Bagian 8

Rain dan yang lainnya sedang berkumpul di Red Sun club. Kebiasaan dirinya setelah menyelesaikan misi penting.

“Ah, hari yang panjang dan melelahkan," ujar Rain sambil menyesap minumannya.

“Tak usah mengeluh, kau ini tidak bekerja, melainkan kami. Kau, kan hanya terima beres," cibir Triton.

Rain mendengus tak suka, memang Triton sahabatnya ini sangat pandai bersilat lidah. Mood-nya yang seperti perempuan kadang membuatnya kerepotan.

“Pfffft.." Galaksi dan Jupiter menahan tawa.

“Ah tidak tanganku yang cantik dan lentik ini sekarang sedang berlumur dosa karena meledakkan orang tak bersalah, ah aku harus bagaimana?" bingung Triton.

“Tak perlu berdrama, tanganmu bahkan sudah berlumuran dosa sejak kau dilahirkan," balas Rain cuek.

“Kau..."

BRAK...

BUGH...

BUGH...

KRAK...

“Auch!" teriak Rain kesakitan yang sudah terkapar di lantai. Jupiter dan Galaksi hanya meringis ngeri.

“Dasar teman tidak tahu diri, kau pikir siapa yang selama ini menjadi tamengmu ketika berhadapan dengan hukum, dasar otak udang?!" marah Triton.

“Argh, dasar kucing liar gembrot, ini sangat sakit kau tahu?!" protes Rain.

“Aku tidak peduli, sudahlah aku akan pulang," ujar Triton.

Dia berjalan keluar ruangan, tapi sebelum itu suara Jupiter menginterupsi.

“Kau akan ke mana, Kak?"

“Pulang ke rumah dengan kekasihku."

“Kalian tinggal serumah?"

“Iya, memangnya kenapa?"

“Oh, semoga sepupumu baik-baik saja, brother," sahut Galaksi.

“Memangnya aku sama sepertimu yang hobi membobol gawang anak orang?" balas Triton sinis.

Skakmat, mulut Galaksi terbungkam seketika, lalu ia melihat Triton keluar dari ruang berkumpul mereka.

“Apa dia salah makan hari ini, atau mungkin dia sudah tertular dengan pasiennya dan memiliki sakit yang serupa?" ujar Galaksi bertanya-tanya.

“Gangguan kejiwaan bukanlah penyakit menular setahuku, tapi itu bisa menurun, dasar bodoh!" sahut Jupiter.

“Hei, aku ini lebih tua darimu, kau tahu?! Sopanlah sedikit," gerutu Galaksi.

Mereka berdua sibuk berdebat hingga melupakan Rain yang masih tergeletak tak berdaya karena dihajar oleh Triton.

“Mau sampai kapan kalian berdebat dan tak membantuku, cepat bantu aku berdiri?!" kesal Rain.

“Maaf kami melupakanmu, sobat, kami pikir kau sudah tewas," jawab Galaksi.

Mereka membantu Rain untuk berdiri dan mendudukkannya di sofa.

“Semoga saja kau tak mengalami patah tulang, Kak," ujar Jupiter.

“Jika dia meremukkan atau mematahkan tulangku, aku tak akan memberikan restuku padanya untuk berhubungan dengan Cleo," jawab Rain.

“Aku pikir dia tak takut dengan ancamanmu itu, karena kau hanya sekedar sepupunya saja, bukan orang tuanya, terlebih Triton dan kau sudah bersahabat sejak kalian masih dalam kandungan," kata Galaksi.

“Kalau begitu, aku akan menghasut uncle dan aunty-ku," kata Rain lagi.

“Itu tetap tidak akan berhasil anak muda," sahut Jupiter.

“Setelah dia kembali, dia semakin mengerikan saja," ujar Rain.

“Wajahnya terlalu menipu," sahut Galaksi.

Mereka semua menghela nafas.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sunny sedang berada di kamarnya saat ini, sedang menonton drama aktor kesayangannya Lee Junho.

“Ah, Lee Junho, kenapa dia tampan sekali?! Andai aku bisa bertemu dengannya," heboh Sunny.

Saat sedang serius menonton drama tiba-tiba ponselnya berbunyi.

“Ck... Tidak bisakah memberikanku sedikit waktu dengan sang kekasih?!" pekik Sunny kesal.

Segera saja ia mengangkat teleponnya.

“Halo."

“Ya, Sunny. Ayo kita pergi ke club."

“Tidak bisa dengan yang lain saja?"

“Kau mengabaikan ajakan Kakakmu?!"

“Serius, Kak. Apa kau tidak memiliki teman?"

“Kau tahu itu dengan baik, Sunny sayang."

Sunny menghela nafas, sepertinya ia harus mengorbankan waktu berharganya untuk yang kesekian kali.

“Baiklah."

“Terima kasih adikku, aku akan menjemputmu."

Sambungan telepon terputus seketika.

“Bye Oppa kita berkencan nanti lagi," ujar Sunny pada laptopnya yang sedang menampilkan sosok Lee Junho yang berperan sebagai manager hotel.

Sunny memakai kaus lengan panjang dan celana kain panjang, ditambah mengenakan hoodie, ia tak perlu berdandan, baginya hanya seperti ini saja dia sudah terlihat cantik

Tinggal menunggu Aurora menjemputnya. Ia berharap Aurora mampu membujuk papanya untuk meminta izin keluar malam ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat ini Aurora dan Sunny sudah berada dalam perjalanan, Sunny sedikit penasaran, bagaimana bisa Aurora mendapatkan izin dari papanya, padahal Sunny berharap papanya tak memberi izin.

Mereka sudah tiba di Red Sun club, sebenarnya Aurora merasa canggung dan tak habis pikir dengan pakaian yang dikenakan oleh Sunny.

Oh ayolah, jika kebanyakan wanita mengenakan baju yang sexy dan terbuka saat mengunjungi club, lain dengan Sunny yang malah mengenakan hoodie?

“Kau tahu? Kau benar-benar salah kostum, Nona," ujar Aurora.

”Aku tidak peduli jika aku salah kostum, karena sedari awal aku tak ada niatan untuk kemari, semua itu karena paksaan darimu, Kak," balas Sunny cuek.

“Oh ayolah, kita ini sedang bersenang-senang. Aku yakin kau belum pernah mengunjungi club malam, bukan?" tanya Aurora lagi.

“Apakah setiap kegiatan yang aku lakukan, kau harus mengetahuinya?" balas Sunny sarkas dan membuat Aurora diam seribu bahasa.

Mereka sudah duduk di tempat yang disediakan, Aurora memesan minuman.

“Kau ingin pesan sesuatu, Honey?" tanya Aurora pada Sunny.

“Aku jus melon saja," jawab Sunny.

”Jauh-jauh pergi ke club hanya memesan jus melon?" ujar Aurora dengan mulut menganga tak percaya.

“Lalu harus pesan apa, Vodka, dan minum sampai mabuk begitu? Hei, Nona jika kita berdua mabuk, aku yakin kita tidak akan bisa pulang," ujar Sunny sinis.

Entahlah, mengapa Sunny merasa kesal dengan mantan kakak kelasnya dulu, berawal dari perkenalan karena Aurora tak memiliki teman semasa sekolah, membuat Sunny menaruh iba padanya.

Hingga akhirnya mereka berteman sampai sekarang, tapi Sunny berpikir bahwa Aurora telah berubah, tidak secupu dahulu, mungkin sekarang ia berubah menjadi sedikit liar?

Mau tak mau Aurora memesankan jus melon pada bartender untuk Sunny.

Tak lama kemudian pesanan mereka sudah datang, tak lupa mereka mengucapkan terima kasih pada pelayan.

“Jadi ada perlu apa kau menghubungiku, Kak?"

“Apa mengejar cinta, memang sesulit itu?"

“Ya memang sulit. Aku buktinya, aku tak bisa mengejar cinta Lee Junho padahal dia begitu mempesona dan sangat tampan."

“Sunny, bisakah kau serius sedikit mendengar curahanku?!"

“Itu adalah pilihanmu, kau yang memilih untuk mengejarnya, kau, kan wanita. Seharusnya dia yang mengejarmu, bukan dirimu yang mengejarnya."

“Zaman sudah berubah, Sunny. Sekarang banyak wanita yang mengejar para lelaki," jelas Aurora.

“Benar-benar tak memiliki harga diri. Menurutku, seharusnya wanita itu, dikejar, diperlakukan spesial, diratukan, dan dicintai terlebih dahulu, baru setelah mereka merasa mereka sangat dicintai oleh pasangannya otomatis mereka juga akan sangat mencintai pasangannya pula. Kakak tahu hubungan timbal balik, kan?"

“Ya! Kata-katamu terlalu menusuk, seolah aku ini wanita yang tak punya harga diri," protes Aurora.

“Aku tidak bilang begitu, kau sendiri yang mempertegas, tapi intinya kalau seorang pria sangat mencintai wanitanya, pasti wanitanya juga akan mencintai pria yang mencintainya," jelas Sunny.

Aurora hanya mampu berdecak tak suka karena penjelasan Sunny.

“Terserah, yang penting aku akan tetap mengejarnya, aku yakin, aku akan mendapatkannya," ujar Aurora congkak.

“Hmm... Semoga berhasil, tapi jangan cari aku jika kau merasa sakit hati karena penolakan yang kesekian kali." ujar Sunny sambil menyeruput jus melonnya.

Aurora yang merasa kesal hanya meninggalkan Sunny dan bergabung ke lantai dansa sambil membawa segelas Vodka. Sementara Sunny hanya menghela nafas.

“Sial, jika tahu ditinggal seperti ini, lebih baik aku membawa mobil sendiri tadi," batin Sunny menggerutu.

Dia tidak tahu kenapa Aurora sangat berubah, bahkan 180°

Sunny merasa sangat menyesal telah menerima tawaran untuk menemani sahabat tidak tahu dirinya, tersebut.

Dengan segera saja dia mengeluarkan ponsel dan earphone untuk kembali menonton Oppa favoritnya Lee Junho.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kembali lagi kepada tiga sekawan, Rain, Jupiter, dan Galaksi juga turun ke lantai dansa.

Di sana Rain mulai beraksi melakukan tarian sesuai dengan irama musik yang diputar. Gerakannya yang lincah dan begitu lihai kala meliukkan badannya sangat membuat kagum penonton, terlebih lagi penampilannya begitu gagah dan sangat sexy.

Banyak kaum hawa yang memekik tertahan kala melihat penampilan Rain. Mereka sangat ingin menari bersama Rain, tak terkecuali Aurora.

Di lantai dansa pula Aurora menatap penampilan Rain dengan tatapan yang memuja, bahkan mungkin hampir meneteskan air liurnya.

“Sial, mengapa ia begitu sexy? Ah hanya melihatnya saja aku mulai merasakan hawa panas namun terasa menyenangkan!" batin Aurora menjerit.

Sedangkan Jupiter dan Galaksi hanya memutar bola mata mereka. Ya, mereka merasa jengah jika melihat pemandangan seperti itu.

“Kak, kau lihat mereka, seperti seekor singa betina yang kelaparan, bukan?" bisik Jupiter.

“Kau benar, mereka sangat mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan, kalau merek sudah menjadi-jadi," jawab Galaksi sambil bergidik ngeri.

Penampilan Rain kembali membuat para kaum hawa berteriak histeris, pasalnya Rain menari sembari membuka kemejanya, yang selalu membalut tubuh atletisnya.

“Hah, dia kembali berulah," ujar Galaksi malas.

“Siapa yang bilang tak suka tebar pesona? Lihatlah dia menjilat ludah sendiri," timpal Jupiter.

“Rain memang selalu lupa diri, bukan?" jawab Galaksi dengan pertanyaan retoris.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Usai memberikan sebuah pertunjukan untuk clubnya, Rain, Galaksi, dan Jupiter istirahat sebentar sebelum pulang.

“Penampilanmu seperti biasanya, mampu membuat para wanita menjerit. Oh jangan paksa aku untuk memuji penampilanmu, Kak. Itu mengerikan," ujar Jupiter.

“Aksi tebar pesona yang luar biasa, Tuan Muda Jonathan," sindir Galaksi.

“Aku tidak tebar pesona, aku hanya menari dan menunjukkan bakatku yang mungkin tak semua orang ketahui, jadi bukan salahku jika penampilanku begitu mengagumkan dan membuat mereka menjerit," kilah Rain.

“Ya... Ya, terserah, apa kita akan di sini lebih lama? Jujur saja tubuhku mulai lelah, lagi pula besok pagi aku harus bekerja pagi-pagi, jika terlambat sedikit saja mungkin atasanku akan mencincangku," sindir Galaksi sambil melirik Rain dengan sinis.

Rain hanya menghembuskan nafas sebentar, sebelum berdiri dan bergegas meninggalkan club miliknya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sisi lain Aurora sudah kembali, menemui Sunny yang sibuk menonton drama melalui ponselnya.

“Ah, kau tahu, aku tadi melihat penampilan dance dari pria yang kusukai?!" ujar Aurora sumringah.

Akan tetapi Sunny hanya diam saja, matanya masih terfokus pada layar ponselnya.

“Kau tidak mendengarkanku?!" pekik Aurora kesal tangannya sambil memukul bahu Sunny.

“Oh, kau sudah kembali?" tanya Sunny dengan raut wajah tak bersalah.

“Lupakan! Aku sedang malas berdebat denganmu karena aku sedang senang hari ini, jadi jangan buat mood-ku hancur," peringat Aurora.

“Siapa juga yang mau mengajaknya berdebat, aku, kan hanya bertanya, dasar aneh!" gerutu Sunny dalam hati, lalu menyusul Aurora keluar.

Sementara itu, sedari tadi gerak-gerik Sunny tak lepas dari pandangan mata mata musang yang memandangnya dengan intens.

“Gadis itu, aku ingin kau mencari tahu tentang gadis itu, Galaksi!" perintah Rain.

Galaksi hanya membuang nafas lelah, “Bertambahlah pekerjaanku."

Sedangkan Jupiter hanya cekikikan saja melihat sahabatnya tersiksa karena pekerjaan.

TBC

Terpopuler

Comments

Ñůŕšý

Ñůŕšý

tolongin dulu Rain jangan ribut terus kalian...kasihan Rain

2023-10-14

0

⧼⎳ Bukan siapa-siapa

⧼⎳ Bukan siapa-siapa

zamannya yang berubah, kita jangan ikut- ikutan berubah.

2023-10-13

0

⧼⎳ Bukan siapa-siapa

⧼⎳ Bukan siapa-siapa

apakah itu aku?( Kang tulis☺)

2023-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!