Satu Sendok Berdua

Oh Tuhan, dia terlihat menggemaskan dengan wajahnya yang memerah.

Kruukkkk....

Perutnya berbunyi lagi. Wajahnya semakin memerah. Tangan kanannya segera meraih ujung selimut dan menariknya hingga menenggelamkan wajahnya.

Aku tertawa lepas. Oh Lala, kenapa kamu tidak bisa menjaga perasaannya? Tapi dia jadi makin menggemaskan dan memancing keisenganku. Hayolah, dia pantas jadi adikku. Jangan berpikir yang aneh-aneh.

Aku segera membuka biskuit yang tergeletak di nakas, lalu menepuk selimut yang menutupi wajahnya. "Hi, please get some biscuits for your self. Then I will find some food for you,"

Dia menurunkan selimut dan berusaha meraih biskuit dengan tangannya. Sikunya mengenai ujung ranjang sehingga dia mengaduh. Aku akhirnya mengarahkan biskuit itu ke bibirnya dan mulai menyuapinya biskuit.

Dua keping biskuit sukses masuk ke mulutnya hingga berlabuh di dalam perutnya. "Thank You," lirihnya yang hanya ku balas dengan anggukan.

Teleponku berdering, Yayang rupanya menghubungiku. "Mah, ada di ruangan apa?" tanyanya begitu panggilan terhubung.

"VIP nomor 5 lantai 3," jawabku. Panggilan langsung terputus. Begitulah anak lelaki, tak banyak berbasa-basi.

Tak sampai lima menit pintu kamar sudah terbuka dan wajah Yayang menyembul dari balik pintu.

"Akhirnya anak Mamah datang juga, terima kasih, Sayang," seruku sambil meraih kotak bekal yang dia bawa. "Mamah lebay!" serunya. Aku tertawa, senang menjahilinya.

Yayang menatap lelaki itu. Aku sadar Yayang butuh penjelasan apa yang terjadi.

"David, this is my big son. Yayang, ini David, dia tadi kecelakaan dan Mamah membawanya kesini karena tadi tak ada siapapun di jalan,"

Yayang melihatku dan David bergantian, aku sadar anak itu ingin mengatakan berhati-hatilah padaku. David terlihat kurang nyaman.

"Tak apa, Nak, Mamah disini karena kemanusiaan. Tak ada yang harus dikhawatirkan," ucapku pada Yayang. Anak itu mengangguk. "Hai, Mamah lapar, kamu bawa apa?" aku segera mengalihkan pembicaraan dan membuka kotak bekal yang dibawa Yayang.

Wah, nasi Padang komplit dan ini terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Aku menatap David, "you must try this Padang rice!" seruku sambil menyendokkan nasi berikut potongan rendang ke arahnya. Dia menatapku sejenak. "Say Aaaaa..." ucapku seolah menyuapi anak kecil, aku sudah pengalaman soal hal ini. Anakku sudah tiga, kesemuanya aku yang membesarkan, meski ada mbak Citoh di rumah, urusan menyuapi anak tak bisa aku serahkan pada asisten.

David melebarkan mulutnya, satu sendok nasi pun masuk dan perlahan di kunyahnya. "Hmmm, it's delicious," ucapnya tulus. Yayang tampak bergidik dan menatap malas. Ah, anakku sepertinya memikirkan hal lain.

Aku kembali menyuapi David hingga kemudian dia berupaya menggapai sendok yang ku pegang dan tangan kami bersentuhan. "you also have to eat," ucapnya.

"i will eat after you finished your meal," balasku.

"we can eat together," ucapnya lagi dengan mata yang terus menatapku.

Sial, kenapa aku merasa jengah dengan tatapannya. Tuhan, beginikah rasanya ditatap selebritis sampai temanku begitu tergila-gila walau belum pernah bertemu secara nyata?

Oke, aku mengalah. Aku menyuapkan nasi yang sudah disendok ke mulutku dan mengunyahnya perlahan. Astaga, aku baru sadar ini sendok bekasnya. Aku juga tak tahu apa dia punya penyakit atau tidak, pikiranku jadi traveling.

"My turn, please!" tangannya meraih sendok yang ku pegang. Aku jadi kikuk. Oh My God, ia makan makanan dari sendok yang sudah masuk ke mulutku. Dan aku hanya orang asing yang baru bertemu dengannya hari ini. Apa aku mimpi, Tuhanku?

Rasa lapar mengalihkan pikiranku. Aku fokus menyuapinya bergantian dengan diriku sendiri. Kotak bekal yang dibawa anakku pun bersih. Aku tersenyum melihat sisa nasi di sudut bibirnya. Segera ku raih tisu dan membersihkan bibirnya. "Sorry.." ucapku kikuk. Ia tertawa kecil. Tuhan, aku bisa diabetes kalau terus-terusan seperti ini.

"Don't worry about anything, I don't have any infectious disease," ucapnya setelah tawanya reda. Aku tersenyum samar, rasanya seperti pencuri yang tertangkap basah. Dia seolah mengerti pikiranku tadi saat bergantian menyuapinya.

Ehm!

Aku tersadar ada Yayang di ruangan ini. Dia pura-pura batuk untuk menyadarkan Mamahnya yang salah tingkah.

"Mamah ganti baju dulu, Yayang bawa baju ganti buat Mamah. Itu banyak noda darahnya," Ucapnya sambil menyerahkan tote bag berisi pakaian padaku. Aku mengusap kepalanya dan mengacak rambutnya. "Thank you, Sayang,"

Yayang berdecih. "Aku bukan anak kecil, Mah!" serunya sambil merapikan kembali rambut yang sudah ku acak-acak. Aku tertawa puas, selalu senang mencandai anakku. Lewat ujung mataku kulihat David juga berusaha menahan tawanya.

"Cepetan ganti baju, Mah!" Yayang mendorongku ke kamar mandi. Aku segera masuk dan mengunci pintu kamar mandi, membiarkan Yayang dan David berdua disana. Toh dari kamar mandi pun aku bisa mendengar suara mereka. Tapi sepertinya mereka tak saling sapa. Hmm, aku tahu anakku sulit beradaptasi dengan orang baru, apalagi dengan orang luar negeri. Tapi, hai, kata Karin David itu belok, dan anakku laki-laki. Jangan sampai dia jadi mangsa David!

Aku buru-buru mengganti pakaian dengan yang bersih setelah ku bersihkan badanku terlebih dahulu. Kembali ke ruangan, ku lihat Yayang sibuk dengan gadgetnya. David tampak memejamkan mata. Seperti yang ku duga, mereka tak berbicara apapun.

"Yang, kita tak mungkin meninggalkan David sendirian disini. Apa kita bisa bergantian menjaganya?" Tanyaku memecah keheningan. Yayang menatapku dan David bergantian.

"Mamah saja lah. Aku pilih jaga adik-adik di rumah. Kalau ada apa-apa kabari saja. Satu lagi, jangan ganjen! Mamah menang janda, tapi jangan murahan!"

Deg! Seulas nyeri terasa di lubuk hatiku. Anakku yang ini kalau ngomong to the point, tak pernah berpikir yang jadi lawan bicaranya suka atau tidak.

"As you wish, Sayang," ucapku sambil mengucek kembali rambutnya. Dia melengos, lalu keluar dari ruangan.

Terpopuler

Comments

Soes Vanilla

Soes Vanilla

Thank You, Kak, sukses dan bahagia untuk Kakak 🙏🙏🙏

2023-08-19

0

Ma.Cristina Alvaro

Ma.Cristina Alvaro

Ngomong-ngomong, thor, jangan sampe gak rajin menulis, ya! Soalnya aku sudah terlanjur ketagihan dengan ceritamu.

2023-08-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!