iya pa..." akhirnya cuma itu yang terucap dari bibir manisnya.
Mereka bertiga makan dengan tenang. Dilanjut dengan obrolan ringan di ruang keluarga.
" Apa putriku menyusahkanmu Bram?" tanya Baron membuka obrolan.
"Tidak tuan. Hari ini kita cuma pergi ke restoran saja. Tidak.menyusahkan sama sekali."
" Bagus. Apa kau ada acara lagi setelah ini sayang?" Papa lihat kau sudah bersiap? " Baron mengamati pakaian Dhani dan Bram.
" Iya pa. Mumpung belum mulai kuliah aku ingin bersantai dan bersenang-senang." jawab Dhani.
" Baiklah papa mau istirahat . Bersenang-senanglah. Tapi tetap ingat batasanmu sayang.." Baron mengecup pelan puncak kepala Dhani. Lalu beranjak meninggalkan Dhani dan Bram.
" Terima kasih pa..." Dhani sedikit berteriak. Dibalas lambaian tangan Baron tanpa menoleh.
" Ayo Bram. Kita happy-happy...!" Dhani menarik tangan Bram. Tanpa berkata apa-apa Bram menurut saja.
Tak lama terdengar deru mesin mobil meninggalkan halaman rumah besar itu.
Dhani menunjukkan alamat yang tertera di gulali map di hpnya. Bram melihat sekilas, mengangguk lalu kembali menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.
"Bram..." Dhani melirik Bram sekilas
"Ya... " Bram menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depan.
" Apa kau punya pacar? Kau tampan tak mungkin jomblo kan?" Dhani bertanya dengan nada menggoda Bram, membuat Bram tertawa kecil.
" Tidak ada non..eh Dhan.."
" Bohong. Apa kau menyukai seseorang?"
" Saya tidak punya pacar tapi saya menyukai seseorang ."
" Apa dia juga suka padamu? " pandangan Dhani penuh selidik.
" Entahlah , tapi aku akan membuatnya menyukaiku". Bram tersenyum penuh arti.
" Aku suka semangatmu Bram. Kejarlah cintamu. Ganbate..." Dhani mengepalkan tangan sambil menoleh ke arah Bram.
Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah karaoke elit milik seorang artis.
" Turunlah Bram. Temani aku. Aku belum pernah masuk ke tempat seperti ini".
Tanpa bicara Bram turun dan berjalan disamping Dhani. Menuju ruangan yang sudah dibooking teman- teman Dhani lebih dulu.
Akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan VVIP. Disana sudah ada 4 orang teman Dhani. Dua cowok dan dua cewek. Beberapa kaleng minuman dan camilan sudah tersedia di meja.
" Hai Dhan ayoooo...!." seru Lina yang saat itu memegang mic.
" Hai...kenalin ini Bram sepupuku" Dhani setengah berteriak karena suara sound effect yang keras.
Bram mengulurkan tangan disambut teman-teman Dhani.
" Aku Bram"
" Hai kak Bram aku Lina"
" Hani kakak ganteng..."
"Reza kak"
" Malvin"
Dhani segera bergabung bersama mereka. Dia mengenalkan Bram sebagai sepupunya. Bram kemudian duduk di sofa single disudut ruangan. Membiarkan Dhani dan teman-temannya berbuat sesukanya.
Diantara 5 orang itu cuma Malvin yang suaranya bagus. dia menyanyi dengan penuh penghayatan. Sementara Lina Hani dan reza pas-pasan saja. Bagaimana dengan Tuan putri Dhani? Parah...Bahkan semua yang di dalam ruangan melongo tak percaya ketika sang nona mulai menyanyi.
Ohh nooo...tolong hentikan nona. Kau memang sangat cantik. Tapi cara menyanyimu benar-benar merusak telinga.
"Hahaha....." Dhani tergelak melihat ekspresi teman-temannya ketika dia menyanyi. Selanjutnya mereka semua tertawa.
" Dhan..sudahlah kau diam saja. Jangan nodai wajah cantikmu dengan suaramu yang ajaib itu...ahahaha " Malvin merebut mic dari tangan Dhani. Tapi Dhani tak melepasnya .
"Please Vin...biarkan aku menikmati malam ini. Berkorbanlah sedikit mendengarkan suara emasku ini...ya?" Dhani menangkup tangannya didepan teman-temannya sambil mengedip-kedipkan mata indahnya..semua tertawa melihat tingkah konyol Dhani.
" Baiklah nona cantik...malam ini milikmu" Malvin mengambil mic lain dan menemani Dhani menyanyi. Mereka pun kembali menyanyi bersama-sama. Sesekali bercanda ditengah lagu. Kadang saling tertawa dan bergandengan tangan dengan ceria. Menari dan berteriak-teriak sesukanya.
"Kak Bram..ayooo" teriak Hani mengacungkan mic ke arah Bram. Bram cuma melambaikan tangannya.
Bram dengan tenang tetap duduk di tempatnya. Sesekali meneguk minuman kaleng yang ada didepannya. Cahaya lampu yang sedikit remang-remang membuat sulit mengetahui raut wajahnya. Tapi sudut matanya bercahaya mengikuti segala gerak -gerik Tuan putrinya. Berbahagialah Dhani...
Tak terasa sudah jam 12 malam. Mereka pun keluar dari ruangan dengan puas. Terutama Dhani. Baru kali ini dia bebas berteriak sepuasnya bersama dengan teman-temannya. Bahkan ruang karaoke dan home theather dirumahnya sepuluh kali lipat dari ruang karaoke ini. Tapi dia tak pernah sebahagia ini saat bernyanyi disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
maharastra
ap bram calon yg dijodohkan ayah baron..😆kyknya
2022-03-04
3