Arifin cukup percaya dengan penjelasan dari Ayu. Jaman sekarang memang serba canggih, yang bisa mengakses apapun melalui benda pintar. Jadi tak heran jika Ayu sudah sangat paham dengan lokasi yang akan ia sewa untuk cabang barunya.
"Kamu sama Monic hati-hati di rumah ya, Dek. Tolong jaga Ibu juga. Jangan sering-sering titipin Monic ke Ibu lagi, kasihan Ibu udah tua, perlu banyak istirahat." Nasehat Arifin panjang lebar setiap kali akan berangkat.
Kebetulan hari ini adalah jadwal keberangkatan Arifin lagi ke luar kota setelah tiga hari menghabiskan waktu bersama keluarga. Pria berpenampilan rapi itu sudah berdiri di samping mobil yang terparkir di halaman rumah. Di sana juga ada Monic dan Bu Yati yang turut serta mengantar keberangkatannya.
"Iya, Bang. Abang juga hati-hati. Jangan lupa langsung kabari Ayu kalau udah sampai."
Sebelum masuk mobil Arifin mendekat kearah Ayu dan Monic, lantas mendaratkan sebuah kecupan di kening mereka. Tak lupa mencium tangan Bu Yati, dan memeluk tubuh renta itu.
"Ibu jaga kesehatan ya? Jangan capek-capek. Kalau ada apa-apa cepat ngomong sama Ayu aja, jangan sungkan."
Bu Yati hanya tersenyum membalas ucapan putranya. Wanita itu sangat bahagia karena anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang berbakti dan begitu peduli padanya.
"Iya, kamu hati-hati ya? Jangan lupa lima waktunya, Nak."
Arifin mengangguk, lalu memutar tubuhnya menuju mobil. Perlahan mobil berwarna hitam itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Ayu, di iringi lambaian tangan dari mereka.
Hampir tiga jam Arifin menempuh perjalanan, hingga akhirnya sampai di tempat tujuan. Arifin langsung menuju penginapan untuk menyimpan barang-barangnya sebelum menuju ke tempat proyek tempat di mana para pegawai masih bekerja.
"Eh, Bang, udah sampai. Gimana kabar istri dan anak Abang? Ibu juga sehat, kan?" Ardi–sang adik yang juga menjadi bawahan Arifin langsung mendekat kearahnya.
"Udah baru aja. Kabar Ayu dan Monic baik. Ibu sehat, Marita dan Akmal juga sehat semua," ungkap Arifin yang membeberkan semua keadaan orang-orang rumah, termasuk istri dan anak Ardi.
"Syukurlah. Abang kenapa langsung ke sini, nggak istirahat dulu?" Ardi merasa kasihan saat melihat wajah letih sang kakak, namun tetap di paksakan untuk datang mengawasi para pegawai.
"Aku nggak enak sama kamu, Di. Lagian di sini juga bisa istirahat."
Setiap kali Arifin pulang Ardi yang akan menggantikan tugasnya untuk sementara, karena Ardi termasuk pegawai lama yang juga di percaya oleh atasan mereka.
"Oh ya, gimana kabar kamu dan yang lain, sehat 'kan? Semua lancar nggak ada kendala apapun, kan, Di?" Arifin mengamati satu persatu para pegawai yang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mereka terlihat bersemangat, meski dengan suasana yang sangat terik.
"Selamat siang, Pak Arif. Udah balik ke sini lagi tow, Pak. Gimana kabar keluarga di rumah?" Salah satu pegawai menyapa Arifin.
"Alhamdulillah keluarga baik semua, Pak."
"Bawa oleh-oleh ndak, Pak Arif?" goda yang lainnya.
"Wah seneng, yang udah ketemu keluarga." Yang lain ikut menimpali.
Arifin tersenyum mendengar sapaan mereka. Selain ramah, Arifin memang di kenal sebagai mandor yang sangat baik. Arifin sangat memperdulikan kenyamanan mereka selama bekerja di bawah pengawasannya. Jadi, tidak heran jika mereka sangat menghormati Arifin sebagai atasannya.
"Yuk istirahat dulu," ucap Ardi pada semua rekannya saat jam menunjukkan waktu istirahat. Semua bubar meninggalkan pekerjaan masing-masing. Mereka berbaris rapi untuk mengantri jatah makan siang yang sudah di siapkan oleh pihak perusahaan.
Sementara itu Arifin dan Ardi berada dalam satu meja yang sama. Mereka juga sedang menikmati makan siang seperti yang lain.
"Di, kamu kalau mau langsung pulang nggak apa-apa. Barangkali kangen sama anak dan istrimu." Biasanya Ardi memang pulang setelah Arifin kembali lagi ke tempat kerja. Hal itu juga di terapkan bagi para pegawai yang ingin menengok keluarganya di rumah, harus mau bergantian dengan yang lain.
"Iya, Bang. Sore ini aku langsung berangkat ya. Udah kangen sama Akmal soalnya." Arifin mengulum senyum. Sudah pasti lah. Apalagi sudah lebih dari sebulan Ardi belum pulang untuk menengok keluarganya.
"Iya, hati-hati, Di. Nanti kalau kamu sampai rumah, tolong temui Ibu juga ya, dia kangen sama kamu katanya." Arifin menepuk pundak adiknya pelan. Mereka melanjutkan makan lagi, sampai Arifin mendengar bisik-bisik para pegawai yang sedang menatap sesuatu pada layar ponsel.
"Widihhh tambah cantik aja ya?"
"Cantik lah, banyak duwit. Di sayang suami pula."
"Tapi, apa nggak khawatir ya ninggalin istri yang cantik kayak gini. Kalau di embat sama kucing garong gimana?" celetuk salah satu dari mereka.
"Hussssttt ngawur aja kamu. Nggak mungkin lah. Suaminya juga ganteng, banyak duwit lagi. Mau cari yang kayak apalagi coba," balas yang lain.
"Bisa aja, kan. Jaman sekarang tau sendiri, udah punya yang ganteng, tajir, masih aja lirik-lirik yang lain." Pria berperawakan gemuk itu langsung membekap mulutnya sendiri, khawatir jika Pak Mandor sampai mendengar ia membicarakan istrinya.
"Ada apa ini? Kalian ngomongin apa sih, kayaknya seru." Karena penasaran, Arifin akhirnya mendekat, ia ingin melihat apa yang menjadi objek tontonan mereka.
"Eh, Pak. Ini ... istri Pak Mandor, kan?" Meski belum pernah bertemu secara langsung dengan istri sang mandor, tapi mereka cukup kenal seperti apa wajahnya. Sebab mereka sudah terbiasa melihat foto wanita itu yang terdapat di meja kerja milik Arifin.
"Istri saya, mana? Cuma mirip kali." Arifin nampak tak percaya. Pasalnya, ia tahu kalau Ayu tidak pernah bermain sosmed. Bagaimana mungkin itu istrinya.
"Eh, apa cuma mirip aja ya? Mungkin aja sih, Pak." Sang pemilik ponsel tersenyum tidak enak, begitupun dengan yang lain karena menyangka itu benar-benar istri dari mandor mereka.
"Coba lihat, kayak apa orangnya." Arifin langsung mengambil ponsel itu, karena ingin melihat langsung seperti apa wajah wanita yang mereka sangka sebagai istrinya.
Tapi, Arifin langsung di buat tercengang dengan foto yang ia lihat di benda pintar itu. Foto itu, benar-benar ... foto Ayu.
Dalam akun itu Ayu baru saja memposting sebuah foto yang memamerkan rambutnya yang tergerai panjang, serta tas keluaran terbaru miliknya. Tak lupa sebuah caption Ayu tuliskan di sana, BAHAGIA ITU SEDERHANA, dalam waktu yang singkat postingan tersebut sudah mendapat ribuan like dan komentar dari para pengikutnya.
"Ayu ... jadi, ini benaran foto Ayu?" gumam Arifin pelan. Ia mengklik nama akun itu, dan melihat postingan-postingan yang lainnya.
"Bang, ada apa?" Ardi menepuk pundak Arifin. Pria itu seketika menoleh,
"Di, kamu tau nggak, sejak kapan Ayu punya akun sosmed kayak gini?" tanya Arifin pada sang adik.
"Hahhhh?" Ardi kebingungan.
Abang yang suaminya, kenapa malah tanya ke aku? ucap Ardi dalam hati.
plisss tinggalin jejak biar aku tau kalian baca karyaku🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments