Episode 7

Dikta berjalan begitu saja memasuki rumah sakit dan berjalan ke ruang VVIP dia melihat istrinya masih berbaring koma tak sadarkan diri. "Apa kau akan selamanya tidur" Ucap Dikta menatap istrinya.

Dikta hanya menatap istrinya dia tidak berniat untuk menyentuhnya karena setiap kali Dikta menyentuh istrinya kenangan itu terus muncul.

Dikta duduk di samping istrinya dia tidak banyak bicara hanya menatap wajah pucat istrinya itu hingga dirinya merasa lelah sendiri.

Dokter masuk ke dalam ruangannya dan melihat Dikta yang duduk di samping istrinya "Tuan" Ucapnya memberikan hormat dan bersiap untuk mengecek istri dari Dikta.

"Bagaimana keadaan nya" Tanya Dikta dingin.

"Masih sama tuan kondisi cukup stabil " Jelas dokter itu.

"Lantas kenapa dia tidak ingin bangun" Tanya Dikta menatap tajam dokter itu.

"Saya sudah melakukan sebisa saya tuan" Ucap dokter itu.

"Ck! tidak becus" Ucap Dikta yang menarik kerah kemeja dokter itu membuat dokter itu merinding ketakutan.

"Ma.. maafkan saya tuan" Ucap dokter itu memelas ketakutan.

"Buat dia bangun atau akan aku buat seluruh keluarga mu tertidur untuk selamanya" Ucap Dikta melempar dokter itu ke arah tembok hingga dokter itu terbentur.

"Ukhuk-ukhuk emm ba.. baik tuan" Ucap dokter itu gemetar ketakutan.

"Ck! tidak berguna" Dikta segera pergi meninggalkan dokter itu dalam kondisi kesakitan.

Di sisi lain

Bunga kembali ke tempat mami dia baru saja masuk ke dalam ruangan mami itu namun hawa dingin sudah merasuki tubuh Bunga.

"Kau masih berani menemui ku " Ucap mami menatap Bunga tajam.

"Mami maafkan aku" Ucap Bunga.

Payaaarr mami melempar gelas minuman yang ada di tangannya ke arah Bunga membuat gelas itu hancur airnya mencuat kemana-mana "Kau pikir dengan maaf sudah selesai! kau ingat perjanjian kita " Ucap mami menatap Bunga.

Bunga kali ini tidak menghindari tatapan dari mami dan menatap balik "Aku tau "

Mami berjalan ke arah Bunga dan menambah rambut Bunga "Lalu, aku sudah membiarkanmu mencantumkan syarat tak masuk akal itu aku pikir kau punya caramu sendiri tapi aku sangat kecewa kau membuatku rugi besar! " Suara mami meninggi dan melemparkan Bunga hingga jatuh, rambut Bunga menjadi berantakan.

"A.. aku tau" Ucap Bunga suaranya sedikit gemetar karena takut.

Mami berjalan dan berjongkok dia mengangkat dagu Bunga "Lalu apa yang akan kau lakukan untuk menebusnya! Bunga tempat ini bukan panti sosial atau tempat bermain jika kau membuatku rugi sekali lagi aku akan mengambil uangku dengan menjual organ dalam mu, apa kau mengerti" Tatapan mami benar-benar tajam tidak ada sedikitpun tersirat ucapan itu hanya main-main mami benar-benar serius terhadap ucapannya membuat Bunga merasa merinding di buatnya, cengkeraman di pipi Bunga juga terasa sangat sakit.

"Beri aku satu hari untuk mempelajari semuanya, aku akan membayar ganti rugi malam ini" Ucap Bunga yang seperti nya sudah memikirkan rencana kedepannya hingga berani berjanji seperti itu.

"Gadis kecil jangan mudah berjanji jika kau tidak bisa menepatinya apa kau tau aku orang seperti apa? " Mami menjambak kembali rambut Bunga membuat Bunga mendongak dan menatap Mami.

"Tentu saja, tapi aku pasti akan menepatinya" Ucap Bunga sangat yakin.

"Baiklah untuk kali ini aku akan memberikanmu kesempatan untuk menepati janji mu, tapi jika kau tidak berhasil kau akan melihat jasad adik mu di depan rumah apa kau mengerti" Ucap mami sembari menatap tajam ke arah Bunga.

"Ja.. jangan sentuh adik ku" Ucap Bunga menatap tajam balik ke arah Mami.

"Ini bukan kesepakatan tapi ini adalah hal mutlak aku akan melakukannya jika kau membuatku rugi lagi, apa kau mengerti" Namun tatapan Bunga tidak sedikitpun membuat Mami gentar.

"Baik aku mengerti" Ucap Bunga.

Mami menarik ujung bibirnya dan melepaskan tangannya dari rambut Bunga dan mulai berdiri lagi "Besok kau boleh istirahat dan temukan cara untuk mu mendapatkan pelanggan, jika perlu hapus persyaratan konyol mu itu tubuhmu sangat bagus kau akan mudah mendapatkan pelanggan" Ucap mami.

"Tidak, aku tidak akan melakukan nya aku akan mencari caraku sendiri" Ucap Bunga teguh dan berusaha untuk bangun dengan rasa sakit di kepala dan wajahnya.

"Ck! terserah aku tidak perduli bagaimana caramu yang jelas aku ingin kau menghasilkan uang untuk ku" Ucap mami itu kembali ke kursinya dan menekan bel untuk seseorang membersihkan puing-puing gelas yang pecah itu.

"Aku mengerti " Ucap Bunga yang akhirnya memilih keluar dan tampangnya yang berantakan, baru sahabat keluar Bara ternyata sudah menunggu Bunga di depan pintu.

"Kau terlihat sangat kacau" Ucap Bara.

"Ha sangat berantakan" Ucap Bunga

"Itu salahmu sendiri kau bersikap sangat naif saat kau sudah masuk ke dalam lubang hitam ini" Ucap Bara mencemooh tapi dia tidak membenci prinsip Bunga yang masih ingin mempertahankan kesuciannya meski berada di dunia malam.

"Aku tau aku sangat naif tapi hanya ini janji yang tidak ingin aku langgar " Ucap Bunga menatap Bara serius.

"Terserah kau saja, lalu apa mami memaafkan mu"

"Ya dia memberikan ku kesempatan" Jelas Bunga.

"Lalu apa rencana mu sekarang? " Tanya Bara

Bunga terdiam sejenak dan kemudian menatap Bara dengan seksama "Aku butuh bantuan mu" Ucap Bunga dengan tatapan serius.

"Bantuan, bantuan apa? " Tanya Bara yang penasaran.

"Kau akan tau nanti, antar aku dulu pulang ke rumah" Ucap Bunga yang berjalan meninggalkan Bara membuat Bara penasaran bantuan apa yang akan di minta Bunga padanya.

"Kau berani meninggalkan ku" Ucap Bara yang segera berjalan mengikuti Bunga.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***