...“Aku mencarimu, Aku merindukanmu"...
... ***...
“Kamu kenapa sayang melamun terus,” Sayangnya Bundanya Amel membuyarkan lamunan Amel dari ingatan masa lalu nya 8 tahun yang lalu. Amel yang tengah duduk di kursi di depan rumah, melihat rincikan hujan yang mengingatkan masa kecilnya. Bunda nya Amel mengusap rambut Amel, Bundanya tahu akan kesedihan Amel yang bertahun tahun.
“Bun, di mana yah sekarang Dewita?”
Ada Satu hal yang Bundanya tidak menceritakan kepada Amel kemana Dewita pergi, mungkin saatnya bundanya harus menceritakannya sekarang. Bunda Amel mengambil sebuah kotak di dalam kamarnya dan diberikan kepada Amel.
“Apa ini Bunda?” Amel melihat wajah Bundanya yang menjadi haru, Amel membukanya perlahan, ternyata sebuah surat kecil dan kalung berbentuk setengah paruh Love, di mana jika seseorang yang memakai separuhnya lagi bisa dihubungkan menjadi Love.
"Hey Sahabatku, Apa kabar? Sehatkan? Gimana pasti disekolahnya kamu sudah mempunyai sahabat barukan, Aku bahagia jika kamu sudah menemukan sahabat baru, tapi kamu gak lupakan sama aku? Gimana ya sekarang wajah kamu pasti tambah lebih cantik, sekarang saja sudah cantik apalagi nanti sudah dewasa. Maaf Amel aku tidak memberitahumu soal kepergianku, karena aku tahu meninggalkan bukan soal meninggalkan pasti ada luka yang harus kita lewati yaitu soal kenangan yang selama ini kita tanam dari kecil, dan ini ada separuh kalung Love untukmu jangan lupa dipakai, dan separuhnya lagi ada di leherku aku pakai dan aku berharap suatu saat kita akan bertemu kembali lagi, Aku akan selalu menyayangimu Mel, Aku akan selalu menjadi sahabatmu selamanya, Aku merindukanmu sahabat kecilku"
From: Dewita Putri
"Aku memang punya teman baru di tempat baruku, tapi aku tidak pernah melupakan teman lamaku yang ku sebut sebagai keluarga bagiku" Gumam dalam hatinya
“Bunda, kenapa bunda baru kasih ini kepada Amel? kenapa tidak dari dulu saat Dewita pergi? jadi selama ini Bunda tahu kemana Dewita pergi?”
Bunda nya hanya terdiam, melihat Amel yang sangat terpuruk setelah membaca surat dari Dewita.
“Dulu saat Dewita akan pergi, Dewita sempat ke rumah terlebih dahulu menitipkan kotak ini, Dewita pergi pukul jam 5 pagi saat kamu masih tertidur, Bunda tadinya mau membangunkan kamu, tapi tangan Bunda di tarik, karena Dewita hanya ingin menitipkan sebuah kotak kecil ini kepada Bunda, dan dia bilang agar Bunda memberikan kotak ini nanti saat kamu dewasa nanti, dan Bunda rasa saat ini kamu harus tahu semuanya,”
Amel terus saja menangis setelah membaca surat kecil, dan saat mendengarkan Bundanya menceritakan semuanya.
“Lalu Bunda tahu kemana Dewita pergi?” Bunda nya hanya mengangguk tapi tidak memberi tahu.
“Bunda ayolah kasih tahu Amel Bun,”
“Dia pergi ke Jakarta karena Nenek nya yang di sana sedang sakit, dan tidak ada yang merawat neneknya dan karena itu orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Jakarta,”
Amel menangis dalam pelukan Bunda nya.
“Bunda aku rindu Dewita,”
“Iya Bunda tahu, ya sudah yuk, masuk ke dalam, ini sudah mau magrib,”
Pagi Hari ...
“Selamat Pagi Bunda, Aku mau berangkat sekolah dulu yah,” Amel yang meminta salam kepada Bundanya.
“Loh kamu belum sarapan sayang?”
“Nanti saja lah Bun, di kantin yah sarapan nya bareng teman-teman Amel saja,”
“Ya sudah sana tapi ingat yah sarapan di kantin!"
“Iya Bun, laksanakan,”
Sesampai di sekolah ..
“Hey Lo sudah nyampe saja disekolah, biasanya telat, Lo tahu gak minggu depan kita bakalan jadi perwakilan sekolah kita, untuk lomba Cerdas Cermat,” Baru saja turun dari motor ,Amel sudah di sapa oleh teman sebangkunya yang bernama Mira.
“Lah yang benar Mir? Ko gue sih,”
“Karena perwakilannya harus dari kelas XI dan yang masuk ke kelas unggulan, dan Gue juga gak tahu yang dipilih itu Lo, Gue dan Sinta, dan Lo tahu ke mana kita akan bertanding?”
“Ke mana Mir? Ko Gue gak tahu,” Amel mengerutkan keningnya karena Amel memang ketinggalan berita selama 2 hari tidak masuk sekolah, karena sakit.
“Kita akan bertanding di sekolah ternama yaitu SMK Mutiara Bangsa di Jakarta, Sekolah yang terkenal itu loh, bayangin Mel, kita pokok nya harus benar-benar belajar untuk bisa membawa kejuaraan untuk sekolah kita, dan yang pasti Gue bisa mengunjungi sekolah ternama itu,”
Seketika Amel terdiam, hati Amel berdegup kencang, Amel tidak penasaran dengan sekolah ternama itu, tapi Amel berharap bisa bertemu dengan Dewita.
“Dewita,” Suara Amel yang begitu pelan sehingga tidak terdengar jelas oleh teman nya.
“Hah apa Mel? Lo kenapa kok Lo kaya gak senang gitu mukanya,”
“Eh enggak, gue senang malahan, yuk kita ke kelas sudah mau bel tuh,”
Amel dan Mira masuk ke dalam kelas, karena bel sudah berbunyi.
“Mel, kamu siap kan, minggu depan jadi perwakilan Cerdas Cermat di SMK Mutiara Bangsa?”
Amel yang tengah melamun tidak begitu mendengarkan suara Pak Tino, Mira melihat ternyata Amel sedang melamun, Mira menyiku Amel hingga akhirnya Amel tersadar juga dari lamunan.
“Amelia Anjani,” Seruan Pak Tino yang agak suaranya meninggi.
“Eh iya Pak gimana?” Amel tersenyum tersipu malu.
“Kamu tuh yah, melamun apa sih sampai gak dengar suara Bapak, Bapak tanya gimana kamu siap jadi perwakilan Cerdas Cermat nanti ke Jakarta?”
“hehe iya pak maaf, siap pak siap,”
Setelah lamanya pelajaran, beristirahat, Amel ingin segera pulang dan memberi tahu Bunda nya, bahwa nanti minggu depan Amel akan ke Jakarta.
“Bunda Aku pulang, Bun Bunda,” Amel mencari Bunda nya dari pertama Amel turun dari motor di halaman depannya, karena ke girangan Amel.
“Aduh kamu tuh teriak-teriak, apaan Amel ada apa? Kok kamu kaya senang sekali,”
Amel yang mengecup kening bundanya setelah bersalaman, semakin heran saja Bunda Amel, karena kelakuan Amel yang tidak biasanya.
“Tahu gak Bun, nanti minggu depan aku mau ke Jakarta,”
“Ngapain kamu, jangan nekat deh,” Belum saja selesai berbicara sudah di potong saja pembicaraan Amel.
“Ya masa Aku nekat sih, belum juga selesai ngomongnya Bun, ini loh Bun, Aku dipilih untuk menjadi perwakilan Cerdas Cermat di Jakarta di sekolah ternama yaitu SMK Mutiara Bangsa,” Bunda Amel terlihat gembira sekali melihat Amel senang, tapi ternyata Amel terlihat murung lagi saat bilang.
“Semoga Dewita juga ada di sekolahan itu Bun, biar aku bisa bertemu dengan nya,” nada yang tadinya girang menjadi nada yang sedikit terpendam.
“Iya, bunda selalu doakan itu buat kamu, sudah sana kamu mandi, ganti baju, nanti terus makan yah,”
Amel yang mendengarkan Bunda nya, langsung masuk ke kamar untuk terus mandi, tapi tidak dengan makan.
Amel membuka buku diary dan menuliskan sedikit curahan hatinya, tentang persahabatan nya, karena itu adalah sesuatu kebiasaan Amel semenjak kecilnya, ketika Amel kehilangan Dewita sejak kecilnya. Setelah menulis, Amel pergi keluar menuju lapangan di dekat kompleks yang sering sekali Amel kunjungi, Amel mendekat ke arah pohon di pinggir lapangan, di mana sebuah tulisan 8 tahun yang lalu masih tetap ada tulisan "Amelia dan Dewita"
Amel sering sekali pulang sekolah mampir, hanya karena ingin berteduh di bawah pohon ataupun tidur sejenak di bawah pohon, karena baginya, pohon inilah yang bisa menenangkan pikiran Amel yang sedang kacau. Sekarang pun Amel memejamkan matanya sebentar di bawah pohon, tetapi sayangnya sebentar lagi hujan akan turun, Amel harus segera pulang, karena dikejar akan turun nya hujan, Amel berlari untuk pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ayleela
awesome
2023-09-01
1
riez onetwo
Gila, plot twist-nya bikin gak bisa berhenti baca, author Keep it up!
2023-08-24
1