Bungkam

Cih!. Sinis Frey dalam hati melihat wajah pias gadis yang mengaku keluarganya.

"Apa kau masih mempunyai alasan untuk mengelak lagi? Kenapa kau tidak mengakui saja jika kau itu sebenarnya adalah putri palsu Mama?" Ucap Frey tersenyum puas melihat gadis yang sangat sombong itu. Siapa yang ingin membelanya, bahkan semua pelayan dalam Villa itu tidak ada yang menyukainya karena keangkuhannya sendiri.

Tiya yang terpojokkan tak ingin membiarkan semua usahanya berakhir sia-sia, ia melangkah mendekati Mama Dara yang terus menatap wajah putrinya (Ayya)

Hati wanita paruh baya itu sakit saat melihat gadis yang berlindung di punggung lebar Delmond sedang menjatuhkan air mata karena takut.

Ayya benar-benar bergantung dan berlindung pada laki-laki yang menyelamatkan dia itu. Dia terlihat seperti gadis kecil yang berlindung pada sosok seorang Ayah saat sedang dalam ketakutan.

Dara tersentak saat sepasang tangan memegang lengannya.

"Ma, Mama harus percaya sama aku, Ma. Aku anak Mama, bukan dia," tunjuk Tiya pada Ayya meminta pembelaan dari Dara.

Dara yang berhati lembut dan baik, wanita itu tidak marah. Ia menggenggam lembut tangan Tiya.

"Berkata jujur sama Mama sayang? Mama tidak akan marah sama kamu jika kamu jujur..." bujuk Dara agar Tiya ingin berkata jujur padanya.

"Kenapa Mama tidak percaya sama aku? Kenapa? Mereka ini pembohong, Ma. Pembohong!" Tiya semangkin hilang kawalan dan menunjuk ke arah Delmond dan Ayya.

Delmond tersenyum miring melihat gadis yang membuat dirinya sendiri terlihat bodoh sangat bodoh.

"Jika kau memang putri asli Tuan Adam, aku ingin memberimu sedikit pertanyaan."

"Siapa nama Nenek yang membesarkan mu? Siapa nama anak dari Nenek tersebut? Siapa nama kakak angkat yang membesar bersamamu? Yang terakhir, siapa nama suamimu?" Tanya Delmond membungkam mulut gadis yang membuat kupingnya sakit mendengar drama bodoh gadis tersebut.

Tentu saja sebelumnya Delmond juga sudah mencari tahu tentang Ayya secara diam-diam.

"Kenapa kau diam? kau sudah kehabisan kata-kata?" Tanya Frey pada Tiya, kemudian melihat ke arah gadis di dekat Delmond.

"Bagaimana denganmu? Apa kau bisa menjawab semua pertanyaan yang baru saja ditanyakan laki-laki di sampingmu itu?" Kali ini Frey bertanya pada Ayya.

Gadis itu terdiam sejenak dan melihat ke arah Mama Dara yang menatap ke arahnya.

"Nenek yang membesarkan aku, namanya Nenek Sukarni, Tante Nisa adalah anak Nenek Sukarni. Dan kakak angkat yang membesar bersamaku, namanya kak Rico, sedangkan suamiku bernama Aldi anak dari seorang pak RT di desa," jawab Ayya terdengar sedikit lirih tapi suaranya masih bisa di dengar oleh orang-orang yang berada di sana.

DEG!

Mereka semua kaget kecuali Delmond yang memang sudah mengetahui jika gadis bersamanya itu adalah putri dari Adam dan Dara yang hilang.

Bersamaan air mata Dara tumpah di kedua pipinya. Jadi benar jika gadis itu memang putri kandungnya?

Dara berjalan mendekat dan memegang tangan putrinya kemudian menarik gadis itu yang bersembunyi di lengan kokoh Delmond. Laki-laki itu juga membuka genggaman tangannya yang memegang pergelangan tangan Ayya.

Dara mengangkat tangan dan menyentuh wajah putrinya. "S-siapa namamu?" Tanya Dara dengan air mata yang semangkin terjun bebas.

"A-Ayya." Jawab gadis itu kembali menangis..

"Saat kau lahir aku menutupi tubuh mungil mu dengan sebuah jilbab. Apa kau tahu jilbab itu bewarna apa?" Tanya Dara lagi di angguki Ayya.

"Bewarna hitam." Jawab Ayya lirih dengan suara yang terasa tercekak di lehernya.

Mendengar jawaban putrinya. Dara menghambur memeluk gadis itu. Karena hanya putri sesungguhnya yang tahu jilbab bewarna apa yang dia gunakan untuk bayi yang dia hanyutkan 17 tahun yang lalu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***