Bab 3. Gadis Aneh

“Permisi, Mbah,” ucap Satya.

“Mbah? Enak aja. Dasar nggak sopan! Terus sajennya mana? Aku lapar."

Sosok itu tampak marah. Kemeja safari berwarna cokelat muda itu mendadak berlumuran darah. Sosok itu mengukir senyuman yang sangat lebar di wajahnya. Tangannya memanjang hendak menyentuh bahu pemuda tampan itu.

Tapi kemudian gerakannya mendadak berhenti. “Lho, lho dia ngapain? Ih, gak sopan."

Sosok yang menyerupai wanita itu terkejut tatkala Satya menurunkan risleting celananya, dan mengeluarkan hajatnya yang tertahan. Ia pun terbang membelakangi Satya, yang menunaikan tugas pentingnya. 

"Kamu benar-benar gagah dan auramu besar sekali. Kamu harus jadi milikku. Hihihihi."

"Hah? Apa itu? Kok kayak ada suara ketawa?"

Hadyan yang menunggu Satya di dalam mobil mendadak merinding. Kepalanya celingukan ke kanan dan ke kiri untuk melihat keadaan. Dia mendapati pohon randu di dekat Satya bergoyang bagai tertiup angin. Tapi hanya pohon randu itu yang bergerak, pohon lainnya tidak.

Kraaaak! Kraaaak! Kraaaak!

Terdengar suara langkah kaki yang seperti menginjak dedaunan kering. Satya buru-buru menyudahi kesibukannya dan kembali ke mobil.

“Gimana? Udah dapat jalannya?” tanya Satya.

“Ck, belum nih. Jalan yang kita lewati tadi udah benar, kok. Harusnya tiga puluh menit aja, kita udah sampai ke desa,” keluh Hadyan.

“Kita tanya sama orang aja,” usul Satya.

“Lah, ngaco! Orang mana yang kita tanyain? Sepi gini.” Hadyan menghembuskan napas pelan, hingga kaca jendela di sebelahnya berembun.

“Itu!” tunjuk Satya. Seorang wanita mengenakan daster panjang bermotif bunga-bunga dan rambut panjang, berjalan di sisi kiri jalan tak jauh dari mobil mereka.

“Astaga! Kok ada cewek malam-malam di hutan?” Pemuda berambut cepak itu lantas mengubah posisinya setengah berdiri. Dia kembali teringat suara tawa misterius tadi.

“Ngapain kamu?” tanya Satya bingung.

“Lihat kakinya. Itu orang beneran atau bukan?”

“Huss! Nggak sopan! Udah pasti orang, lah. Bajunya kan nggak putih. Punggungnya juga gak bolong,” balas Satya lagi. “Pasti suara daun tadi karena langkah kakinya.” Satya berusaha berpikir positif.

“Nggak semua hantu pakai baju putih dan punggungnya bolong,” decak Hadyan menegaskan.

“Udahlah, percaya aja sama aku. Mending kita tanya sama mbak itu. Kamu mau terjebak di sini semaleman?” Satya mendesak rekannya, untuk memajukan mobilnya.

Gulp! Hadyan menelan ludahnya. Dia tak punya pilihan lain, selain mengikuti usul rekannya tersebut. Mobil mereka pun bergerak pelan, mendekati wanita berambut panjang itu.

"Permisi, Mbak. Boleh tanya?" Satya membuka kaca jendelanya, lalu menyapa wanita itu. 

Hadyan yang merasa ketakutan, sontak memejamkan matanya rapat-rapat. Dia nggak siap melihat kejutan yang hendak terjadi.

"Oh iya, Mas. Mau tanya apa?"

Suara lembut yang membalas pertanyaan Satya, membuat Hadyan memberanikan diri membuka matanya secara perlahan. Dia terpana melihat kecantikan yang dimiliki gadis sederhana itu. “Syukurlah, beneran orang rupanya,” batin Satya.

"Jalan menuju ke Desa Wingit ke arah mana, ya?" tanya Satya lagi.

"Oh maksudnya Dusun Wingit?" ucap perempuan itu. Satya pun mengangguk.

"Yang itu, Mas. Ikutin jalan tanah itu. Lurus aja terus sampai ketemu pos ronda. Jangan belok ke jalan setapak di sebelah kanan,” jawab dara manis itu dengan ramah. “Mas-nya emang dari mana? Kok malam-malam bisa ada di hutan?" ucapnya sambil melempar senyum manis.

"Kami lagi ditugaskan kantor untuk di sekitar sini, Mbak," balas Satya. "Makasih ya, Mbak. Ngomong-ngomong Mbak mau ke mana? Butuh tumpangan?" imbuhnya.

"Nggak perlu, Mas. Saya lagi cari hewan peliharaan saya yang lepas," balas wanita itu.

"Baiklah, kalau gitu kami permisi dulu, Mbak. Terima kasih," ucap Satya lagi.

Hadyan yang duduk di bangku kemudi hanya melempar senyum, sambil mengangguk ringan. Wanita itu membalas senyumannya dengan sangat lebar dan kelopak mata membesar.

“Astaghfirullah!” ucap Hadyan memalingkan wajahnya dengan cepat.

“Ngopo kowe?” tanya Satya kebingungan. -Kenapa kamu?-

“Ng-nggak, kok.” Hadyan buru-buru menekan pedal gas-nya, dan meninggalkan gadis desa yang masih berdiri di sana.

"Aneh, ini kan jalan yang aku lewatin tadi? Tapi kok kali ini nggak muter ke pohon tumbang lagi, ya?" pikir Hadyan bingung.

"Hadyan, cewek tadi cantik, ya," celetuk Satya memecah keheningan.

"Hah? Ya cantik, sih. Tapi serem tahu. Cari hewan peliharaan di hutan malam-malam gini. Kalo orang gak tahu kan bisa dikirain kunti," celetuk Hadyan. Dia masih teringat senyuman lebar wanita itu.

"Ya elah, penakut amat sih. Mungkin warga desa sini emang udah biasa ke hutan malam-malam," kata Satya.

"Tapi kok wajahnya pucat gitu, ya? Senyumnya juga … "

“Manis, kan?” potong Satya.

Hadyan menghembuskan napas panjang, sambil terus mengemudikan mobilnya di jalan tanah yang berlubang. “Apa aku aja yang terlalu kepikiran?” pikir Hadyan.

“Awas!”

Bruk!

“Opo iku?” tanya Hadyan saat mobilnya telah berhenti. Dia merasa menabrak sesuatu. Lututnya lemas seketika. -Apa itu?-

“Kucing hutan kayaknya. Tapi selamat, kok.” Satya menunjuk seekor hewan yang berlari ke sebelah kanan. “Kowe ngopo, to? Ngantuk? aku ajalah yang bawa mobil,” pinta Satya. -Kamu kenapa, sih?-

“Nggak usah,” balas Hadyan tegas. Tapi baru beberapa meter, Hadyan kembali kehilangan kendali karena nggak fokus.

“Kowe mau bawa aku ke jurang? Ayo cepet tuker tempat. Aku aja yang bawa mobil,” desak Satya.

Kali ini Hadyan tak bisa membantah, Mereka pun bertukar posisi dan melanjutkan perjalanan.

"Btw kita belum makan malam, lho. Kira-kira di dusun ada warung yang masih buka nggak ya? Makan mi rebus juga nggak apa-apa deh, buat ganjel," ucap Hadyan mengusap perutnya.

"Kalo laper di kursi belakang ada roti sama air minum, tuh. Ganjel itu aja dulu," balas Satya tanpa menoleh. Jalanan curam dan berbatu memaksanya harus tetap fokus.

Hadyan pun memutar tubuhnya ke belakang, untuk mengambil roti. Gerakan tangan Hadyan terhenti, saat melihat pemandangan aneh di belakang mobil mereka. Sesosok wanita berjalan tepat di belakang mobilnya, sambil melempar senyum pada Hadyan.

"Kok dia bisa ngejar mobil ini?" pikir Hadyan bingung. "Ah, bukan itu. Dia kok bisa senyum sama aku? Harusnya kan nggak bisa lihat ke dalam mobil," pikir Hadyan merinding. Wanita itu masih mengejar mobil mereka sambil tersenyum pada Hadyan.

"Loh, gak jadi makan, kowe?" tanya Satya.

"Ng- nggak, nanti ajalah," ucap Hadyan dengan suara bergetar. "Bisa lebih kencang, gak? Biar cepat sampai desa,” pinta pemuda itu.

"Walah, gemblung kowe! Ya nggak bisa, lah. Jalannya turunan gini. Kamu mau masuk jurang?" gerutu Satya. -Duh, gila kamu.-

"Nggak, kok. Hahaha."

Hadyan tertawa hambar. Bola matanya berputar ke arah spion kiri. Bayangan wanita yang tersenyum di sana membuat peluhnya mengalir deras.

"Ini nggak bener," pikirnya.

Tiga puluh menit kemudian, mereka pun melihat kelap kelip lampu dan bangunan sederhana dari papan. Itu adalah pos ronda yang dikatakan wanita tadi. Satya pun menepikan mobilnya, untuk menyapa warga desa yang sedang ronda.

"Permisi, Pak. Boleh kami numpang istirahat?" sapa Satya dan Hadyan.

"Oh, boleh. Kalian ini dari mana? Kok malam-malam bisa ada di hutan?" tanya salah seorang pria berkumis tebal.

"Kami PNS Kehutanan dari Provinsi, Pak. Ditugaskan di sini untuk ..." 

Senyum di wajah Satya menghilang. Kedua bola matanya membesar tatkala melihat sosok wanita yang berjalan menuju pos ronda. "Kok dia udah ada di sini? Apa ada jalan pintas menuju pos ronda?" pikirnya terkejut. 

Rasanya tak mungkin seorang wanita bisa berjalan secepat kilat di pegunungan, meski mobil tersebut hanya melaju dengan kecepatan empat puluh kilometer per jam.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

gulla li

gulla li

udah, pingsan aja kamu haydan

2023-08-26

3

gulla li

gulla li

kaget bgt pasti haydan

2023-08-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hilang
2 Bab 2. Terjebak
3 Bab 3. Gadis Aneh
4 Bab 4. Tamu Malam Jumat Kliwon
5 Bab 5. Penasaran
6 Bab 6. Teror Kuntilanak
7 Bab 7. Janji Pak Dukun
8 Bab 8. Calon Kakak Ipar
9 Bab 9. Misteri Laksmi
10 Bab 10. Malam Pertama
11 Bab 11. Tamu Tengah Malam
12 Bab 12. Jangan Pergi!
13 Bab 13. Wanita Pertama
14 Bab 14. Jangan!
15 Bab 15. Misteri Kamar Laksmi
16 Bab 16. Tamu Tak Kasat Mata
17 Bab 17. Pergi, Kamu!
18 Bab 18. Tangisan Kuntilanak
19 Bab 19. Sang Kakak Ipar
20 Bab 20. Bulan Terkutuk
21 Bab 21. Misteri Gadis Dalam Foto
22 Bab 22. Aruna
23 Bab 23. Aruna (2)
24 Bab 24. Penumpang Berdarah
25 Bab 25. Benda Aneh di Kamar Satya
26 Bab 26. Orang Pintar
27 Bab 27. Tamu Sore Hari
28 Bab 28. Teman SMA
29 Bab 29. Tingkah Aneh Tari
30 Bab 30. Teror Desa Sebelah
31 Bab 31. Perjanjian Sang Kuntilanak
32 Bab 32. Doppelganger
33 Bab 33. Sosok di Belakangmu
34 Bab 34. Antarkan Aku Pulang
35 Bab 35. Rahasia Anak Pak Dukun
36 Bab 36. Kejadian Mengerikan Hari Itu
37 Bab 37. Aku Ikut Kamu, Ya. Hihihi...
38 Bab 38. Gadis Cantik di Tengah Hutan
39 Bab 39. Dua Istri Genta
40 Bab 40. Misteri Laksmi
41 Bab 41. Petaka di Kala Magrib
42 Bab 42. Tamu Gaib di Tahlilan (1)
43 Bab 43. Tamu Gaib di Tahlilan (2)
44 Bab 44. Rahasia Aksa
45 Bab 45. Mana Manusia yang Asli?
46 Bab 46. Bukan Kinanti
47 Bab 47. Ritual Pembangkit Arwah
48 Bab 48. Perempuan Misterius di Danau
49 Bab 49. Sosok yang Menemani Tidurmu
50 Bab 50. Mencari Sisa Jasadnya
51 Bab 51. Cinta Pertama
52 Bab 52. Pembalasan Dendam Aksa
53 Bab 53. Surat Sahabat
54 Bab 54. Terbongkarnya Rahasia Laksmi
55 Bab 55. Istriku Kuntilanak
56 Bab 56. Pohon Sesajen
57 Bab 57. Tumbal untuk Laksmi
58 Bab 58. Hukuman untuk Aruna
59 Bab 59. Wirasena
60 Bab 60. Ratusan Mayat Hidup
61 Bab 61. Tragedi Malam Hari
62 Bab 62. Terbongkarnya Rahasia Rani
63 Bab 63. Negosiasi dengan Dukun
64 Bab 64. Hanya untuk Kinanti
65 Bab 65. Biadab!
66 Bab 66. Hilang
67 Bab 67. Aneh
68 Bab 68. Nada atau Bukan?
69 Bab 69. Dipaksa Sumpah Pocong
70 Bab 70. Bukan Manusia
71 Bab 71. Pengakuan Satya
72 Bab 72. Makhluk-makhluk Gaib
73 Bab 73. Bertemu Laksmi yang Asli
74 Bab 74. Korban Kebusukan Arga
75 Bab 75. Pria Laknat
76 Bab 76. Hancur
77 Bab 77. Mati
78 Bab 78. Kata Maaf
79 Bab 79. Orang-orang Misterius
80 Bab 80. Jodoh untuk Lelaki Baik
81 Spin off (1) Calon Istri Satya dan Si Bujang Lapuk
82 Spin Off (2) Teman di Malam Hari
83 Spin Off (3) Jangan Cepat-cepat, Mas!
84 Spin Off (4) Mereka Datang Lagi
85 Spin Off (5) Indigo
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1. Hilang
2
Bab 2. Terjebak
3
Bab 3. Gadis Aneh
4
Bab 4. Tamu Malam Jumat Kliwon
5
Bab 5. Penasaran
6
Bab 6. Teror Kuntilanak
7
Bab 7. Janji Pak Dukun
8
Bab 8. Calon Kakak Ipar
9
Bab 9. Misteri Laksmi
10
Bab 10. Malam Pertama
11
Bab 11. Tamu Tengah Malam
12
Bab 12. Jangan Pergi!
13
Bab 13. Wanita Pertama
14
Bab 14. Jangan!
15
Bab 15. Misteri Kamar Laksmi
16
Bab 16. Tamu Tak Kasat Mata
17
Bab 17. Pergi, Kamu!
18
Bab 18. Tangisan Kuntilanak
19
Bab 19. Sang Kakak Ipar
20
Bab 20. Bulan Terkutuk
21
Bab 21. Misteri Gadis Dalam Foto
22
Bab 22. Aruna
23
Bab 23. Aruna (2)
24
Bab 24. Penumpang Berdarah
25
Bab 25. Benda Aneh di Kamar Satya
26
Bab 26. Orang Pintar
27
Bab 27. Tamu Sore Hari
28
Bab 28. Teman SMA
29
Bab 29. Tingkah Aneh Tari
30
Bab 30. Teror Desa Sebelah
31
Bab 31. Perjanjian Sang Kuntilanak
32
Bab 32. Doppelganger
33
Bab 33. Sosok di Belakangmu
34
Bab 34. Antarkan Aku Pulang
35
Bab 35. Rahasia Anak Pak Dukun
36
Bab 36. Kejadian Mengerikan Hari Itu
37
Bab 37. Aku Ikut Kamu, Ya. Hihihi...
38
Bab 38. Gadis Cantik di Tengah Hutan
39
Bab 39. Dua Istri Genta
40
Bab 40. Misteri Laksmi
41
Bab 41. Petaka di Kala Magrib
42
Bab 42. Tamu Gaib di Tahlilan (1)
43
Bab 43. Tamu Gaib di Tahlilan (2)
44
Bab 44. Rahasia Aksa
45
Bab 45. Mana Manusia yang Asli?
46
Bab 46. Bukan Kinanti
47
Bab 47. Ritual Pembangkit Arwah
48
Bab 48. Perempuan Misterius di Danau
49
Bab 49. Sosok yang Menemani Tidurmu
50
Bab 50. Mencari Sisa Jasadnya
51
Bab 51. Cinta Pertama
52
Bab 52. Pembalasan Dendam Aksa
53
Bab 53. Surat Sahabat
54
Bab 54. Terbongkarnya Rahasia Laksmi
55
Bab 55. Istriku Kuntilanak
56
Bab 56. Pohon Sesajen
57
Bab 57. Tumbal untuk Laksmi
58
Bab 58. Hukuman untuk Aruna
59
Bab 59. Wirasena
60
Bab 60. Ratusan Mayat Hidup
61
Bab 61. Tragedi Malam Hari
62
Bab 62. Terbongkarnya Rahasia Rani
63
Bab 63. Negosiasi dengan Dukun
64
Bab 64. Hanya untuk Kinanti
65
Bab 65. Biadab!
66
Bab 66. Hilang
67
Bab 67. Aneh
68
Bab 68. Nada atau Bukan?
69
Bab 69. Dipaksa Sumpah Pocong
70
Bab 70. Bukan Manusia
71
Bab 71. Pengakuan Satya
72
Bab 72. Makhluk-makhluk Gaib
73
Bab 73. Bertemu Laksmi yang Asli
74
Bab 74. Korban Kebusukan Arga
75
Bab 75. Pria Laknat
76
Bab 76. Hancur
77
Bab 77. Mati
78
Bab 78. Kata Maaf
79
Bab 79. Orang-orang Misterius
80
Bab 80. Jodoh untuk Lelaki Baik
81
Spin off (1) Calon Istri Satya dan Si Bujang Lapuk
82
Spin Off (2) Teman di Malam Hari
83
Spin Off (3) Jangan Cepat-cepat, Mas!
84
Spin Off (4) Mereka Datang Lagi
85
Spin Off (5) Indigo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!