Berbahaya

"Apa maksud anda berkata seperti itu?" Tanya Ayya masih menunduk untuk menyembunyikan perasaan yang tetiba merasa ada yang terusik saat mendengar peringatan laki-laki di sebelahnya.

"Hanya memberimu peringatan, sebelum itu benar-benar terjadi," jawab Delmond berdiri dari duduk.

"Anda mau kemana?" Gadis itu mengangkat padangan dan melihat punggung laki-laki atletis itu.

"Mau keluar, kau mau ikut?" Ujar Delmond menawar.

Gadis itu tersenyum lebar sehingga membuat bola mata indahnya mengecil.

"Apa bisa?" Gadis itu bertanya untuk memastikan.

"Hm." Delmond hanya berdehem dan kembali melangkah pergi dari hadapan Ayya, gadis itu menyusul di punggungnya sambil berlari kecil mengejar langkah lebarnya.

,,,

Terlihat sebuah pemandangan yang sangat indah di tumbuhi dengan pepohonan di pinggir pantai tersebut.

"Indahnya ciptaan-Mu, MasyaAllah" gumam Ayya saat mobil Delmond berhenti di sebuah pesisiran pantai.

"Ayo turun." Ajak Delmond turun dari mobil dengan seluar pendek dan kaos hitam yang melekat di tubuhnya.

Sumpah demi apapun, laki-laki itu semangkin tampan dengan pakaian santai yang melekat di tubuh kekarnya, tak lupa rambut yang sedikit acakan.

"Apa yang ingin anda lakukan di sini, tuan?" Tanya gadis itu mengekor di punggung Delmond sambil melihat semua mata para wanita-wanita yang berada di pesisiran pantai sedang melongo melihat laki-laki tampan di hadapannya.

"Untuk menghabiskan akhir pekan," jawab Delmond singkat.

"Apa anda sering datang kemari?"

Menggeleng. "Tidak juga."

BUK!

"Arkh" teriak Ayya yang tak sengaja di tabrak oleh seorang laki-laki yang membuat jus lemon laki-laki tersebut menumpahi baju gadis itu tepat mengenai jilbab yang menutupi dadanya.

"Maaf, maaf, maafkan saya Nona," laki-laki itu merasa bersalah sambil memberikan gadis di depannya sapu tangan untuk mengelap air yang tak sengaja ia tumpahkan ke baju gadis tersebut.

"Tidak apa-apa," jawab Ayya tersenyum di balik cadar.

"Sekali lagi, saya benar-benar minta maaf Nona," ujar laki-laki bernama Amar.

"Tidak apa-apa tuan,"

"Jangan memanggilku, Tuan. Namaku Amar," pria itu tersenyum manis dan mengulur tangan untuk berkenalan dengan gadis di depannya.

Ayya mengatupkan tangan di dada. "Ayya," jawab gadis itu.

"Nama yang cantik, Ayya datang sama siapa ke sini? Sendiri?" Tanya pria itu.

Mendengar pertanyaan pria itu, gadis itu menoleh ke belakang mencari keberadaan Delmond. Tapi ternyata laki-laki itu malah sudah duduk santai di sebuah bangku sambil melihat pemandangan pantai.

"Aku datang bersama Tuan yang di sana itu," ucap Ayya menunjuk ke arah Delmond.

Terlihat pria itu menyerjit. "Bos Delmond?"

"Bos Delmond? Siapa itu?" Tanya Ayya pada Amar.

"Kau benar tidak tahu siapa laki-laki yang bersama mu itu?" Amar kembali bertanya.

Gadis itu menggeleng pelan. Membuat Amar tersenyum.

"Hati-hati dengan laki-laki itu, Nona. Dia sangat berbahaya," ujar Amar memperingati wanita di depannya.

"Apa maksud, anda?"

"Jika kau mempunyai ponsel, mungkin kau bisa membuka media sosial atau apa pun itu untuk mencari tahu siapa laki-laki yang sedang bersamamu itu,"

"Dan jangan lupa, namanya Bos Delmond. Aku pamit dulu si gadis bermata indah." Lanjut laki-laki itu tersenyum lebar kemudian pergi dari hadapan Ayya.

"Bos Delmond? Jadi namanya Delmond?" Gumam Ayya melangkah mendekati laki-laki yang duduk santai itu.

Saat sudah hampir dekat dengan Delmond, seorang wanita paruh baya lewat di hadapan Ayya dan tak sengaja menjatuhkan ponselnya.

Gadis itu mengambil ponsel tersebut dan langsung memanggil pemiliknya.

"Maaf, ponsel anda terjatuh," kata Ayya pada Dara yang ternyata ibu kandungnya.

Dara menoleh ke belakang melihat ponselnya yang berada di tangan gadis bercadar itu.

Tenyata Arkan dan Frey sengaja mengajak Mama Dara untuk ke pantai agar wanita paruh baya itu berhenti sejenak memikirkan putrinya, tapi tanpa sadar takdir malah mempertemukan ibu dan anak itu disana.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***