We Got Married

Hari ini adalah hari pernikahan Imarasti dan Yuta. Pernikahan ini hanya dihadiri oleh kerabat dekat mereka dan beberapa teman dekat Imarasti seperti Inggit, Joana, dan Rara. Acara ini memang sengaja dirahasiakan atas permintaan Imarasti dan Yuta. Mereka tidak ingin teman-temannya di kampus mengetahui status pernikahan ini.

"Imarasti gue yang hobinya ngeroweng sana-sini akhirnya nikah juga.." ujar Inggit sembari memeluk tubuh Imarasti yang dibalut kebaya berwarna peach yang nampak pas di tubuhnya. Kemudian diikuti Rara dan Joana yang memeluk sahabatnya yang beberapa jam lagi statusnya berubah menjadi istri.

Imarasti melepas pelukan teman-temannya, lalu menatap mereka dengan tatapan memelas. "Kalian tau kan gue bener-bener nggak mau nikah!?"

"Sabar ya Im.. Mungkin ini jalan dari Tuhan biar lo bisa berbaikan sama Yuta," ujar Joana enteng.

Imarasti memasang ekspresi seolah mau menangis. "Gue nggak mau nikah sama dia. Gue cuma mau nikahnya sama Johan."

"Yuta lumayan cakep kok, Im," timpal Rara.

"Bodo! Masih cakep cowok gue. Gue nggak mau nikah sama Yutakoyaki." Imarasti mulai mengeluarkan air matanya ketika mengingat kekasihnya, kemudian ia menatap Rara serius. "Atau.. gimana kalo lo nyuruh Kak Chakra pura-pura bilang kalo sebenarnya gue sama dia udah lama saling mencintai? Terus Kak Chakra culik gue terus..terus.. bawa gue entah ke mana. Terserah, gue nggak peduli. Pokoknya biar gue nggak jadi nikah hari ini!"

Rara langsung menoyor kepala Imarasti. "Otak lo nyangkut di sisir? Ngapain bawa-bawa cowok gue? Suruh bawa kabur cowok lo sendiri lah!"

"Johan nggak mungkin mau bawa gue kabur, dia pasti nurut aja sama bokap nyokap gue. Huaaaaaa gue nggak mau putus sama Johan, gue maunya nikah sama Johan doang." Imarasti histeris membuat teman-temannya bingung harus berbuat apa.

"Jadi Johan belum tau soal pernikahan lo?" tanya Joana yang dijawab gelengan oleh Imarasti.

"Lo harus bilang sama Johan, Im. Kasian dianya nanti. Lebih sakit loh kalo Johan tau hal ini dari orang lain," timpal Inggit.

"Johan nggak akan tau kalo kalian nggak buka mulut. Cuma kalian doang di antara temen-temen kita yang tau pernikahan ini," kemudian Imarasti semakin histeris. Inggit, Joana, dan Rara hanya bisa menghibur dengan menepuk pelan pundak sahabatnya ini.

Setelah memastikan Imarasti lebih tenang, Joana melanjutkan, "Tenang aja, gue juga kenal baik sama Yuta karena kita sama-sama anak mapala, dia orangnya baik kok."

Imarasti menunjukkan wajah semakin memelas, "Tapi Joana, gue-"

Tok tok.

Imarasti dan teman-temannya langsung menoleh ke arah pintu. Mendapati seorang pelayan perempuan kini berdiri di ambang pintu.

"Maaf menganggu, tapi sudah waktunya bagi pengantin wanita untuk turun."

Mata Imarasti membulat. "Guys!!! Huaaaa gimana ini?"

Inggit dan Rara tersentak saat Imarasti berseru sembari mencengkram tangan mereka kuat-kuat.

"Astaga, tenang Im tenang," ujar Inggit.

"Gimana ini?!" Imarasti semakin panik.

"Cepeta Im, lo harus keluar," interupsi Rara sambil menarik tangan Imarasti supaya lekas bangkit dari duduknya.

"Ta-tapi.."

"Cepet!" seru Joana.

"Guys.. :("

Akhirnya kurang dari setengah jam, setelah Yuta mengucapkan beberapa kalimat sakral Imarasti dan Yuta resmi menjadi sepasang suami istri. Nenek Tanu tersenyum sembari meneteskan air matanya menyaksikan Yuta yang sedang mencium kening istrinya. Sementara keluarga yang lain beserta teman-teman Imarasti ikut mengembangkan senyum lega.

🍓🍓🍓

Kini Yuta dan Imarasti ditemani Nenek Tanu dan orangtua mereka ke rumah barunya. Rumah minimalis di kawasan perumahan ini adalah hadiah pernikahan dari Nenek Tanu. Perabotan yang ada di rumah ini juga hadiah dari Nenek Tanu. Ya, seniat ini memang Nenek Tanu dalam mempersiapakan segalanya.

"Gimana? Kalian suka kan?" tanya Nenek Tanu dengan wajah sumringah.

Yuta tersenyum lembut ke arah neneknya. "Suka kok, Nek. Yuta suka desainnya yang simple."

"Kesehatannya Nenek langsung membaik loh waktu kalian setuju mau nikah. Bahkan Nenek semangat banget buat nyiapin rumah ini," ujar Ibu Yuta.

Sementara Imarasti masih berkeliling di rumah barunya membuka satu per satu ruangan di rumah itu.

"Nek, ini kamarnya cuma satu doang?" tanya Imarasti sembari berjalan ke sofa ruang tamu tempat Nenek Tanu duduk.

"Iya. Kalian kan udah nikah, jadi apa salahnya?"

"Nek, tapi-"

Belum selesai Imarasti melanjutkan perkataannya tapi sudah dipotong oleh Nenek Tanu.

"Nggak ada larangan mahasiswa untuk hamil kan?"

Imarasti dan Yuta langsung membulatkan matanya mendengar pertanyaan Nenek Tanu barusan.

"Lagipula Nenek yakin orangtua kalian pasti juga tidak akan keberatan kalau misalkan segera punya cucu," lanjut Nenek Tanu yang disambut senyuman canggung orangtua Yuta dan Imarasti.

"Baiklah, sebaiknya kita pulang. Biarkan pengantin baru ini istirahat dan menghabiskan malamnya," ujar Nenek Tanu ke orangtua Yuta dan Imarasti sembari mengerling jahil ke arah Yuta dan Imarasti.

Orangtua Imarasti dan Yuta pun pamit pulang setelah memberi beberapa nasihat kecil ke anaknya. Sampai pada giliran Nenek Tanu yang pamit ke Imarasti dan Yuta dengan mencium keduanya secara bergantian.

"Semangat ya! Semoga berhasil. Jangan lupa makanan sama susunya dihabiskan. Tadi kan kalian nggak sempet makan malam," ujar Nenek Tanu sebelum masuk mobil dan berlalu pergi.

Yuta dan Imarasti masih mematung di ambang pintu. Kemudian mereka saling menatap satu sama lain, melihat dari atas ke bawah saling menelisik. Tiba-tiba mereka teringat perkataan Nenek Tanu barusan yang membuat mereka salah tingkah dan membuang pandangan mereka ke segala arah.

"Gu-gue mau mandi duluan. Gerah." ujar Imaradti meninggalkan Yuta.

"Ya-yaudah gue mau makan dulu baru mandi."

Karena Imarasti mandinya lama dan Yuta tipikal orang yang benci menunggu, akhirnya Yuta memilih mandi di kamar mandi luar. Ketika Imarasti keluar kamar mandi ia tidak menemukan sosok suaminya. Setelah mengeringkan rambutnya gadis itu langsung berbaring di ranjang karena demi apa pun kaki dan punggungnya terasa sangat pegal akibat terlalu lama berdiri dengan sepatu setinggi 12 cm yang tentunya sangat menyiksa.

Di saat Imarasti mulai sayup-sayup tertidur tiba-tiba ranjangnya bergerak yang otomatis membuatnya terbangun dan menoleh ke arah samping. Di sampingnya, ia mendapati Yuta yang ikut berbaring.

"Ngapain lo di kamar gue?" omel Imarasti.

"Ini juga kamar gue. Lo lupa tadi nenek bilang kamar di rumah ini cuma satu?" gumam Yuta acuh sembari memejamkan matanya.

"Lo tidur di luar lah!"

"Ogah! Lo aja sana yang tidur di luar kalo lo nggak mau tidur sama gue."

Imarasti mendecak sebal sambil menatap Yuta tajam. "Di drama-drama tuh ya, cowonya ngalah tidur di sofa! Nggak peka amat sih jadi cowo."

Yuta membuka matanya kemudian menatap Imarasti lelah. "Udah deh nggak usah rewel. Gue bukan cowo yang ada di drama picisan yang lo tonton. Jadi jangan harap gue bakal ngelakuin itu buat lo. Gue mau tidur. Capek." Yuta kembali memejamkan matanya.

Imarasti semakin dongkol dengan perlakuan Yuta.

"Lo gila? Masa gue tidur sama cowok?" omel Imarasti yang tidak ditanggapi oleh Yuta.

"Yutakoyaki!"

Masih tidak ada respon.

"Sialan gue dicuekin." Lalu Imarasti melirik sebuah guling kemudian Ia ambil dan ia gunakan untuk memukul wajah Yuta. "YUTAKOYAKI BANGUN LO KAMPRET!"

BUGH! BUGH! BUGH!

"APA-APAAN SIH LO?!" Yuta menangkap guling yang sedang dipegang Imarasti

Imarasti menarik paksa guling itu kemudian ia letakkan di tengah-tengah ranjang. "Ini batas suci. Lo nggak boleh lewatin batas ini." Imarasti meletakkan satu guling lagi di tengah.

Yuta hanya menatap Imarasti datar.

"Gue tetep harus jaga diri gue sendiri. Gue nggak mau sampe lo apa-apain," ujar Imarasti lagi.

Yuta mendengus, kemudian ia menatap Imarasti dari atas ke bawah. "Gue nggak nafsu sama lo!"

"Sialan! Gini-gini gue lumayan seksi ya," ujar Imarasti sembari membusungkan dadanya. "Cuma sengaja gue tutupin karena gue tau di sini ada kucing, karena yang namanya kucing kalo dikasih ikan ya pasti maunya."

Yuta tidak menggubris celoteh Imarasti dan memilih untuk memposisikan dirinya tidur di ranjang senyaman mungkin.

Melihat Yuta yang sudah nyaman dengan posisinya, Imarasti berjalan ke arah meja rias yang telah disiapkan oleh Nenek Tanu. Seperti halnya wanita pada umumnya, gadis itu melakukan ritual sebelum tidur dengan memakai pembersih wajah dan krim malam. Tidak lupa Imarasti juga melepas kaitan branya yang sudah menjadi kebiasaannya sebelun tidur. Kemudian ia melirik Yuta yang tengah tertidur.

"Oh dia beneran udah tidur? Yaudah gue lepas di sini aja," gumam Imarasti bermonolog.

Imarasti pun melepas kaitan branya dengan sedikit mengangkat bajunya yang membuat bagian perut dan punggungnya terekspos. Posisi Imarasti saat ini sedang berdiri membelakangi Yuta.

Sebenarnya Yuta belun benar-benar tidur. Jadilah ketika Yuta membuka matanya ia melihat pemandangan punggung polos yang membuatnya sampai menelan saliva.

"Ugh udah.." Imarasti langsung berbalik yang membuat Yuta buru-buru memejamkan matanya lagi.

"Sekarang waktunya tidur.." ujar Imarasti pelan sembari berjalan mendekati ranjang.

Imarasti pun membaringkan tubuhnya di samping Yuta yang dibatasi oleh dua guling. Sebelum memejamkan matanya ia melirik Yuta sekilas. "Semoga dia nggak ngorok.."

Lima menit kemudian nafas Imarasti terdengar teratur yang artinya Ia telah tertidur. Saat itu Yuta masih belum bisa tidur, ia masih terbayang-bayang punggung polos istrinya.

'Ayolah Yuta itu baru punggung doang belum-'

Yuta melirik Imarasti, lebih tepatnya matanya berfokus ke dada istrinya.

'Dia kan udah jadi istri gue, ngintip dikit nggak dosa kan?'

Kemudian Yuta memukul-mukul kepalanya sendiri.

'Bodoh! Kenapa otak gue jadi konslet gini sih cuma gara-gara punggung?!'

Kemudian Yuta berusaha mati-matian untuk dapat tidur dan melupakan bayangan punggung Imarasti.

..

..

..

TBC

Terpopuler

Comments

Martina Krista

Martina Krista

aku boomlike + 5rate spya tambah semangat nulisnya Thor...
jangan lupa feedback di de luminous dan the second throne...
mari saling support...

2020-07-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!