Rei kemudian menghampiri Zenira, yang sedang berada di kamarnya. untuk meneruskan rencananya mendaftarkan pernikahan melalui bantuan adiknya.
"Zenira kamu sudah tidur?" tanya Rei saat membuka pintu kamar Zenira.
Zenira yang sedang duduk di samping jendela kamarnya, kemudian menghampiri Rei dan menanyakan keperluan Rei datang menemuinya di kamar.
"Bisakah aku meminjam E-KTP mu?" tanya Rei dengan suara lirih dan begitu sopan.
"Untuk apa?" jawab Zenira yang sudah mulai curiga.
Rei kemudian menceritakan tentang semua rencana pernikahan mereka, yang butuh untuk segera di sahkan dan untuk keperluan pendaftaran pernikahan mereka itu, tentu Rei sangat membutuhkan E-KTP Zenira sebagai syarat administrasi pernikahan mereka di kantor catatan sipil.
Mendengar rencana pernikahannya yang akan berlangsung sebentar lagi, Zenira kemudian buru-buru mengambil dompetnya yang masih berada di dalam tas ransel basahnya karena terkena hujan kemarin.
"Tas ranselmu masih di sana? Itu bukannya basah?" tanya Rei saat melihat Zenira mengangkat tas ranselnya.
"Iya, masih belum aku bereskan!" jawab Zenira singkat yang sibuk mencari E-KTP nya yang terselip di dompet.
"Serahkan saja tas ransel basah milikmu itu kepada, Bi Emi. biar dia yang bereskan semuanya. Nanti jika tidak buru-buru di bereskan semua bajumu jadi bau." perintah Rei menyuruh Zenira memanggil Bi Emi untuk membereskan bajunya.
"Iya, nanti aku akan berikan kepada Bi Emi." ucap Zenira sambil merogoh saku tas ranselnya dan segera menemukan dompet berisi E-KTP nya.
Tanpa banyak bertanya, Zenira kemudian menyerahkan E-KTP nya itu kepada Rei. Ia tanpa sedikitpun tidak menaruh rasa curiga.
Tentu, Rei sangat senang sudah dapat membuat Zenira begitu menuruti semua yang dia katakan tanpa menaruh sedikitpun rasa curiga.
Setelah E-KTP Zenira sudah berpindah di tangannya, Rei kemudian bergegas menuju ruang tengah untuk memberikan syarat pernikahannya itu kepada adiknya.
"Benar-benar kamu mudah sekali memperdaya dia, Rei!" ucap Tyra tersenyum menyeringai yang melihat, Rei. begitu dengan mudahnya memperdaya, Zenira sambil memberikan dua jempolnya sebagai tanda kagum pada kakaknya.
Rei menanggapi adiknya itu dengan tersenyum licik, dia kemudian meminta adiknya bergegas menjalankan rencananya atau Zenira akan cepat menyadari kalau ia sedang di perdaya oleh mereka.
Tyra kemudian menghubungi temannya via ponselnya, tidak lama kemudian dia kembali tersenyum dan memberitahu kakaknya bahwa pernikahan itu akan segera di proses, dan ketika sudah siap, Rei tinggal datang saja ke kantor catatan sipil untuk menandatangani berkas.
"Bagus, aku sangat berterima kasih kepadamu, adikku." ucap Rei menatap Tyra dengan sorot mata tajam, ia kini dapat bernapas lega.
Bi Emi menghampiri Rei yang sedang duduk santai di depan televisi, dia berkata bahwa Zenira baru saja menelpon seorang temannya dan bercerita tentang keberadaannya di rumah Rei.
Laporan dari Bi Emi ini membuat Rei kembali merasa cemas, kemarin ketika Zenira menelpon orang tuanya di Bandung, gadis itu kemudian mencoba untuk kabur.
"Apa kita simpan saja ponselnya, agar tidak ada yang menghubunginya?" tanya Bi Emi memberikan saran.
"Jangan, nanti dia jadi lebih curiga kepada kita!" ucap Tyra menambahkan, yang terlihat berpikir mencari ide untuk rencana selanjutnya.
"Begini saja, kita tetap berpura-pura baik saja dulu padanya. Baru setelah aku berhasil menikahinya kita langsung habisi dia." ucap Rei tertawa terbahak.
Bi Emi dan Tyra setuju akan ide Rei itu, yang mereka butuhkan memang hanya itu saja tidak lebih, pikir Rei.
Bi Emi meninggalkan Rei dan Tyra di ruang tengah, ia pergi menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang Rei, Tyra dan Zenira.
Sepiring besar ayam goreng bumbu saus mentega di siapkan Bi Emi dan tersaji sangat lezat di atas meja makan.
Setelah semuanya siap, Rei menghampiri Zenira di kamarnya dan mengajaknya untuk makan.
"Sayang, ayo kita segera makan." ucap Rei sambil membuka pintu kamar Zenira.
Betapa kagetnya Rei saat membuka pintu kamar Zenira, dan sekali lagi dia tidak menemukan calon istrinya itu. Rei kemudian memeriksa setiap sudut kamar dan Zenira tidak ada di sana.
"Zenira!" teriak Rei yang tidak bisa menemukan calon istrinya itu.
"Zenira di mana kamu?" teriak Rei yang semakin keras membuat Tyra dan Bi Emi sangat khawatir.
Tyra kemudian menghampiri Rei yang masih terlihat kebingungan di kamar Zenira.
"Zenira hilang lagi?" tanya Tyra saat melihat wajah Rei yang masih sangat kebingungan.
"Kemana dia?" teriak Rei semakin kesal, terlihat sangat panik di wajah tampannya.
Mendengar Rei yang berteriak begitu kencang. Zenira yang sedang menjemur bajunya di halaman belakang rumah Rei, bergegas berjalan menghampirinya.
"Ada apa, Rei mencariku?" tanya Zenira dengan wajah polos tanpa dosa.
"Zenira, dari mana saja kamu barusan? Kamu hampir saja membuatku gila!" ucap Rei menggerutu kesal dengan sorot mata menghunus tajam melihat Zenira.
"Aku sejak tadi sedang menjemur baju-baju basahku di halaman belakang, Rei." jawab Zenira menundukkan kepalanya.
Rei membuang napasnya, dan berpikir dia benar-benar bisa gila jika tidak segera menikahi gadis lugu ini.
Terkadang Zenira terlihat begitu penurut, tapi kadang dia juga bisa marah dengan sangat menakutkan. Kadang dia bisa diam di kamarnya berjam-jam dan tidak jarang juga Zenira menghilang tanpa kabar.
"Aku bukannya sudah bilang suruh, Bi Emi!" ucap Rei tegas sambil mencoba menghilangkan kekhawatirannya.
Melihat Rei yang begitu marah, Zenira jadi ketakutan. Dia kemudian menunduk dan berusaha tidak memandang ke arah Rei.
Mengetahui sikap kakaknya yang membuat Zenira terlihat ketakutan, Tyra menyenggol lengan kakaknya sambil berbisik.
"Jangan galak-galak." bisik Tyra mengingatkan.
Tyra memberi kode agar Rei menurunkan nada bicaranya mengingat Zenira bisa saja marah kemudian kembali minta pulang seperti apa yang terjadi kemarin.
Rei yang menyadari perkataannya telah membuat Zenira ketakutan kemudian ia meminta maaf dengan sangat lembut dan mengajak Zenira menuju ruang makan, karena makanan mereka sudah siap di sana.
Mendengar kata makan dari Rei, Zenira tersenyum. Dia memang sudah sangat lapar dan tidak sabar untuk segera makan.
Zenira bergegas mengikuti langkah kaki Rei yang sudah berjalan menuju ruang makan untuk segera menyantap makan siangnya.
Mereka pun melangkah berjalan bersama menuju dapur, dan saat akan tiba di ruang makan.Tyra mendapat pesan dari temannya di catatan sipil tentang persiapan pernikahan, Rei yang tinggal menunggu tanda tangan dari calon pengantin.
Tyra yang sangat bahagia mendengar kabar baik itu, segera memberitahu Rei.
"Rei kakakku yang tampan, semuanya beres tinggal tanda tangan." ucap Tyra setibanya mereka di meja makan.
Rei yang mengerti apa yang dimaksud dengan adiknya langsung mengembangkan senyumnya sedang Zenira yang sebentar lagi menjadi istri dari Rei hanya tersenyum tidak mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments