Sesetia Langit Menemani Senja

Sesetia Langit Menemani Senja

1. SLMS

Suara hentakkan pintu seketika membuat Senja terlonjak kaget disertai sebuah paper bag yang langsung melayang mengenai perut buncitnya.

Brakkkk!!

“Kenakan gaun itu! Hari ini kamu harus menemaniku menghadiri perayaan ulang tahun pernikahan Mama Papa!” tegas Bumi.

“Tapi Mas ....” Ucapan Senja seketika terputus saat Bumi langsung membentaknya.

“Apa kamu nggak mendengar apa yang barusan aku katakan, hah!”

“Maaf Mas, aku nggak bisa. Soalnya aku merasa kurang enak badan, kepalaku juga pusing.” Sambil tertunduk Senja berucap lirih sembari memegang perut buncitnya yang terasa sedikit kram.

Bumi menghampiri lalu mencengkram pipi Senja. Mendorongnya tanpa rasa bersalah sehingga membuat wanita hamil itu terjatuh.

“Akkhh!” pekik Senja sambil memegang perutnya yang terasa semakin kram. “Ssstttt ... aduh! Sakit Mas.”

“Sakit? Jika bisa, biarkan dia lenyap detik ini juga! Aku bahkan nggak pernah mengharapkan kehadirannya dalam kehidupanku!" Ucapan keji tak berperikemanusiaan itu, terlontar begitu saja dari dari bibir Bumi.

“Mas!” Senja langsung mendongak. “Dia juga nggak pernah berharap hadir dalam kehidupanmu! Jika bukan karena perbuatan bejatmu ma ...."

Plak!!

Ucapan Senja terputus tak kalah sebuah tamparan keras mendarat di pipi.

Bumi berjongkok lalu mencengkram pipi Senja. Menatap tajam sepasang mata sendu yang kini sudah menganak sungai.

“Kamu tak ada bedanya dengan ladies di club' malam itu. Menjajakan tubuh kepada pria hidung belang! Kamu dan mereka sama saja. Sama-sama pela*cur, wanita murahan!”

Mendengar hinaan serta tuduhan yang terlontar dari bibir suaminya, Senja tersenyum miris.

“Aku memang bekerja di club' malam. Harus aku akui jika kehidupan di dunia malam itu sangat kotor. Aku juga nggak munafik jika tubuhku sering di sentuh oleh banyak pria. Karena itu sudah resikonya bekerja di tempat seperti itu. Akan tetapi, aku nggak pernah menjual diri. Para pria hidung belang juga tahu, mana PSK dan bukan. Sedangkan dirimu, malah lebih bejat daripada pria hidung belang itu.”

“Kamu!!” hardik Bumi.

“Kenapa? Apa kamu sudah lupa betapa beringasnya dirimu menjamah tubuhku? Merenggut paksa kesucianku sekaligus menghancurkan hidupku!" Senja mengepalkan kedua tangan menatap benci pada suaminya.

Bumi tersenyum sinis, mengetatkan rahang lalu menarik rambut Senja. “Jelas saja aku nggak mengingatnya karena aku dalam pengaruh minuman alkohol. Jika aku sadar mana mau aku menyentuh tubuhmu!”

Selesai membalas ucapan Senja, Bumi tak melepas tangannya. Namun, semakin menarik rambut Senja supaya wanita hamil itu berdiri.

“Akhh!! Lepasin Mas, sakit!!” keluh Senja merintih sakit.

Bumi kembali menyeringai membawa Senja mendekati tembok lalu mendorong tubuh sang istri dengan kasar.

Seperti orang yang sedang kesetanan, Bumi seakan belum puas. Ia mencekik leher Senja sehingga wanita hamil itu kesulitan bernafas.

Dengan wajah yang kian memerah, Senja memukul-mukul lengan Bumi. Meminta supaya suaminya itu menghentikan aksinya.

“Gugurkan bayi itu! Sudah berapa kali aku peringatkan padamu, gugurkan!! Aku nggak menginginkannya!!” bentak Bumi lalu melepas cekikkannya dari leher Senja.

Senja langsung terbatuk-batuk lalu terduduk sambil memegang lehernya. Menghirup udara sebanyak mungkin demi memenuhi pasokan oksigen ke dalam paru-paru.

Bumi kembali berjongkok lalu menampar perut buncit Senja dengan keras.

“Akkhh!! Mas!!” pekik Senja.

“Aku nggak akan berhenti menyakitimu, jika kamu nggak menggugurkan bayi itu! Wanita sampah!” ancam Bumi disertai makian.

Senja hanya bisa menangis mendengar ancaman serta kata makian dari suaminya.

“Ingat, saat berada di pesta itu, jangan membuatku malu. Kamu tahu kan, di sana kebanyakan orang-orang berkelas!” ancam Bumi lagi. Setelah itu ia langsung meninggalkan Senja tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Sepeninggal Bumi, Senja semakin terisak sambil mengelus perutnya yang semakin terasa kram juga sakit.

“Sayang, meski kehadiran kalian nggak pernah di harapkan olehnya, percayalah Momy akan selalu menjadi pelindung bagi kalian.”

Senja mengambil paper bag yang tergeletak lalu perlahan berdiri. Duduk di sisi ranjang kemudian menyeka air mata.

*********

Tiga puluh menit berlalu ....

Bumi kembali masuk ke kamar Senja. Seketika rahangnya mengetat saat mendapati wanita hamil itu sedang tertidur. Ia kembali menampar perut Senja dengan keras.

“Akhh! Mas.” Senja terkejut. “Aku nggak bisa pergi bersamamu. Aku benar-benar nggak enak badan.”

Bumi menarik rambut Senja. “Aku nggak peduli, kamu sakit atau nggak pokoknya kamu harus menurut. Segera bersihkan dirimu lalu kenakan gaun itu! Aku beri waktu dua puluh menit!”

Selesai berucap, Bumi memaksa Senja beranjak dari tempat tidur lalu dengan kasar menggiringnya ke kamar mandi.

“Cepetan! Ingat, hanya dua puluh menit!” tegas Bumi. “Aku menunggumu di bawah!”

Setelah itu, Bumi langsung meninggalkan kamar menuju lantai satu. Duduk di sofa sambil memikirkan cara untuk melenyapkan bayi yang sedang tumbuh di rahim Senja.

Beberapa menit berlalu ....

Senja menatap pantulan dirinya di depan kaca. Sesekali ia meringis merasakan sakit di sekujur tubuh.

“Baby twins, kalian harus kuat demi momy. Nggak mengapa momy menahan sakit demi mempertahankan kalian. Kita harus berjuang bersama.”

Setelah itu, Senja meraih tas tangannya lalu meninggalkan kamar. Menyusul Bumi yang sedang menunggunya di bawah.

“Bagus,” ucap Bumi sesaat setelah Senja menghampirinya. Mengangkat tangan lalu menatap arlojinya.

Ia mencengkram lengan Senja lalu kembali mengancam sang istri. “Sedikit saja kamu melakukan kesalahan di pesta itu ... maka kamu akan tahu konsekuensinya!”

Begitu keduanya masuk ke dalam mobil, Bumi langsung meminta sang supir mengantar mereka ke hotel tujuan.

“Kamu ingat kan pesanku tadi?” ucap Bumi lalu melirik Senja.

“Iya, Mas.” Senja menyandarkan kepala lalu memejamkan mata karena merasakan pusing. Suhu dingin air conditioner mobil seketika membuatnya menggigil pelan. “Paman, tolong turunkan suhu AC-nya.”

“Biarkan seperti ini! Aku merasa gerah!” Bumi tersenyum sinis. Sengaja membiarkan Senja kedinginan.

Sedangkan Mang Dul tak bisa berbuat apa-apa meski pria paruh baya itu merasa kasian pada Senja.

“Mas! Aku kedinginan,” ucap Senja dengan lirih.

“Kedinginan? Aku nggak peduli bahkan jika kalian membeku sekali pun aku nggak peduli. Jika perlu, aku ingin kalian lenyap dari hadapanku sekarang!” balas Bumi sambil tersenyum sinis.

“Sepertinya kamu perlu memeriksakan kejiwaanmu, Mas. Kamu tak ada bedanya dengan seorang psikopat!” ucap Senja dengan geram.

Bumi langsung mendekat dan lagi-lagi ia menarik rambut Senja dengan kuat. Satu tangannya menekan perut buncit Senja.

Sehingga membuat wanita hamil itu langsung merasa sesak sekaligus menahan sakit.

“Yang membuat aku menjadi psikopat itu kalian. Kamu dan bayi si*alan ini! Wanita sampah, murahan dan nggak tahu diri! Masih bagus aku mau bertanggung jawab lalu menampung kalian. Jika tidak, kalian hanyalah gelandangan!!”

Sepasang mata Senja menatap benci sang Suami sambil menahan sakit.

...----------------...

Note : Jangan di boom like ya, readers. Setidaknya jeda selama 3 menit. Jika kalian boom like tanpa membaca, sama saja masuk boot sekaligus menurunkan performa karya.

Tolong hargai tulisan penulis ya. Salam santun dunia literasi. 😘🙏

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

gi la ini lali bukxn lali kejam tapi dah daj*al

2023-09-30

0

CintaAfya

CintaAfya

dasar suami durjana, psykopat...aduhh thor di awal cerita sudah terasa ngesek bgt..semoga senja kuat menghadapi suami yg kayak mental..

2023-09-16

0

CintaAfya

CintaAfya

aku mampir thor...

2023-09-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!