Geram

"Apa yang kau bicarakan, nak. Ini ibu..."

"Anda jangan bicara sembarangan! Anda bukan ibu saya, saya sudah menemukan siapa ibu kandung saya, jangan ngaku-ngaku kamu! Pergi sana, pergi!" Tiya mendorong wanita itu untuk pergi dari hadapan Villa Adam.

"Tiya! Istighfar, Tiya! Ini ibu, ada apa dengan kamu ini, nak?" Kata wanita paruh baya tersebut.

"Pak satpam! Kalian ini apa-apaan sih! Apa kalian di bayar hanya untuk makan gaji buta di sini? Kenapa kalian membiarkan wanita gila ini berdiri di sini!" Kata Tiya memarahi 2 orang satpam yang menjaga di gerbang.

"M-maafkan kami, Nona." Kedua satpam itu langsung mengusir wanita paruh baya yang ternyata ibu dari Tiya.

Untung saja!. Batin gadis itu melangkah masuk ke dalam dengan elegan.

"Kenapa aku kurang yakin ya jika itu benar-benar anak Nyonya Dara? Soalnya keluarga kaya ini terkenal dengan rendah hati, tapi kenapa satu putrinya Tuan begitu berbeda ya?" kata satpam.

"Iya, kamu benar. Aku juga merasa ada yang tidak beres... Aku dengar selama satu bulan ini, Nona Ayya sering merepotkan para pelayan yang berada di Villa," sahut temannya.

"Sudahlah, itu bukan urusan kita, biarkan saja mereka yang mengurusi urusan mereka sendiri,"

"Aku cuma penasaran saja."

Di dalam Villa, Dara menegur kedua anak laki-lakinya yang terlihat sering menjauhi Tiya yang dia anggap adalah Ayya.

"Arkan, Frey. Kenapa Mama melihat kalian berdua seperti tidak menyukai adik kalian? Seharunya kan kalian bisa lebih mendekatkan diri pada adik kalian lagi sayang..." Kata Dara menegur kedua putranya dengan wajah sedih.

Arkan dan Freya saling pandang kemudian menghembus nafas pelan.

"Maaf, Ma. Arkan akhir-akhir ini sibuk membantu Papi di perusahaan, sambil belajar juga, Ma," bohong Arkan.

"I-iya, Mah..." Jawab Frey yang gugup karena tak pandai berbohong.

"Kalian berdua ini. Tapi kan kalian sekarang lagi ada di rumah, iya sudah bersikap baiklah pada adik kalian,"

"B-baik, Ma." Serentak kedua pemuda itu menjawab dengan senyuman kaku.

Tiya yang ternyata berdiri di luar dan mendengar ucapan mereka, langsung tersenyum senang.

Ia melangkah masuk ke dalam sambil menenteng sebuah belanjaan.

"Ini untuk, Mama." Tiya memberikan

belanjaannya pada Dara.

Dara tersenyum hangat kemudian melihat baju yang di belikan Tiya.

"Cantik, terima kasih sayang..." Kata Dara mencium pipi Tiya.

Frey menatap gadis yang terseyum manis itu dengan hati yang begitu yakin jika gadis itu bukan adiknya. Tiba-tiba timbul 1 akal dalam benak lak-laki yang sedikit bar-bar itu.

"Ehem, kau belum cerai dengan suamimu, Ayya. Kapan kita akan menemui suamimu? Bukannya lebih cepat, lebih baik kita bisa menemukan dia? Kita juga semua butuh penjelasan tentang dirimu, karena kata suamimu pada kita semua, kau pergi bersama dengan laki-laki lain. Benar tidak kak Arkan?" Tanya Frey tersenyum dalam hati saat melihat perubahan wajah wanita yang dia yakini bukan adiknya.

GLEK!

Gila... Apa gadis bernama Ayya itu sudah mempunyai suami? Yang benar saja, ck. Karena terlalu asik menikmati kehidupan mewah ini, aku sampai lupa untuk mencari tahu tentang pemilik identitas yang aku pakai. Bisa hidup miskin aku kalau sampai aku ketahuan, aku masih belum puas menikmati kekayaan ini, sialan!. Batin Ayya merutuki kelalaiannya.

Gadis itu tiba-tiba saja membuat wajah sedih dan mulai berkaca-kaca.

"A-aku belum ingin bertemu dengan laki-laki itu, dia itu sangat jahat..." Tiya berakting kemudian memeluk Mama Dara.

"Apa benar seperti itu sayang?" Tanya Dara khawatir dan iba melihat putrinya.

"Iya, Ma."

Frey mengepal kedua tangannya geram. Ia masih ingin bertanya pada gadis penuh drama itu, tapi melihat Mama Dara sudah ikut bersedih, laki-laki 21 tahun itu mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi.

,,,

Dengan wajah sedih Ayya melihat seorang gadis seksi lagi-lagi keluar dari kamar Delmond. Selama hampir 2 bulan gadis itu tinggal di sana, ia akhirnya menyadari jika dia sudah jatuh cinta pada laki-laki dingin dan kaku itu.

Tentu saja Delmond peka dengan perasaan gadis tersebut, saat menyadari perasaan Ayya. Delmond sering membawa wanita seksi masuk ke dalam kamarnya agar perasaan Ayya padanya tidak terlalu jauh.

Karena Delmond yakin, perasaan gadis itu nanti akan membuatnya terluka. Laki-laki itu sangat tahu jika suatu saat dia pasti akan tertangkap, karena satu pepatah yang sering ia terapkan dalam hidupnya. 'tidak ada bangkai yang tak berbau'

Seperti itulah kehidupannya di akhir kelak. Meski sebenarnya Delmond juga menyadari perasaannya pada Ayya. Tapi ia sering membuang jauh-jauh rasa itu dan sengaja menyakiti hati gadis yang tinggal bersamanya itu.

Delmond keluar dari kamar setelah beberapa menit wanita seksi berlalu dari dalam kamar itu juga.

Ayya yang melihat Delmond, ia melangkah mendekat, tapi kedua bola mata gadis itu tak bisa menahan air mata yang membendung. Ia semangkin menunduk dalam sambil melewati Delmond.

"Ayya." Terdengar suara bariton di punggungnya sedang memanggil namanya.

Terpopuler

Comments

Mbak Rin

Mbak Rin

pasti kalian bisa melewati ujian ini

2023-08-31

0

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

kasihan Ayya....

2023-08-27

0

Topemaliya

Topemaliya

ujian cinta ayya dan delmond 😊😊

2023-08-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!