Aku menarik nafas lega ketika berhasil melepaskan tangannya. Sesaat ku tatap wajah indah di depanku. Alis yang tebal, hidung bangir, bibir merah, rahang tegas, begitu tampan meski beberapa luka menghiasinya.
Teleponku berdering, segera ku angkat ketika ku lihat nama anakku tertera di layar. "Mamah dimana? Koq lama amat nganter kuenya?" cericit Hana begitu telepon ku angkat. Aku menepuk keningku, betapa dari tadi aku belum mengabari orang rumah tentang kejadian ini.
"Mamah di Rumah Sakit..."
"Mamah kecelakaan? Atau kena serangan jantung lagi? Aku kesana sekarang ya, Mah?" suara panik Hana terasa membuat telingaku pecah.
"Hai, mamah nggak kecelakaan, mamah justru menolong orang yang kecelakaan!"
"Syukurlah... Terus mamah kapan pulang? Orangnya selamat? Udah ada keluarganya kan?" ah, anak ini pertanyaannya merepet kayak petasan.
"Mamah gak tau ini kapan pulang, belum beresin admin pasiennya. Tadi baru diurus sama dokter Gugun. Pasiennya juga ini bukan orang sini, gak tau mamah gimana menghubungi keluarganya."
"Liat hape-nya aja, Mah! Kan pasti ada kontak yang sering chat sama dia" saran Hana, aku tahu anakku semuanya cerdas.
"Mana bisa mamah baca tulisan di hapenya," desisku sambil menatap telepon orang itu yang beberapa kali berdering tapi tak berani ku angkat.
"Dikunci ya, Mah? Minta tolong A Yayang buat unlock!" ide apalagi itu. Aku tahu anak tertuaku itu hacker, bahkan semua medsosku terus dipantaunya.
"kamu bisa baca tulisan Thailand, Han?"
"Hah? Emang yang kecelakaannya orang Thailand?"
"Iya! Mana bisa mamah baca tulisan di hapenya meskipun Aa kamu bisa meng-unlock hape ini!"
"Yaudah kalau gitu, Mah. Kabarin kalau perlu apa-apa. Hana mau mandiin Fian dulu. Dari tadi dia nanyain Mamah terus."
"Iya, Nanti minta Aa kamu antar baju ganti buat Mamah kesini. Sekalian bawa kemeja pendek dan celana pendek Papah yang di lemari kanan. Buat ganti baju pasien ini,"
"Gapapa, Mah? Bukannya itu satu-satunya baju dan celana Papah yang masih Mamah simpan buat kenangan?"
Aku menghela nafas perlahan. Hana benar, hanya itu yang masih aku sisakan setelah Papahnya meninggal setahun lalu. Tapi aku juga tak mungkin keluar saat ini untuk membeli baju ganti buat orang ini.
"Gapapa, Han. Sekalian bawa minum dan makanan, ya. Mama lapar juga."
Hana terkekeh. "Siap, Komandan!" serunya sebelum menutup telepon.
Aku duduk di sofa sambil terus menatap lelaki tampan yang tampak lelap di depanku. Mungkin pereda sakit yang diberikan Dokter Gugun membuatnya mengantuk, atau sisa-sisa biusan saat tadi dokter Gugun menjahit lukanya masih berefek pada tubuhnya. Entahlah. Aku tak mengerti karena itu bukan duniaku.
Yang ada di pikiranku saat ini adalah kenapa dia ada di daerahku? Sendiriankah? Berlibur ke daerah terpencil? Ah, aku ingat dia keluar bersama ojek itu dari hotel dimana aku mengantar kue tadi. Berarti dia menginap disana.
Aku segera meraih teleponku dan mencari sebuah nama. Segera ku tekan tanda panggilan.
"Sore, Lala, ada yang bisa Bunda bantu?"
"Bunda, maaf mengganggu, aku mau minta tolong," Bu Lis, senior manager hotel itu selalu memintaku memanggilnya Bunda, katanya aku mengingatkannya pada anaknya di Pekanbaru.
"Boleh, apa yang bisa Bunda tolong?"
"Apa ada orang Thailand yang menginap di hotel?"
"Ada, Lala, kemarin dia check-in pas Bunda lagi ada di front office. Apa dia memesan kue?"
"Nggak, Bunda, dia kecelakaan tadi terus aku bawa ke Rumah Sakit,"
"Astaga! Terus kondisinya bagaimana? Dia check in sendirian kemarin. Pas malam juga dia makan sendiri di resto hotel,"
"Kondisinya sudah mendingan, Bunda, aku minta tolong amankan dulu kamarnya, ya, kalau over stay juga mohon dibantu dulu ya, Bunda, soalnya aku nggak tahu kapan dia boleh keluar dari Rumah Sakit,"
"Siap kalau gitu, Lala. Kabari Bunda kalau perlu bantuan lainnya. Oiya, dia memesan kamar untuk sepuluh hari. Sepertinya dia sedang berlibur sendiri,"
"Baik, Bunda, terimakasih,"
Aku menarik nafas lega, satu urusan selesai. Kembali aku menatap lelaki tampan itu. Kalau saja Karin tahu aktor favoritnya ada disini, dia pasti histeris. Aku tak tahu kenapa dia suka sekali menonton bromance, padahal dia sudah bersuami, dia juga bukan orang yang belok.
Ah, bicara tentang belok, Karin pernah bilang orang ini punya pacar lelaki juga. Lawan mainnya di bromance dan mereka sering dipasangkan. Tapi kenapa dia berlibur sendiri kesini? Apakah dia sedang lari dari dunia selebritisnya? Apakah dia sedang bermasalah dengan pacarnya?
Haruskah aku kabari Karin? Sepertinya jangan dulu. Lelaki ini butuh privasi, mungkin itu sebabnya dia memilih berlibur sendiri kesini.
"Don't stare at me na," ucapnya lirih. Sialan! Rupanya dia sadar aku menatapnya terus menerus.
Mata cokelatnya terbuka, tangannya seperti berusaha mencari sesuatu.
"Looking for your phone?" tanyaku sambil menyerahkan teleponnya. Ia meraih itu dengan sedikit meringis, lecet di tangan kanannya pasti perih, aku bisa membayangkan itu. Sedangkan tangan kirinya dibebat karena patah. Ia mematikan teleponnya, ya, aku tak salah lihat. Ia memilih mematikan teleponnya dan kemudian memintaku menaruhnya kembali.
"Why don't you call your family?" tanyaku heran. "Or maybe your boyfriend?" Sial, kenapa mulutku ini lancang sekali tanpa bisa direm.
Matanya menatapku malas. Huft, aku tahu aku salah bicara. "You can leave me if you're busy," desisnya. Atau lebih terdengar seperti merajuk. Aku menatapnya tak percaya, dia segera memalingkan tatapannya.
"Forgive me if I misspoke. I can't leave you like this," ucapku pelan. Hiyaaa, yang waras ngalah aja lah. Aku masih punya nurani, bagaimana bisa aku meninggalkan dia di Rumah Sakit ini sendirian. Apalagi sepertinya dia sedang ingin menghindari dunianya.
Kruukkk....
Aku menatapnya kaget, suara perutnya jelas menunjukkan kalau dia lapar. Perawat belum membagikan makanan, tapi tadi dokter Gugun sempat memberiku biskuit dan air mineral. Wajahnya terlihat memerah, mungkin dia malu karena aku mendengar suara perutnya. Ah, kenapa makin terlihat tampan ketika dia salah tingkah begitu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Alia Harumdani
bahasa sederhana bacanya jadi gak ribet lanjuuut Thor...
2023-08-30
1
Hazel Nolasco
Sayang banget nggak bisa langsung jadi film, pasti bakal bisa sukses besar🎬
2023-08-19
1