Dikta tengah bersiap berangkat ke kantornya supir sekaligus asisten pribadinya telah menunggu nya "Selamat pagi tuan" Ucap laki-laki itu sembari membukakan pintu mobil untuk Dikta.
Dikta hanya diam saja dan masuk ke dalam mobil, selama di perjalanan Dikta terus teringat kejadian semalam "Ck! bagaimana mungkin aku bisa melakukannya" Ucap Dikta sembari mengacak rambutnya dia terlihat sangat kacau tidak seperti biasanya, itulah yang di lihat Kenny teman sekaligus merangkap asisten dan supir.
Kenny terus melihat Dikta yang terlihat gusar membuat Kenny berfikir mungkin Dikta merindukan istrinya "Tuan apakah anda ingin mampir ke rumah sakit" Tanya Kenny penuh perhatian kepada tuannya itu.
"Tidak, langsung ke kantor " Ucap Dikta yang bahkan tidak melihat ke arah Kenny.
"Baik tuan" Ucap Kenny.
Dikta akhirnya sampai di ruangannya baru saja masuk dia sudah melihat Marcel di sana duduk menunggunya.
"Bagaimana apa kau sudah menyelesaikannya" Tanya Dikta menatap Marcel.
Marcel tersenyum penuh dengan kesombongan dan juga menaruh koran tepat di meja Dikta "Selesai sesuai dengan permintaan mu hancur tak tersisa kini tidak lagi keluarga Conny lagi di negara ini" Ucap Marcel.
Dikta melihat berita di koran tersebut bahwa keluarga Conny telah kehilangan semua asetnya bahkan kepala keluarganya kini mendiami penjara dengan banyak tuntutan mungkin saja dia tidak akan bisa hidup lama karena di buat benar-benar hancur dan depresi oleh Marcel sesuai aturan dari Dikta. "Tidak buruk" Ucap Dikta yang sebenarnya memuji pekerjaan Marcel.
"Kau terlihat tidak baik apa kau tidak puas dengan pekerjaan ku" Ucap Marcel yang melihat wajah Dikta yang masih terlihat masam. "Tunggu sepertinya ada yang terlewat" Ucap Marcel yang mengingat dia belum tau pasti kenapa Dikta menghancurkan keluarga Conny.
Dikta hanya diam saja tidak mau menanggapi kebingungan Marcel itu.
"Tunggu dulu Dikta sepertinya aku belum bertanya kenapa kau menyuruhku menghancurkan keluar Conny, sebenarnya apa yang terjadi ceritakan padaku" Seketika wibawa Marcel hilang kini hanya ada tuan muda yang memiliki daya kepo yang tinggi.
"Bukankah aku sudah memberitahu mu" Ucap Dikta.
"Yak belum kau belum memberitahu ku, apakah kesalahannya begitu besar sampai-sampai tuan Dikta menghancurkan mereka hingga berkeping-keping, katakan padaku katakan apa apa alasannya katakan" Ucap Marcel menunggu cerita dari Dikta yang pasti menarik untuk Marcel ketahui.
"Ck! merepotkan" Ucapan Dikta itu malah membuat Marcel semakin penasaran dia ingin tau apa yang terjadi hingga Marcel menduga-duga apa yang terjadi.
"Tunggu kau marah sampai seperti ini, apakah karena mereka menjebak mu? apa mereka membuatmu tidur dengan putrinya coba lihat tangan mu" Ucap Marcel yang terus menerocos dan memeriksa tangan sahabatnya itu. "Tidak ada ruam merah apa mereka gagal? apakah mereka ketahuan sebelum mulai ini tidak seru" Ucapan Marcel itu terdengar kecewa membuat Dikta mengeratkan rahangnya menatap tajam pada Marcel.
"Kau ingin mati" Ucap Dikta menepis tangan Marcel itu.
"Tidak, tapi jika kau tidak memberitahu ku aku akan mati penasaran, Katakan apa yang terjadi apa mereka benar-benar tidak berhasil menjebak mu" Ucap Marcel terus mengoceh.
"Itu lebih baik, matilah" Ucap Dikta tanpa ekspresi, tapi melihat sikap Dikta yang tidak biasa Marcel tau sebenarnya ada terjadi sesuatu yang lebih dari apa yang dia bisa pikirkan.
"Kejamnya kau Tuan Dikta" Ucap Marcel yang seperti nya sudah menyerah untuk mengorek informasi apa yang terjadi.
"Terimakasih" Ucap Dikta lagi masih dengan tanpa Ekspresi wajah dingin yang begitu mempesona.
"Itu bukan pujian, dasar iblis" Ucap Marcel lagi, melihat Dikta yang tidak ingin bercerita dengannya dia memilih untuk mencari Kenny.
Marcel pergi ke ruangan Kenny "Kenny apa kau tau sesuatu tentang bos mu itu"
"Tidak " Jawab singkat Kenny membuat Marcel menghela nafasnya.
"Kenny apa kau tau kau itu semakin mirip dengan bos mu, bisakah kau kembali seperti Kenny yang dulu" Ucap Marcel
"Kenny yang dulu sudah mati" Jawaban Kenny itu membuat Marcel diam dan enggan berkomentar lagi.
****
Bunga kembali ke rumah setelah mengantarkan Rose, Bunga menatap bagian rumahnya yang kosong itu "Haruskah aku membeli perabotan baru atau haruskah aku membeli rumah baru, menjual rumah ini pasti butuh waktu lama hah" Bunga terus berbicara pada dirinya sendirinya dia tengah di landa kebimbangan apakah dia harus tetap tinggal di rumah yang penuh kenangan meskipun lebih banyak kenangan pahit di banding kenangan manis itu atau dia harus mencoba mencari rumah baru.
Bunga berjalan ke arah dapur dia melihat bahan masakan yang hanya tinggal mie saja, bukan apa dari dulu keluarga mereka memang membeli stok mie banyak karena sering ada diskon dan mie instan harganya murah dan itu bisa meringankan pengeluaran biaya makan. "Hanya ada mie haruskah aku berbelanja tapi" Bunga menatap tempat di mana lemari es tadinya berada, dia tidak bisa lagi menyimpan bahan makanan lagi.
"Tidak ini bukan waktunya untuk memikirkan hal sepele seperti ini, aku harus segera belajar dan menemukan cara agar mendapat pelanggan, Bunga kau harus bisa" Bunga berusaha meyakinkan dirinya dan berjalan ke kamarnya.
Dia melihat laptop yang di tinggalkan bara dia sudah berada di depan video yang di download Bara namun saat dia ingin menonton seketika pikiran nya teringat pada laki-laki yang melakukan hal tidak senonoh itu padanya terbayang betapa besar nya itu dan menerobos keluar masuk begitu saja di dalam mulut mungilnya, Bunga tiba-tiba merasa jijik dan mual namun Bunga berusaha tetap tenang dia mencoba untuk menahannya "Aku harus bisa menahannya, Bunga ini demi ibu dan adikmu kau harus terbiasa" Bunga mencoba yang terbaik sebelum dia menonton video merah dia berusaha untuk terbiasa dulu dengan hal yang menjijikkan itu dengan cara memikirkan kecelakaan yang terjadi semalam di toilet restoran itu.
Namun benar-benar tidak bisa menahan rasa mual nya dan berlari untuk berkumur "Aku benar-benar tidak bisa" Ucap Bunga yang terus berkumur.
Tapi Bunga tidak menyerah dia terus berusaha untuk tidak jijik dan akhirnya memberanikan diri untuk menonton film merah itu.
Tak lama handphone Bunga berbunyi nama mami terlihat di layar handphone nya Bunga segera mengangkat teleponnya [Hallo mami] Sapa Bunga dari telepon.
[Aku sudah membaca pesan mu, aku menyetujui rencana mu, kali ini aku berikan pelanggan sesuai yang kau inginkan, tapi Bunga jangan lupa apa yang kau janjikan padaku] Ucap mami yang masih terdengar menakutkan meski hanya lewat telepon.
[Aku mengerti mami] Ucap Bunga
[Ingat berapa banyak janjimu padaku, jika kau tidak ada niatan untuk mewujudkan nya makan aku berjanji padamu, kau pasti tidak akan menemui adik dan ibumu lagi di kehidupan ini] Ucapan mami yang begitu tegas membuat Bunga paham betul seberapa hebatnya tekanan mami.
[Aku tidak akan mengingkari janjiku] jawaban singkat itu mampu membuat mami diam dan menutup teleponnya.
Setelah itu pesan dari mami muncul nama dan juga lokasi tempat Bunga bekerja nanti malam telah di konfirmasi membuat Bunga menghela nafasnya dan mencari kontak bernama Bara di handphone nya namun baru ingin mencari tiba-tiba handphone Bunga berbunyi.
[Aku di depan rumah mu] pesan itu mampu membuat Bunga bergegas untuk keluar dan membuka pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
hahaha marcel kasian banget hidupmu
2024-11-09
0
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️
😂😂😂😂 Marcel udh nolong masih jaa ..hadeh dasar dikta
2023-10-13
0
Dewii Fatmaa
kasihan marvel yg tak tau apa² tp kata²mu tapat bnget🤣🤣🤣
duhhh ad trauma apa asisten dikta skligus teman dikta ta. next up thorrr💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻❤️
2023-10-10
1