"Frey... Tenang dulu." Kata papa Adam menegur sikap putranya satu itu.
Frey langsung tenang dan kembali mendudukkan diri.
Aldi memegang wajahnya yang terasa sangat nyeri akibat mendapat bogem mentah berkali-kali dari kakak angkat istrinya, sekaligus sepupu sang istri.
"Jujur pada kami, kemana putri kami?" Tegas Adam yang sebenarnya juga ikut emosi mendengar ucapan menantunya itu. Tapi ia mencoba bijak dalam menangani permasalahan.
"S-seperti yang saya katakan. Ayya pergi bersama laki-laki lain," jawab Aldi tetap bersikeras menyembunyikan hal yang sebenarnya.
"Kau jangan bohong bajingan!!" Frey kembali ingin berdiri untuk memukul Aldi.
"Frey." tegur Papa Adam membuat laki-laki 21 tahun itu kembali mendudukkan diri.
Arkan menatap laki-laki itu dengan amarah yang sedari tadi ia tahan.
"Jangan sampai kami mengetahui jika sebenarnya kau sedang berbohong pada kami, maka kau akan tahu akibatnya," kata Arkan menatap dalam kedua bola mata Aldi.
Laki-laki itu sampai gemetaran mendapat tatapan dari kakak kandung istrinya satu itu, laki-laki itu terlihat tenang tapi cukup mematikan. Pikir Aldi.
"Jika sampai terjadi sesuatu pada adik kami, aku pastikan, aku akan membuatmu membusuk di penjara." ujar Arkan dengan rahang yang mengeras.
Aldi benar-benar di buat ketakutan dan menciut mendengar ucapan Arkan yang tidak hanya sekedar mengancam.
,,,
Di istana Delmond. Gadis belia yang mereka cari-cari itu sedang memberanikan diri untuk turun ke lantai bawah.
Ia mengedar pandangan, ternyata ada begitu banyak pelayan di sana seperti yang ia lihat saat pertama kali ia datang.
Gadis itu melangkah pelan ke belakang. Ia menemukan sebuah tempat latihan yang sangat luas.
"Wah... Di sini sungguh luas, tapi mana semua orang-orang?" Guman gadis itu mendekati tempat senjata api dan mengambil salah satu dari senjata api tersebut.
Gadis itu iseng membawa salah satu senjata api ke depan tempat latihan dan mengarah ke papan tembak.
Tiba-tiba sebuah tangan kokoh memegang tangannya yang memegang senjata api. Salah satu tangan laki-laki itu menolak pinggang miliknya untuk memposisikan cara berdiri yang benar agar dia bisa menembak.
Gadis itu kaget dan menoleh ke belakang melihat laki-laki tampan yang sangat dekat dengannya.
"Posisi berdirimu salah," ujar Delmond.
Gadis itu ingin menarik diri untuk menjauh. Karena posisi laki-laki itu seperti sedang memeluknya saking terlalu dekat.
Tapi laki-laki itu menahan pinggangnya. "Di coba dulu satu tembakan." Kata Delmond malah kembali mengangkat tangan wanita itu dan mengarahkan ke papan sasaran.
DEG! DEG! DEG!
Jujur saja. Demi apapun itu, gadis itu sangat gugup mendapat perlakukan seperti itu dari laki-laki di punggungnya.
"Tarik pelatuknya." Kata Delmond membuat Ayya benar-benar semangkin tak bisa mengontrol perasaannya.
Ayya patuh dan mulai menarik pelatuk senjata api yang berada di tangannya, ia ingin segera melakukan itu agar laki-laki itu menjauh darinya yang akan membuat jantungnya tidak aman jika lebih lama lagi berada di dekatnya.
DOR!
Ayya kaget dan menjatuhkan senjata api dari tangannya.
"Lumayan, kau bisa menggunakan skilmu itu untuk menembak laki-laki gila yang ingin menjualmu." Kata Delmond memungut senjata api yang di jatuhkan oleh gadis itu barusan.
Ayya tersenyum tipis di balik cadar saat mendengar ucapannya.
"M-maaf, siapa nama anda, Tuan?" Tanyanya mulai tertarik ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang laki-laki yang menolongnya itu.
"Kau bisa memanggilku apa saja yang kau sukai," jawab Delmond mendudukkan diri di sebuah kursi yang berada di tempat latihan kemudian mengeluarkan rokok ingin membakar.
Entah sadar atau tidak. Ayya reflex menarik rokok yang sudah berada di bibir laki-laki itu.
Delmond melihat ke arah gadis di sebelahnya.
"M-maaf, tapi ini tidak baik untuk kesehatan," ucap Ayya tersenyum kaku.
laki-laki itu menatapnya intens yang membuat ia salah tingkah dan sedikit menggeser diri karena merasa jika ia duduk terlalu dekat.
"Berhati-hati lah dalam bersikap." Ucap Delmond ambigu yang membuat Ayya penasaran apa maksudnya.
"Apa maksud anda?" Karena begitu penasaran, gadis itu tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
Delmond kembali melihat ke wajah gadis yang di tutupi cadar itu. "Kau bebas melakukan apapun yang kau inginkan dalam rumah ini, aku tidak akan pernah melarang-mu. Tapi hanya satu yang aku peringatkan padamu, jangan pernah kau menaruh rasa padaku." Ujar Delmond tegas mernatap dalam mata gadis itu.
Mendengar ucapan Delmond. Gadis itu meremas jari-jari tangannya dan memutus kontak mata kemudian menunduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Endank Susilowaty
ayya dah mulai tertarik nih
2023-11-02
0
Biva Nurhuda
Ayya dan Delmond akan saling tertarik tp sulit untuk mengungkapkan
2023-08-22
1
ani surani
GR loe bro 🤭🤣🤣
2023-08-22
1