“Papa yang merencanakan semuanya sejak awal. Papa yang mencari orang bayaran untuk menghabisi perempuan itu. Nah, tugasku hanya menelepon Anneke dan memintanya untuk menjemputku. Dengan alasan mobilku mogok dan aku dikejar-kejar orang. Eh, ternyata dia percaya begitu saja. Kalau sudah bodoh ya tetap bodoh! Lihatlah begitu mudahnya dia masuk kedalam perangkap kami.”
“Nah, saat aku tiba di lokasi kecelakaan aku lihat dia masih hidup. Dia masih bernapas meskipun batang kayu menembus kaca depan mobil dan menusuk ke bagian dadanya. Dia menatapku memelas minta tolong. Dia benar-benar kuat, meskipun sudah dalam kondisi terluka parah sekalipun.” ujar Kaylee lagi menambahkan.
Marisa menganga mendengar penjelasan putrinya. “Lalu, apa yang terjadi setelahnya?”
“Dia minta tolong tapi aku menusukkan kayu itu lebih dalam lagi ke dadanya sampai dia mati.” ujar Kaylee tanpa perasaan bersalah sedikitpun.
“Ya aku yang membunuhnya dengan tanganku sendiri.”
“Kamu yakin tidak ada orang lain yang melihatmu melakukan itu?” tanya Marisa dengan suara pelan.
“Tidak ada Ma! Aku melakukan secepatnya dan langsung menghubungi polisi supaya tidak ada yang mencurigaiku. Dan aku menunggu disana sampai ambulan datang.”
“Bagus! Bagus sekali! Sekarang sebaiknya suruh orang untuk menyelesaikan urusan administrasi disini. Panggil perawat untuk mengurus jenazahnya. Sebaiknya kita keluar dari sini. Mama nggak betah lama-lama berada disini.”
“Tunggu sebentar Ma. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal pada sepupuku.” ucap Kaylee lalu menghampiri tubuh kaku Anneke. Dia tersenyum puas dan tanpa mereka sadari Anneke mendengar semuanya meskipun tidak bisa membuka matanya. “Selamat jalan sepupuku sayang! Tenanglah disana ya. Aku akan menggantikanmu menjaga Noah!”
‘Brengsek kalian! Kalian pembunuh!” teriak Anneke yang tak bisa didengar oleh siapapun. Tiba-tiba cahaya putih memenuhi ruangan itu. Dan seolah jiwa Anneke ditarik dari tubuhnya, dia berteriak dan meronta ketakutan.
“Tidak! Tidak! Aku belum mau mati! Tolongggg…...” Anneke seolah dibawa memasuki pusaran yang membuatnya kehilangan kesadarannya.
Perlahan dia merasa ketenangan dan membuka matanya, sambil mengeryitkan dahinya merasa bahwa dia berada disatu tempat yang tak asing baginya. Ya, itu adalah departemen catatan sipil disaat dia mendaftarkan pernikahannya.
Namun hari itu dia hanya datang sendiri karena Noah hanya diwakilkan oleh asistennya saja. Airmata Anneke menetes menatap dirinya sendiri yang terlihat tersenyum menerima sertifikat pernikahan.
“Bodoh! Benar-benar bodoh! Aku menentang papa dan memutuskan untuk menikahi pria brengsek itu. Menyia-yiakan masa mudaku hanya mengejarnya kemanapun.” isaknya memilukan. Dia diperlihatkan kehidupannya dulu satu persatu seolah sedang menonton film. Tiba-tiba tubuhnya terasa terhentak keras dan dibawa ketempat lain.
Dia berada di Kota S dengan tampilan buruk rupa sedang mengejar suaminya. Anneke melihat bagaimana Noah memerintahkan para pengawalnya untuk mengusir dan menyeretnya kejalanan. Rasa sesak didadanya, Anneke menyentuh bagian dadanya untuk menenangkan rasa sakit. “Menggenaskan sekali. Kenapa aku bisa sebodoh itu?” gumamnya.
“Hyaaaa…….” dia tersentak saat sebuah kekuatan menarik tubuhnya menjauh dan membawanya kembali ke masa dia melihat pemakamannya sendiri. Anneke hendak menyentuh bahu ayah dan kakeknya yang menangis sambil menaburkan bunga di makamnya.
Anneke berteriak, “Papa! Aku belum mati papa! Ini aku Anneke ada disini papa!”
Anneke berdiri dihadapan ayah dan kakeknya namun keduanya tak merespon. Dia menatap kearah makamnya dan melihat namanya di sana. “Tidak…..tidak….ini tidak mungkin! Aku belum mati. Kenapa aku ada disini?” teriak Anneke menangis sejadi-jadinya. Dia melihat semua orang di pemakamannya. Termasuk tante dan saudara sepupunya yang jahat.
Melihat kehadiran orang-orang yang sudah membunuhnya membuat Anneke sangat marah. Sambil menengadahkan wajahnya ke langit dia berteriak, “Aku bersumpah! Jika aku diberikan kesempatan kedua maka aku akan membalas semua orang yang menjahatiku! Aku bersumpah akan memperbaiki semuanya, tidak akan menyia-yiakan hidupku lagi.”
DUUAARRRRRR! DUUAAARRRR
Suara petir menyambar dan hujan lebat turun seketika membuat orang-orang yang berada di pemakaman segera berlarian untuk berlindung. Langit yang tadinya cerah kini berubah gelap diiringi hujan lebat dan petir yang menyambar-yambar. Suasana mendadak cukup menegangkan.
“Kenapa tiba-tiba hujan turun? Aneh banget sih.” ujar Kaylee yang sudah berada didalam mobil bersama ibu dan ayahnya. Kaylee masih menyempatkan menatap ke arah makam Anneke dari kejauhan.
‘Selamat jalan sepupuku! Semoga kamu istirahat yang tenang dan tidak pernah muncul lagi di kehidupan yang akan datang.’ gumamnya dalam hati.
“Sudahlah sebaiknya kita langsung pulang saja. Cepat jalankan mobilnya.” ujar Jose Akasha pada supirnya yang langsung menyalakan mobil.
“Apa kita langsung pulang kerumah atau ke kediaman papa-ku?” tanya Marisa.
“Besok saja kita kesana, lihatlah hujan semakin lebat dan jalanan pasti macet.” jawab Jose.
Disaat bersamaan…….
Tit….tit…...tit…..bunyi mesin monitor menunjukkan denyut jantung terdengar samar-samar memenuhi ruangan bernuansa putih itu. Disana diatas ranjang rumah sakit terbaring seorang wanita muda berusia dua puluh dua tahun yang terlihat pucat.
Wanita muda itu terlihat terbaring lemah diranjangnya tak ubahnya bagaikan mayat karena tidak ada pergerakan sama sekali. Dia terbujur kaku disana tanpa ada seorang pun yang menungguinya.
Udara dingin yang keluar dari pendingin ruangan terasa menusuk kulit disertai dengan aroma disinfektan yang kuat seakan mengusik kenyamanan wanita yang sudah terbaring sekian lama disana dalam keadaan koma setelah sebuah kecelakaan menimpanya. Perlahan kedua matanya yang dihiasi bulu panjang nan lentik itupun mulai terbuka.
Mata itu menampilkan sepasang bola mata cantik yang terlihat sedang beradaptasi pada cahaya terang yang menyilaukan kedua matanya. Selama beberapa detik, Anneke berusaha mengamati suasana didalam ruangan itu yang nampak tidak asing lagi baginya. Alisnya yang tebal tampak mengeryit setelah hidung mancungnya mencium bau disinfektan yang sangat kuat diseluruh ruangan.
“Ah! Aku ada dimana ini?” tubuhnya bergetar hebat, satu tangannya memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit dan detak jantungnya pun berpacu sangat cepat. Dibalik kepanikannya itu, tiba-tiba muncul sebuah ingatan yang awalnya samar namun perlahan-lahan mulai jelas. Ingatan pada saat dia ditolak oleh suaminya sendiri Noah Killian Arsenio.
Dia mengingat saat dia menyia-yiakan seluruh hidupnya dan ingatan tentang saat dia diperdaya dan ditusuk dengan pisau oleh sepupu jahatnya Kaylee Claretta. Semua ingatan itu seakan-akan baru saja terjadi dan masih terasa segar dalam ingatannya. Kepalanya kembali terasa sakit saat semua ingatan itu muncul setelah dia sadar dari koma.
Tit…..tit…...tit….alat monitor jantung kembali bersuara semakin keras diikuti suara pintu yang terbuka diiringi suara-suara langkah seorang dokter diikuti perawat yang langsung memberikannya sebuah suntikan penenang untuk menyelamatkannya. Setelah itu perlahan-lahan kesadarannya kembali hilang dan samar-samar dia mendengar ada suara yang memanggilnya.
“Nona….Nona…..apa anda mendengar saya?” Anneke masih bisa mendengar suara seorang perawat yang memanggilnya sebelum seluruh kesadarannya kembali menghilang dan matanya tertutup rapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trysceria
2024-03-17
0