Pagi ini Dhani sudah bersiap-siap. Baron akan mengenalkan sopir sekaligus pengawal untuk Dhani. Ya, setelah Baron menyetujui syarat perjodohan Dhani, Baron pun mensyaratkan pengawal untuk semua kegiatan Dhani di luar rumah.
" Ini bukan kebebasan namanya papaaa...sama saja dengan tahanan kota. Boleh pergi tapi dikuntit. Apa enaknya huhh!!" Dhani mendesah.
" Sayang, dia hanya akan menjagamu saja. Tidak akan mengganggu atau masuk dalam kegiatanmu. Kecuali kamu sendiri yang mengajaknya.." Baron tertawa melihat wajah cemberut Dhani.
"Terserah papa saja. Awas kalau dia mengganggu dan bikin malu. Aku akan langsung menendangnya!"
Tepat saat kata menendang diucapkan Dhani, seseorang berdiri di depan pintu masuk rumah Baron.
"Permisi, apa saya boleh masuk Tuan?" suara seorang pria mengagetkan Dhani.
"Oh Bram..masuklah. Kami sudah menunggumu." sambut Baron.
Pemuda itu tersenyum samar menatap kedua orang didepannya. Saat bersamaan Dhani juga menoleh ke arah Bram. Sejenak keduanya bertatapan. Dhani membuang pandangannya ke arah lain.
"Ya ampun, apakah dia mendengar apa yang aku katakan barusan...hah..masa bodoh..aku benar\- benar akan menendangnya jika dia mengganggu kebebasanku apalagi mencampuri urusanku" batin Dhani.
"Sayang, ini Bram yang akan mengantarkan dan menjagamu ke mana saja. Tenang saja. Bram tidak akan mencampuri urusanmu. Jadi kau tidak perlu khawatir atau merasa papa kuntit. Ya? Ini hanya untuk keamananmu sayang", Baron menatap Dhani.
Dhani memandang Bram sekilas.
"Hmm..ganteng juga. Apa papa tidak salah? Bisa-bisa aku malah terpikat bodyguardku sendiri...hehehe..." tentu saja cuma dalam hati Dhani, tapi pikiran nakalnya tanpa sadar membuat bibirnya tersenyum.
" Eh kok senyum-senyum sendiri. Kamu suka kan sama Bram?" Baron setengah menggoda. Membuat Dhani kelabakan menahan malu karena tanpa sadar menatap Bram sambil melamun tadi. Bram cuma tersenyum tertahan.
" Ish...papa apaan sih...ya udah..asal kamu tahu batasanmu saja."akhirnya Dhani mengalihkan pembicaraan menutupi perasaan malunya.
" Baik nona, mulai besok saya akan bekerja. Permisi..." Bram melangkah pergi diikuti tatapan mata Baron dan Dhani.
" Papa ke kamar dulu sayang...", Baron mencium kening Dhani lalu beranjak dari sofa. Dhani juga berdiri.
" Haha....hari kebebasanku dimulai. Apa yang akan kulakukan besok? Aaa...aku akan bertemu dengan teman-temanku untuk bersenang-senang sebelum perkuliahan dimulai." Dhani bernyanyi kecil melangkah ke kamarnya. Hatinya berdesir membayangkan dunia luar yang selama ini tak pernah dijamahnya karena aturan ketat papanya.
Selama ini dunianya adalah rumah dan sekolah, memang papanya sering membawanya liburan bahkan hingga ke luar negeri, tapi itu pun cuma bersama papanya saja. Dhani merasa terkucil. Tak punya teman dan saudara. Di manapun berada hanya pengawal dan pembantu disekelilingnya. Tapi Dhani tidak menyalahkan papanya. Dia tahu papa teramat sayang padanya. Mungkin juga papa setuju memberi kebebasan padanya saat ini karena papa sudah merasa Dhani siap .
Di kamarnya Baron sedang duduk merenung menatap sebuah foto berbingkai indah yang sudah 17 tahun tergantung di dinding kamarnya.
" Ahh Stella sayang, lihatlah Dhani kita sudah remaja. Dia sangat cantik dan bersemangat sepertimu. Dan dia juga sangat mencintaiku sepertimu. Apakah menurutmu sudah benar kalau aku memilihkan jodoh terbaik buatnya? Dia terlalu polos dan ceroboh, dan aku sudah berjanji pada Dimas untuk memberikan Dhani pada putranya. Aku yakin dia bisa menggantikanku menjaga Dhani kelak. Dia pemuda yang baik dan cerdas. Yang paling penting dia sangat menyayangi Dhani kita",
Baron mengelus dan mencium bingkai foto itu. Sepasang mata indah tampak berkaca-kaca melihat Baron dari balik pintu yang sedikit terbuka.
" Papa, aku akan menurutimu, aku akan membuatmu bahagia. Siapakah jodoh pilihanmu itu? Benarkah dia begitu menyayangiku? Apakah aku mengenalnya?" puluhan lagi pertanyaan berkumpul di kepala Dhani. Siapakah orang itu? Kenapa papanya tidak mau mengenalkannya?
" Hei, sejak kapan anak papa berdiri disitu? Kenapa tidak mengetuk pintu?" suara Baron mengejutkan Dhani yang sibuk dengan pikirannya.
" Hahh..ehh..ahh..papa ...Dhani cuma mau manggil papa makan malam. ayuk pa...Dhani udah lapar nih", Dhani menggandeng tangan papanya ke meja makan. Baron tersenyum menuruti saja langkah putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
-
hi thor! aku udah mampir bawa boom like and rate loh mohon feedback ke karyaku!! ditunggu😁
2020-07-06
2