“Tenang saja ma. Perempuan itu tidak sulit untuk disingkirkan! Aku hanya perlu menyingkirkan Anneke, begitu dia tersingkir dan tidak lagi menyandang gelar Nyonya Arsenio berarti peluangku lebih besar. Hanya dia yang menjadi penghalang terbesar! Lihatlah bagaimana tidak tahu malunya dia tetap bertahan menjadi istri Tuan Noah selama ini, meskipun dia diacuhkan.”
“Makanya kau harus bergerak cepat! Pastikan Anneke tersingkir lalu kau langsung mendekati Noah! Posisi Nyonya Arsenio itu penting! Status dan martabatmu di masyarakat akan semakin tinggi. Singkirkan siapapun yang menghalangimu.” perintah Marisa penuh penekanan.
“Tenang saja ma. Tanpa aku melakukan apapun wanita tua itu sudah tersingkir. Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padaku.” jawab Kaylee penuh keyakinan.
“Cari tahu tentang Anneke! Apa yang terjadi padanya setelah Noah pulang. Kabarnya Anneke tidak menghadiri pemakaman Nyonya Besar Arsenio! Apa mungkin mereka sudah berpisah? Kau harus segera cari tahu soal itu.” ujar Marisa.
“Benarkah ma? Anneke tidak datang? Ck! Keterlaluan sekali wanita itu! Padahal selama ini Nyonya Besar Arsenio sangat menyayanginya.” Kaylee tersenyum senang.
“Sudahlah. Mama mau ke kantor dulu, ada rapat penting hari ini. Besok kau harus sudah kembali bekerja Kaylee! Jangan mengecewakan mama. Kau satu-satunya harapan mama. Kau paham?”
“Iya aku paham ma. Tenang saja, aku akan menunjukkan kepada kakek dan paman bahwa aku layak untuk menjadi penerus. Lagipula selama ini hasil kerjaku sangat memuaskan kakek.” ucap Kaylee.
“Tidak cukup Kay! Kau harus lebih hebat lagi! Usahakan kau bisa mendapatkan proyek besar, carilah peluang itu karena hanya itu cara untuk mendapatkan kepercayaan lebih dari kakek dan pamanmu.”
“Baiklah. Aku akan mencoba mencari proyek-proyek baru yang lebih besar dan menghasilkan lebih banyak keuntungan untuk perusahaan.” Kaylee tersenyum penuh percaya diri.
...************...
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, sebulan sejak kepergian Mariam Arsenio. Semuanya kembali berjalan seperti biasanya. Siang ini suasana bandara yang hingar bingar disertai cuaca yang panas membuat seorang wanita yang baru saja melangkah keluar dari bandara mengeryitkan dahinya. Sebulan lebih dia meninggalkan negara ini untuk menenangkan diri.
Kini dia kembali membawa oleh-oleh untuk nenek mertua kesayangannya. Namun saat dia tiba di kediaman Arsenio, dia dikejutkan dengan berita kematian Mariam Arsenio. Bukan itu saja, dia bahkan tidak diijinkan memasuki kediaman itu atas perintah Noah Arsenio.
“Maaf Nona. Anda tidak diijinkan untuk menginjakkan kaki di rumah ini lagi.”
Begitulah ucapan penjaga di pintu gerbang kediaman itu saat dia hendak masuk. “Oh Tuhan! Kenapa bisa jadi begini? Huhuuuu…..huhuuu…..nenek! Maafkan aku…..”
Anneke terisak-isak meninggalkan kediaman Arsenio sambil menyeret kopernya. Oleh-oleh yang dia beli untuk nenek mertuanya hanya menjadi kenangan. Kini hanya kenangan bersama nenek mertuanya yang tertinggal.
Dia berjalan sambil menyeret kopernya hingga mencapai jalan utama dan menghentikan taksi di jalan utama dan meminta untuk diantarkan ke pemakaman. Sepanjang perjalanan dia hanya bisa menangis merutuki dirinya. Selama ini dia liburan untuk menenangkan diri dan sengaja mematikan ponselnya karena tidak mau terganggu.
‘Bodoh! Bodoh! Andai saja aku tidak mematikan ponselku, aku akan tahu berita kematian nenek.’ dia menangis sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sakit. Dia menyayangi nenek mertuanya selama ini, hanya Mariam Arsenio yang mendukungnya dan jadi penyemangatnya untuk menaklukkan hati Noah. Namun kini dia sudah tidak punya pegangan apapun untuk bertahan.
...******...
“Keke….sudahlah jangan bersedih lagi. Semuanya sudah terjadi dan tidak ada yang perlu disesali. Ini bukan salahmu. Setidaknya kamu sudah kembali kerumah dan mengenai per----”
“Kakek! Maafkan aku. Selama ini aku tidak mengatakan yang sebenarnya pada kalian.” Anneke memotong ucapan kakeknya. Rasa bersalah yang menyelimuti hatinya membuatnya tak henti-hentinya menangis.
“Sudahlah sayang. Kakek tidak marah padamu, ini juga kesalahan kakek sudah memaksakan keinginan kami selama ini. Kami hanya ingin cucu-cucu kami bahagia dan ikatan keluarga semakin erat. Tidak menyangka semuanya akan seperti ini. Maafkan kakek ya.” Liam Runako memeluk cucu kesayangannya dengan erat.
‘Andai aku dan Galen Arsenio tidak memaksakan keinginan kami untuk menikahkan cucu-cucu kami mungkin semua ini tidak akan terjadi. Tapi saat itu Galen sedang dalam kondisi kritis. Dan satu-satunya keinginannya adalah melihat cucunya menikah. Maafkan aku, Galen, Mariam! Cucu-cucu kita harus berpisah seperti ini.’ gumamnya didalam hati.
Sementara Alfred Runako, ayah Anneke hanya diam memperhatikan putri semata wayang dan ayahnya yang saling berpelukan. Sejak awal dialah yang paling menentang perjodohan itu, namun putrinya sangat mencintai Noah dan menentangnya. Memilih mengikuti keinginan kakeknya karena memang keinginan Anneke sejak lama untuk bisa menikah dengan Noah.
Pria paruh baya itu menghela napas panjang, merasa sedih dengan nasib putrinya yang cantik. Sepuluh tahun berlalu begitu saja, sepuluh tahun kehidupan dan kebahagiaan putrinya terenggut oleh sebuah pernikahan yang berakhir perceraian.
Dia tidak tahu jika selama ini putrinya tidak bahagia, begitu pandainya Anneke menyembunyikan semuanya, berpura-pura bahagia dan bersikap seolah kehidupannya baik-baik saja.
Alfred memegangi dadanya yang sakit, membayangkan masa sepuluh tahun entah kehidupan seperti apa yang dijalani oleh Anneke. Tapi dia merasa lega kini putrinya bisa lepas dari pernikahan itu dan kembali kerumah. Masih belum terlambat untuk memperbaiki semuanya, bagaimana pun Anneke adalah putri kesayangannya.
“Anneke, tenangkan dirimu untuk beberapa hari ini. Apa kau mau pergi liburan ke villa untuk sementara waktu?” tanya Alfred pada putrinya.
“Tidak pa. Aku tidak mau kemana-mana.” jawab Anneke menghapus airmatanya.
Dia kehilangan orang yang paling dia sayangi selama ini, tak henti-hentinya dia menyalahkan diri karena gagal bertemu Noah untuk meredam semua pemberitaan tentang mantan suaminya itu.
Entah siapa yang mengirimkan foto-foto itu pada Mariam dan memberitahunya tentang pernikahan Anneke dan Noah yang selama sepuluh tahun ini hanyalah sebuah kebohongan.
Tak seorang pun yang tahu bahwa Mariam sangat sedih bukan karena foto-foto itu namun berita tentang Anneke dan Noah yang selama sepuluh tahun ternyata menjalani kehidupan terpisah.
Mariam merasa sangat bersalah pada Anneke, dia marah pada Noah cucunya yang tega memperlakukan cucu menantunya dengan buruk selama ini. Mariam pergi membawa luka hatinya tanpa sempat bertemu lagi dengan Anneke.
Dia bertahan selama dua hari di rumah sakit berharap cucu menantunya itu bisa datang menemuinya sebelum dia pergi. Namun disaat-saat terakhirnya, Anneke tetap tidak muncul dirumah sakit.
“Aku mau dirumah saja. Aku sedih dan merasa bersalah sekali. Nenek meninggal itu semua salahku.”
“Ssstttt…...jangan berkata begitu keke! Kau tidak bersalah, ini sudah takdir berhentilah menyalahkan dirimu. Kita semua sedih dengan kepergian Mariam tapi ingatlah, dia selalu menyayangimu.” ucap Liam menghibur cucunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusberkarya
2024-03-17
0