Pagi yang cerah. Sinar matahari masuk dari celah-celah gordyn yang sedikit terbuka. Menerangi seraut wajah cantik yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Tuan putri yang sempurna. Wajah manis dengan pipi kemerahan yang mempesona. Manik matanya biru sejuk..menurun dari garis ibunya yang asli Inggris. Bulu mata nan lentik dan alis matanya yang kecoklatan membingkai rapi garis wajahnya yang halus. Ahh pasti Tuhan sedang begitu murah hati ketika melukis wajah Dhani, sang tuan putri.
"Sayang, apakah kau mau melewatkan jadwal pertama kebebasanmu hari ini?" lembut Baron menepuk pipi putrinya. Sudah hampir jam 8 dan Dhani masih terlelap.
"Papa...astaga jam berapa ini. Kenapa aku bisa terlambat bangun? ", Dhani mengerjapkan matanya menatap papanya yang tersenyum. " Apa papa mau berangkat ke kantor?"
" Iya sayang, papa tunggu dibawah kamu nggak turun-turun. papa berangkat dulu ya..." Baron mencium lembut kening Dhani. " Bram sudah siap mengantarmu, ingat janjimu untuk selalu menjaga diri sayang..hmm??" Baron menarik pelan ujung hidung Dhani.
" Siap paduka..." , seru Dhani sambil membungkukkan badannya. Membuat Baron tertawa gemas.
Setelah papanya menghilang dibalik pintu kamar, Dhani meloncat turun dari ranjangnya. Bergegas ke kamar mandi membersihkan badannya. Hari ini akan jadi hari yang indah , janjinya dalam hati.
"Apa nona sudah siap?" Bram menyambutnya di ruang tamu.
"Hmm...." , Dhani melirik sekilas. Wajahnya halus, putih dengan garis wajah tegas. Alisnya yang tebal hampir bersentuhan dipangkal hidungnya yang mancung. Bibirnya yang seksi menambah sempurna garis wajahnya. Tampan...
"Maaf nona? " Bram memandang Dhani seakan meminta Dhani mengulang gumamannya. Membuat Dhani gelagapan karena tak mengira kata-katanya dalam hati tadi tanpa sadar terucap dari bibirnya.
" Ehh..ohh..enggak..ayo berangkat. Dan jangan panggil aku nona, panggil Dhani saja. Oke?"
" Baik tuan putri..." Bram membungkukkan badannya sambil tersenyum kecil. Menirukan gerakan hamba sahaya kepada tuan putrinya. Tangannya membukakan pintu mobil untuk Dhani.
" Konyol..aku tidak mau kau panggil nona seperti majikan..kenapa malah kau panggil tuan putri. Aku mau duduk didepan. Sudah bosan selalu duduk dibelakang" Dhani membuka sendiri pintu depan mobilnya. Bram tidak membantah. Menutup kembali pintu mobil yang dibukanya dan bergegas masuk dari pintu samping kemudi.
"Jangan panggil aku tuan putri..kau dengar Bram?...cukup.Dhani..!" Ulang Dhani saat Bram sudah menjalankan mobilnya.
"Anda memang tuan putri nona. Apa nona tahu ayahanda nona dulu tinggal diistana saat kecil. Beliau kerabat dekat raja keraton S." Bram menjawab serius.
" Rupanya kau tahu banyak tentang kehidupan papaku ya? Ahh..sudahlah..tetap saja aku mau kau panggil Dhani saja. Agar beda...kau tahu? aku ingin membalikkan semua kebiasaan yang membelengguku selama ini. Papa sudah memberiku kebebasan jadi tolong ikutlah bekerja sama. Bram.?"
" Baiklah nona..emm..Dhani. Membalikkan kebiasaan ya?" Bram menautkan alisnya meminta penjelasan.
" Biasanya aku selalu duduk di kursi belakang. Sekarang aku mau didepan. Biasanya para sopir dan pembantu memanggilku nona atau ndoro ayu..aku mau kau panggil namaku saja. Biarkan aku jadi orang biasa saja mulai sekarang. Kau mengerti? Aku ingin kau jadi temanku bukan bawahanku", seru Dhani sambil tersenyum senang.
Bram juga tersenyum. Apa saja untukmu tuan putri..asalkan kau bahagia itu sudah cukup.
Bram turun dan membuka pintu mobil disamping kursi penumpang. Setelah Dhani keluar Bram kembali menutup pintunya.
" Kau tunggulah disini saja. Aku akan makan dengan temanku. Kau tahu ? Selama ini papa selalu melarangku menemui teman- temanku. Kalau bertemu pun harus dalam pengawasan para pengawal. Ohh Bram kau adalah pahlawan kebebasanku.." , Dhani menggenggam erat jemari tangan kiri Bram dengan kedua tangannya seakan meluapkan bahagianya, lalu pergi berlalu ke dalam restoran.Meninggalkan Bram yang terbengong. Sebahagia itukah tuan putri hari ini?
Di dalam restoran, Dhani disambut Sean. Kakak kelasnya di SMA yang kini sudah jadi mahasiswa. Sean sudah lama menaruh hati pada Dhani. Tapi tak pernah ada kesempatan bagi Sean untuk sekedar bertemu berdua dengan Dhani karena ketatnya peraturan dari Baron untuk pergaulan Dhani. Ini adalah pertama kalinya Sean bisa bertemu berdua saja dengan Dhani. Mereka duduk berhadapan.
" Terima kasih mau menemaniku makan siang Dhani. Kau tidak tahu betapa bahagianya aku", Sean menatap wajah cantik Dhani yang merona. Jantungnya berdebar kencang . Tatapan matanya menyiratkan kerinduan yang sudah tak tertahan.
Dhani membeku. Jantungnya juga berdebar kencang. Bukan..bukan karena lelaki tampan didepannya tetapi karena ini adalah pertama baginya melanggar aturan yang dibuat papanya. Bukan sekedar bertemu berdua dengan laki-laki selain papanya. Tapi makan siang berdua...wah wah wah..bukankah itu hebat Dhani?. Adrenlinnya seakan terpacu. Seperti selingkuh dari pacar sendiri..hihihi...Dhani tersenyum tanpa sadar. Sadarlah Dhani jangan sok tahu rasa selingkuh, pacaran pun kau belum pernah...haha...
Sean semakin terpesona melihat senyum merekah di wajah Dhani. Apakah dia juga merindukanku dan bahagia bisa bertemu berdua denganku?"
"Ayo makan kak Sean. Ini pertama kalinya aku makan berdua saja dengan seorang lelaki kak ..." Dhani berkata-kata tanpa sadar bahwa ucapannya membuat hati Sean jadi salah paham.
"Tentu saja Dhani, aku tidak akan melewatkan kesempatan berdua dengan orang yang selalu kurindukan." suara Sean sedikit bergumam.
Mata Sean tak henti menatap, melirik, mencuri pandang pada wajah cantik Dhani sepanjang makan siang itu. Hingga akhirnya Dhani pergi meninggalkan Sean.
" Sampai bertemu lagi Dhani. Bisakah kita jalan berdua lagi lain waktu?" Sean berharap.
" Ahh kak Sean, aku sangat senang dengan makan siang kita ini, tapi aku tak bisa berjanji akan bisa bertemu lagi denganmu lain hari. Selamat siang kak." Dhani berlalu membuat Sean serasa diangkat ke langit..lalu di jatuhkan kembali ke bumi dengan keras. Hatinya remuk redam.
Ternyata kau masih Dhani yang sama yang terlalu sulit untuk sekedar kusentuh dengan tanganku.
Dhani menghampiri Bram yang duduk sambil memangku laptopnya. Serius menatap layar sampai tak menyadari kehadiran Dhani.
" Serius amat pak?" , suara ceria Dhani mengejutkan Bram.
" Eh nona..emh Dhani. Sudah selesai? Ingin ke mana lagi" Bram.mebutup laptopnya dan beranjak ke mobil.
" Kita pulang saja.." jawab Dhani sedikit lesu.
Bram tak menjawabnya. Segera membuka pintu mobil untuk Dhani dan menjalankan mobil ke arah rumah Tuan Baron.
Apakah acaramu tidak sesuai keinginan tuan putri? " Bram tersenyum samar melihat wajah cemberut Dhani yang menggemaskan. Kau memang cantik tuan putri. Bisiknya dalam hati.
"Hmm..ternyata kebahagiaanku harus mengorbankan perasaan seseorang. Aku bahagia karena bisa melakukan apa yang selama ini mustahil bagiku. Tapi orang lain malah terluka karena merasa kuberi harapan lalu kuhempaskan begitu saja. Bukankah itu kejam Bram? "
" Sedikit..haha.." jawab Bram membuat Dhani memukul pelan bahunya. " Tapi setidaknya kau tidak memberinya harapan palsu."
Dhani mengangguk pelan. Ah hari pertama tak begitu sesuai harapan...desahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Maryani
waaah jangan² jodohnya Dhani si. Bram🤔🤔🤔
2021-07-14
3