Riin keluar dari apartemennya jam 7 malam dan memilih berjalan sebentar mencari taksi. Ia merasa sedikit pusing karena terlalu lelah oleh pekerjaannya hari ini, apa lagi memikirkan bahwa adiknya akan segera celaka karena penyamarannya telah terbongkar. Pikirannya sungguh terbebani.
Sebuah mobil berwarna hitam pekat melaju perlahan dengan tidak teratur. Riin memandang mobil itu dengan kening mengkerut. Ini baru jam 7 dan ia sudah bertemu orang mabuk yang mencari mati! Sarapan yang bagus!
Dengan segera ia menghadang mobil itu sambil menyiapkan kuda-kuda. Ia meraih tepat pada gagang pintu mobil hingga terbuka dan segera melemparkan tubuhnya ke arah kursi depan.
Seorang pria di belakang sedang memegang satu anak perempuan dan seorang anak lelaki menarik rambut pengemudi mobil itu.
Kurang dari semenit mobil itu sudah berhenti di pinggir jalan dengan dua orang penculik itu terikat oleh sobekan tali rok Riin di dalam mobil.
"Hebat! Mama sangat hebat!" Gadis kecil bernama Nirsa berseru dengan girang.
"Jangan berbicara sembarangan!" Narsen menjitak pelan kepala adiknya.
Nirsa mengusap kepalanya dengan kasar "Kak! Aku akan melaporkanmu pada ayah supaya ia memberimu hukuman."
Narsen memandang tidak percaya pada Nirsa dan kemudian mengalihkan pandangannya pada Riin.
Riin merasa gemas melihat kedua anak dipelukannya itu. Jika saja anaknya hidup maka mereka akan terlihat seperti anak perempuan dipelukannya sekarang.
"Kalian baik-baik saja?" Riin bertanya dengan lembut, kalau saja bisa ia akan menculik kedua anak itu dan menjadikan mereka kesayangannya.
"Terima kasih Bibi." Narsen berucap dengan tulus tanpa bisa menyembunyikan raut wajah senangnya.
"Terima kasih Mama." Nirsa melompat mengeratkan pelukannya di badan Riin. Senyum polos gadis itu mengembang sempurna meluluhkan hati Riin.
Ia segera membawa Nirsa ke gendongannya dan memegang tangan Narsen sambil menyetop sebuah taksi.
Riin meletakkan kedua anak kecil itu di mobil sambil memasang sabuk pengaman. Ia sudah merasa sangat pusing tapi ia tidak mungkin tumbang di depan kedua anak mengemaskan itu. "Jadi siapa nama kalian?"
"Aku Nirsa Ma, dan ini kakak Narsen, kami hampir saja diculik, untunglah mama datang tepat waktu dan menyelamatkan kami!" Nirsa berseru dengan riang.
"Baiklah, kalau begitu apa kalian ingat alamat rumah orang tua kalian?"
"Tentu saja, kakak pasti mengingatnya, ia sangat pintar dan juga baik, ia selalu menolongku mengerjakan tugas dari ayah dan juga membantuku membawa tas ketika pergi bersekolah." Nirsa dengan antusias bercerita.
Riin melupakan rasa sakitnya hingga tidak sadar bahwa ia sudah mengalami demam tinggi akibat terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk menyelamatkan kedua anak kembar yang hampir diculik itu. "Benarkah, jadi kemana kita akan pergi?"
Nirsa tidak membiarkan kakaknya berbicara, lagi pula kakaknya itu sangat jarang berbicara kecuali mengomelinya."Tentu saja ke rumah Mama, kami akan menginap di rumah Mama malam ini."
Riin merasa terharu bahwa gadis manis didepannya selalu memangilnya mama dan saat ini ia bahkan ingin menginap di rumahnya, ia seperti mendapatkan kembali apa yang hilang 5 tahun lalu, anak kembarnya telah kembali.
Karena perasaan emosionalnya ia tidak dapat menahan air matanya hingga tanpa ia sadari air asin itu telah meluncur ke pipinya.
"Mama, jangan menangis, aku akan sedih nanti.. Ma! Mama!" Nirsa merasa panik mamanya sudah tak sadarkan diri.
Narsen yang selalu diam menatap kedua orang itu berbicara menjadi panik dan meraba wajah Riin. "Kami akan ke rumah sakit terdekat." Suara berat dan panik terdengar dari mulut kecil Narsen.
"Kak! Mama! Ma! Mama!" Nirsa histeris dan terus memeluk mamanya hingga mereka tiba di rumah sakit.
...
Lois berlari di lobi rumah sakit mengetahui kedua ponakannya sedang ada disana. Ia baru saja pulang bekerja dan hendak menjemputnya dari tempat kursus tapi malah berakhir di rumah sakit.
Ia memasuki ruang VVIP dengan keringat berlinang di sekujur tubuhnya.
"Paman! Paman Kedua, kami menunggu sangat lama dan kau hanya berdiri di situ memandang kemari?" Nirsa mengeluh dengan polos mendapati pamannya hanya berdiri di pintu sambil memandang mamanya yang sedang berbaring di atas ranjang.
Narsen hanya diam dan memandangi wajah Riin yang sangat pucat. Ia tidak peduli pada Lois yang baru saja tiba. Yang penting sekarang ia memastikan kalau Riin baik-baik saja.
Lois tersadar dari kejutnya dan berjalan perlahan ke arah ranjang. Gadis ini, apa yang telah terjadi.
"Paman kedua, kau harus menghubungi ayah dan bilang padanya kalau Mama sedang sakit." Suara sedih penuh pilu seorang gadis kecil yang sedang khawatir.
Mama? Mengapa Nirsa memanggilnya mama?
Lois menepis pertanyaannya, yang lebih penting sekarang ialah membawa ponakan kembarnya ini ke Rumah Tua. "Baiklah, kita akan pulang dan biarkan Mama kalian beristirahat dulu, aku akan menyuruh Ayah kalian untuk datang dan menungguinya nanti."
"Paman berjanji?" Nirsa tidak yakin kalau ia akan meninggalkan mamanya sendirian di rumah sakit itu.
"Tentu saja, kita akan kembali lagi besok." Lois meraih tangan kecil Nirsa dan membawanya keluar dari ruangan.
Narsen mengikut di belakang dalam diam sambil terus menoleh ke belakang memperhatikan Riin yang masih terbaring lemah.
...
Pagi harinya Lois kembali ke rumah sakit, ia mendapati ruangan itu telah kosong. Penghuninya sudah pergi dan ia dengan ketakutan menoleh ke arah kakaknya.
Ia keringatan melihat bagaimana kakaknya telah menatapnya dengan serangan buas dari wajah datarnya yang dingin.
Ini salahnya! Salahnya karena tidak menempatkan pengawal di rumah sakit untuk menjaga gadis itu. Sekarang pekerjaannya bertambah lagi dan ia harus menemukan gadis itu segera!
"Uh, Kak, maafkan aku, tapi sepertinya gadis itu telah pergi. Apakah kita perlu ke apartemennya sekarang? Lois dengan takut memandang ke arah Elios sambil berdoa dalam hati dan kakaknya tidak akan membinasakannya.
"Biarkan saja." Ucap Elios lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Apa? Apa yang? Lois menyadarkan dirinya sendiri, astaga itu adalah calon kakak iparnya! Lalu kakaknya mengabaikannya begitu saja?
Ia percaya ketika mereka menemukan gadis di Lanska maka Elios tidak akan melepaskannya lagi. Sekarang? Apa yang terjadi? Oh, apakah ia sudah salah prediksi?
Elios keluar dari ruangan itu dan langsung kembali ke kantor dengan perasaan tidak tenang. Ia berharap dirinya bisa bertemu gadis itu, tapi sayangnya ia perlu banyak usaha lain untuk menemukannya.
Ia tidak mungkin tiba-tiba menghampiri Riin lalu melamarnya. Harus ada cara yang lebih baik untuk melamar gadis itu.
Bagaimanapun Riin sudah berada di hatinya sejak setahun yang lalu, sayangnya terlalu sulit menemukan Riin hingga kini ia terlah datang dan hanya perlu sedikit pengorbanan untuk mendapatkan gadis itu.
Sementara Lois yang berada di sana tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak bisa membayangkan keributan apa yang akan di buat Si Kembar setelah mengetahui kejadian ini. Astaga!
Ia melirik jam tangannya dan memastikan Si kembar akan datang dalam beberapa saat!
Pintu kamar terbuka dengan seorang gadis kecil sedang memegang buket bunga mawar merah di tangan mungilnya. Bunga itu hampir menutupi semua tubuhnya yang kecil.
Jelas saja kalau bunga yang di pegang gadis itu terlalu berat untuk dirinya sendiri. Tapi ia tidak bisa mengomentarinya, siapa dirinya hingga memiliki hak? Ia hanya seorang paman yang diacuhkan!
Di belakangnya berdiri Narsen dengan wajah datarnya yang sedingin es. Ia adalah gambaran kecil Elios.
Nirsa berjalan mendekati Lois dengan wajah senang "Dimana Mama?"
Akhirnya kematiannya datang juga!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-19
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
permisii..
cinta pak bos hadir lagi nih.. 😊
semangat ya kakk💪
2020-11-07
0
zhafa
waaah kereen 🥰🥰🥰
2020-11-03
0