Tidak lupa Emi menyalakan air hangat di dalam bathtub yang berukuran sangat besar. Setelah air cukup penuh Emi kemudian mempersilahkan Zenira berendam di sana, tidak lupa ia menggantungkan sebuah kimono handuk di belakang pintu kamar mandi.
Emi segera keluar dari kamar mandi, ia menutup pintu kamar, dan Zenira langsung melepas semua bajunya dan menenggelamkan tubuhnya ke dalam bathtub.
Air hangat yang begitu segar sudah menghilangkan semua kesedihannya malam ini, berganti dengan khayalan akan pernikahannya yang indah dengan Rei si badboy, yang entah apa rencana jahat yang ada di pikirannya.
Setelah hampir lima belas menit berendam dan tubuhnya kembali segar, Zenira teringat untuk menyampaikan kabar pernikahannya dengan Rei kepada kedua orang tuanya di Bandung.
Zenira bergegas mengenakan kimono handuk dan duduk di samping ranjang king zisenya, melalui pesan singkat WA, ia kemudian menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya.
\[Ma! Ada pria yang akan mengajakku menikah\] Zenira.
Lama menunggu balasan dari Mamanya, akhirnya pesan itu di balas juga.
\[Jangan, Nak! Jangan gegabah, kenalin dulu keluarganya. Kami takut ini sebuah jebakan\] Mama.
"Benar juga kata mereka." gumam Zenira yang sadar apa yang dikatakan Mamanya benar.
Zenira bergegas memakai kembali pakaian basahnya dan mengambil ranselnya yang belum sempat ia buka. Ia bergegas berjalan menuju pintu utama rumah mewah itu untuk pergi dari perangkap Rei.
Rei yang tidak mau mangsanya pergi dengan mudah kemudian mencegat Zenira.
"Hei, mau kemana?" tanya Rei sambil menarik tangan Zenira dengan kasar.
"A-Aku, maaf ini pasti ada yang salah!" jawab Zenira gugup.
"Jangan begitu, aku mencintaimu percayalah!" ucap Rei yang tiba-tiba berlutut meminta Zenira untuk tetap tinggal di rumahnya.
"Tidak, ini pasti salah!" teriak Zenira tegas membuka pintu ruang utama dan ingin segera bergegas pergi.
"Zenira, tunggu dengarkan penjelasan aku dulu!" ucap Rei terus menghalangi jalan Zenira.
Rei semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Zenira yang baru saja sudah menyetujui permintaannya, dan tiba-tiba saja berubah pikiran. Ia terus berusaha menyakinkan Zenira jika apa yang dikatakan kedua orang tua Zenira hanya karena mereka belum bertemu dengannya.
"Tapi, aku memang belum mengenalmu bukan? Bagaimana kita bisa menikah?" tanya Zenira yang semakin tidak yakin kepada Rei.
"Kita memang butuh waktu, jadi tinggallah di sini sampai kamu cukup yakin padaku." ucap Rei meminta sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
Zenira terdiam dan tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang.
"Jika kamu mau pergi tunggulah sampai besok. Bagaimana bisa, aku tega melihatmu pergi di saat masih hujan begini dan seluruh tubuhmu basah!" ucap Rei terus merayu dan akhirnya meluluhkan hati Zenira.
"Maafkan aku karena sudah percaya kepada kedua orang tuaku, kalau kamu jahat." batin Zenira dalam hati, ia tertunduk malu masih berdiri mematung di depan pintu.
Rei membuang napas panjangnya kemudian menarik tangan Zenira pelan untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Emi yang tahu rencana majikan mudanya kemudian ikut dalam perbincangan, dia kemudian menyakinkan Zenira jika Rei adalah orang yang baik, sama sekali tidak seperti apa yang dia pikirkan. Emi juga mengatakan tidak mungkin Rei sampai menyentuhnya sebelum pernikahan yang terjadi antara dia dan Rei.
Sungguh perkataan Bi Emi, begitu dia biasa di sapa oleh seluruh anggota keluarga, Rei dengan sebutan Bibi. Semakin membuat Zenira yakin jika dia salah menilai tentang sikap Rei, kepadanya.
Rei kemudian memeluk Zenira dengan erat dan kembali meminta gadis polos dan lugu itu untuk mempercepat saja rencana pernikahan mereka agar kejadian yang membuatnya berubah pikiran, seperti ini tidak lagi terulang di kemudian hari.
Zenira tersenyum kemudian mengangguk tanda setuju, dan akhirnya bersedia kembali ke kamarnya karena hari sudah malam.
Sesampainya di kamarnya yang sudah di persiapkan oleh Rei. Emi, pelayan Rei kemudian memberikan Zenira sebuah baju ganti untuk Zenira yang nampak basah kuyup.
"Silahkan Kak, bajunya di ganti dulu nanti kamu masuk angin." perintah Emi dengan suara lembut sambil memberikan baju pada Zenira.
Tanpa Zenira ketahui kalau baju yang diberikan kepadanya adalah baju Tyra adik perempuan Rei yang kebetulan tinggal serumah dengan Rei.
"Terima kasih, Bi Emi. Maafkan aku yang telah salah sangka kepada kalian semua, ternyata kalian semua orang baik." ucap Zenira sambil menutup pintu kamarnya untuk segera berganti baju.
Zenira kemudian bergegas mengganti bajunya yang basah tadi dengan baju milik Tyra dan bersiap untuk tidur.
Sepanjang malam gadis malang itu hanya bisa tertidur dengan perut lapar. Dia ingin sekali bergegas pergi menuju kamar Rei untuk meminta makanan, tapi niatnya itu dia urungkan. Entah rasa malu yang membuatnya memilih untuk tidur saja.
Emi yang baru saja keluar dari kamar Zenira kemudian bergegas menuju ruang tengah tempat Rei menunggu yang sedang ketakutan sambil terus memandang halaman belakang rumahnya.
"Mas Rei, hampir saja dia lepas!" ucap Emi berbisik pelan agar tidak ada yang mendengarkan pembicaraannya dengan Rei.
"Iya, aku benar-benar yakin kalau gadis itu sangat labil. Aku pastikan akan segera menikah dengannya atau namaku akan di coret dari daftar warisan Papiku yang pelit itu!" ucap Rei menggerutu kesal.
"Benar, mas Rei! Jangan sampai kita terusir dari rumah ini. Kita pasti bisa memperdaya gadis itu!" ucap Emi dengan senyuman menyeringai.
Rei hanya bisa mengacak-acak rambutnya dan terus berpikir, bagaimana caranya agar pernikahannya dengan Zenira bisa terjadi secepatnya. kalau bisa besok pagi pun ia siap menikah.
Rei yang yang tidak tahu jalan keluar dari masalah itu akhirnya ia memutuskan untuk bergegas tidur.
"Ah! Sudahlah, aku mau tidur dulu. Besok kita pikirkan lagi bagaimana cara mempercepat Pernikahanku dengan gadis lugu itu, dan ingat besok pagi sebelum dia bangun siapkan sarapan untuknya. Awasi dia terus jangan sampai dia kabur, mengerti!" perintah Rei pada Emi dengan suara baritonnya.
"Baik, mas Rei." jawab Emi tersenyum menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Keesokan paginya, Zenira yang belum terbangun dari tidurnya saat Emi sudah mempersiapkan sarapan pagi dan mengantarkan sarapan ke kamar.
Sepiring nasi goreng spesial lengkap dengan telur dadar dan segelas susu hangat yang tertata rapi di nampan kemudian di letakkannya di atas nakas tidak jauh dari tempat tidur Zenira.
Cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamarnya, Zenira menggeliat dan membuka matanya perlahan. Saat ia bangun dan duduk di atas tempat tidurnya. Ia sangat senang melihat sarapan paginya sudah tersedia, karena sudah menahan rasa laparnya dari hari kemarin Zenira kemudian segera menyantap semua makanan yang di sajikan untuknya hingga tandas tidak tersisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dewi_risman25
Yuk baca! hanya di Noveltoon dan Mangatoon 🥰 terima kasih bagi yang sudah mampir dan membaca novel karya aku yang baru rilis ini. Semoga dapat menghibur kalian dan jadikan bacaan favorit recommended untuk kalian yang menyukai novel percintaan 🥰 jangan lupa like, vote, comment dan subscribenya 🥰❤️
2023-08-24
2