Bagian 3

Happy Reading!

Memasuki jam istirahat, para karyawan lantas beranjak dari meja kerjanya menuju kantin untuk mengisi tenaga mereka.

Begitu pun dengan seorang wanita yang sedari tadi duduk di salah satu meja sesekali melihat arlojinya sambil berdecak.

“Dia ini, selalu saja tidak pernah tepat waktu jika membuat janji untuk bertemu, ck!"

Kegiatan menggerutu serta berdecak mulai teralihkan kala dua orang manusia tampan memasuki area kantin.

“Ah, itu dia Presdir! Apa aku coba mengajaknya untuk bergabung makan siang denganku saja, ya?" gumamnya.

Saat Rain dan Galaksi akan duduk di salah satu meja, wanita ini mencoba peruntungan dengan menyapa terlebih dahulu, “Selamat siang Presdir dan Pak Galaksi."

“Siang hmm?"

“Aurora, Pak," jawab wanita tersebut.

“Ah, iya. Jika aku tidak salah, kau dari divisi humas, bukan?" tanya Galaksi.

“Betul, Pak," jawab Aurora lagi.

“Sendirian saja, tidak bersama yang lain?" tanya Galaksi setelah melihat sekitar wanita itu.

“Ah, sebenarnya saya masih menunggu teman saya, tapi sepertinya dia tidak datang, apakah Presdir dan Pak Galaksi bersedia makan siang bersama?" tanya Aurora penuh harap.

“Ba—"

“Tidak!" ucapan Galaksi langsung dipotong oleh Rain dan menolak ajakannya.

“Eh, t-tapi kenapa?" tanya Aurora. Dia merasa shock sekaligus sedih ajakannya ditolak oleh orang yang disukainya.

“Haruskah, kau bertanya?" tanya Rain balik dengan mata memicing.

Aurora menunduk takut akan tatapan tajam dari Rain. Rain kemudian langsung pergi mencari meja lain yang masih kosong, diikuti oleh Galaksi yang sudah meminta maaf tanpa mengeluarkan suara pada Aurora.

Aurora hanya mengangguk lemah pada Galaksi, tapi tiba-tiba saja.

“Kakak, maaf aku baru datang sekarang. Apa aku terlambat?" tanya seseorang pada Aurora.

“Sudah tahu, masih bertanya. Hei, kau ini sudah sangat terlambat, apa jam yang kau punya itu adalah jam karet?" tanya Aurora kesal.

“Maafkan aku, jangan marah. Salahkan saja kendaraan lain yang menutupi jalanku dan membuat macet."

Aurora menghembuskan nafas kesal, “Sudahlah, lupakan!"

“Kakak kenapa sih, marah-marah terus. Aku, kan baru sampai?" kesal teman Aurora.

“Aku sedang tidak bersemangat," jawab Aurora.

“Kalau begitu kenapa Kakak mengundangku ke sini?"

“Oh, diamlah Sunny, aku butuh teman untuk berbagi kisah," ujar Aurora.

“Tahu begini aku tidak akan datang," batin Sunny.

“Lalu kakak ingin bercerita apa?' tanya seseorang bernama Sunny itu.

“Aku baru saja ditolak oleh seseorang yang kusuka," bisik Aurora pada Sunny.

“Apa, jadi itu yang membuat kakak galau dan berwajah muram sekarang, memangnya siapa dia, berani-beraninya menolakmu?!" pekik Sunny dengan suara keras, hingga atensi pengunjung kantin tertuju pada mereka.

Aurora tersenyum kecut dan merasa salah tingkah sekaligus malu. Dia berdiri dan meminta maaf kepada para pengunjung kantin.

“Sunny, jangan berteriak. Kau membuatku malu," cicit Aurora pada Sunny.

“Maaf," ucap Sunny menunduk dengan bibir mengerucut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sebuah meja yang berada paling pojok belakang, tepatnya dekat dengan jendela yang ditempati oleh dua manusia tampan, satu diantaranya sedang terfokus pada suatu objek yang mampu menarik atensinya.

“Senang dengan pemandangan yang kaulihat, Rain?" tanya Galaksi.

“Siapa dia, apa dia pegawai kita?" tanya Rain ingin tahu.

“Wow, aku tak percaya ini. Apa dia berhasil menarik minat dan perhatianmu?!" tanya Galaksi sangat antusias, pasalnya sahabatnya itu tak pernah sekalipun membahas seorang wanita, sehingga ia menjadi sedikit khawatir karenanya.

“Jawab saja," ucap Rain.

“Apa Raincondamu terbangun hanya dengan pandangan pertama?" tanya Galaksi usil.

Rain hanya menatap Galaksi tajam, tak lama kemudian sebuah sendok melayang dan tepat mendarat di kening indah Galaksi.

“Auch! Dasar kau sangat kejam bagai ibu tiri Cinderella," gerutu Galaksi. Hal itu menjadi tontonan gratis untuk para pengunjung kantin, mereka berusaha menahan tawa agar tidak meledak saat itu juga.

“Perlu kau ketahui. Aku masihlah seorang pria dan belum berubah gender, itu berarti aku bukanlah ibu tiri Cinderella. Dasar bodoh!" ujar Rain.

Rain memanggil pelayan untuk membawakan sendok yang baru, karena sendok yang sebelumnya sudah tidak higienis katanya setelah mendarat dengan mulus di kening sang sahabat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Kakak, siapa mereka, kenapa malah membuat keributan kecil di kantin perusahaan?" tanya Sunny.

“Hm... itulah yang ingin kuceritakan padamu. dia adalah lelaki incaranku kau tahu?" jelas Aurora pada Sunny.

Sunny hanya berdeham malas. Mantan kakak kelasnya ini memang sangat aneh, jika perempuan ingin lelaki yang perhatian dan murah senyum, Aurora justru memilih tipe lelaki yang dingin tak tersentuh.

“Dia yang baru saja menolakmu begitu?" tanya Sunny polos.

Mendengar kata penolakan membuat wajah Aurora muram kembali.

“Dia menolak ajakan makan siang denganku, aku sungguh sedih dibuatnya," jawab Aurora.

“Aku sudah berkali-kali bilang padamu, cintailah seseorang yang tulus mencintaimu. Laki-laki yang hangat, murah senyum, dan memperlakukanmu seperti seorang ratu, tapi kakak malah tidak memedulikan ucapanku," kata Sunny panjang lebar.

“Justru tipe yang kau sebutkan itu adalah tipe yang sangat membosankan, tidak ada tantangannya," jawab Aurora.

“Akan tetapi setidaknya kau tak merasakan sakit hati karena penolakan secara terang-terangan," balas Sunny.

Skakmat perkataan Sunny membuat Aurora terdiam.

“Yah Sunny, kenapa kau selalu membalas ucapanku?!" pekik Aurora kesal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rain kembali fokus dengan pekerjaannya setelah istirahat usai. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.

Tok... Tok... Tok...

“Masuk!" jawab Rain dengan nada perintah.

Tampaklah pemuda jangkung dengan tinggi kira-kira 190 sentimeter.

“Bicaralah!" perintah Rain.

“Bagaimana kau tahu bahwa itu aku?" bingung pemuda itu.

“Instingku terlalu kuat, Bambi," jawab Rain.

Pemuda itu merengut. Hei, dia ini sudah besar, bisa tidak Rain tidak memanggilnya bambi (rusa)?

“Ayo bicaralah!" pinta Rain.

“Uang yang kita pinjamkan pada Mr. Lee sudah jatuh tempo, tapi sampai sekarang beliau tidak bisa dihubungi dan tidak diketahui keberadaannya," lapor pemuda itu.

“Beri dia sedikit waktu untuk bersenang-senang, aku ada urusan malam nanti, sebaiknya kau juga ikut, Bambi," jawab Rain.

“Memang ada apa?" tanya si pemuda.

“ Aku akan menemui Mr. Osaki malam nanti, kau dan Galaksi bersiap dengan orang-orang kita," jelas Rain.

“Padahal aku punya acara sendiri nanti malam," jawab si pemuda.

“Memangnya apa acaramu, cinta satu malam lagi?" tanya Rain.

“Kau kira aku adalah Galaksi yang suka tebar pesona dengan banyak wanita?" sungutnya.

“Kau dan Galaksi itu 11-12, Bambi," jawab Rain sekenanya.

“Bisakah kau tak memanggilku Bambi? Aku ini punya nama, Namaku adalah Richardo Jupiter Angkasa, atau kau bisa memanggilku Jupiter si manusia tampan, gagah bagai ksatria," ucap Jupiter.

Rain hanya tersenyum kecil kala melihat wajah kekanakan Jupiter.

“Sungguh?" tanya Rain dengan nada meledek.

“Oh ayolah, Kak. Aku bukan anak kecil lagi, jangan perlakukan aku seperti itu," rengeknya.

Rain hanya tersenyum tipis, Jupiter sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Maka dari itu dia sering menggodanya.

“Omong-omong kantormu miskin sekali, tidak adakah makanan yang bisa kumakan?" tanya Jupiter tak tahu malu.

“Apa gaji yang kuberikan tak cukup untuk membeli makanan?" tanya Rain.

“Itu cukup sayangku, bahkan untuk beberapa tahun ke depan, tapi yang namanya makanan gratis itu selalu lebih lezat rasanya dibandingkan beli sendiri kau tahu?" jawab Jupiter.

Rain hanya mendengus, si Bambi ini benar-benar, hanya modal tampang saja yang ia punya meskipun otaknya jenius tapi itu semua percuma, otaknya hanya akan bekerja dengan lancar jika ada makanan tersedia di depan matanya.

“Carilah di lemari pendingin, semoga saja kau menemukan apa yang kau cari, dan jangan lupa lacak keberadaan manusia sampah itu selagi kita memberikan ia waktu untuk bersenang-senang!" perintah Rain.

“Terima kasih kakakku sayang, Aku mencintaimu! Soal manusia tak tahu diri itu santai saja nanti akan kubereskan, tak perlu khawatir, muachhh." ujar Jupiter sambil beranjak meninggalkan Rain dan menuju lemari pendingin, tak lupa ia memberikan flying kiss pada Rain.

“Ah yaampun sepertinya aku salah memilih kawan," ujar Rain merasa pening.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Matahari telah kembali ke peraduannya digantikan oleh malam yang kelam. Rain beserta orang-orangnya telah sampai di sebuah pelabuhan tempat janji temu dengan Mr. Osaki.

Rain sengaja menemui kliennya itu hanya bersama dengan Galaksi dan Jupiter tetapi ia tetap merasa waspada dan menyuruh orang-orangnya berjaga-jaga di tempat yang tak diketahui kliennya.

“Selamat malam Mr. Shadow, senang bertemu dengan Anda," ucap Mr. Osaki.

Perlu kalian ketahui bahwa dalam bisnis gelap, Rain tak pernah menggunakan nama asli, bahkan kliennya pun tak ada yang mengetahui nama dan wajah Rain, karena Rain selalu menutupi wajah aslinya. Ia hanya mengenakan topeng dan topi saja.

“Sepertinya Anda baik-baik saja Mr. Osaki, apa ada hal baik yang terjadi pada Anda hari ini?" tanya Rain dengan suara yang disamarkan menjadi lebih berat dan lebih dalam.

“Itu, tidak ada apa-apa hanya hal kecil yang mampu membuatku senang, karena dengan memiliki senjata darimu, aku mungkin bisa mengalahkan musuhku dalam bisnis," jelas Mr. Osaki.

“Penjelasan Anda seperti orang yang baru saja lepas dari keputusasaan Mr. Osaki, apa rival Anda dalam bisnis termasuk orang yang kuat?" tanya Rain.

“Dia kuat sekali, bahkan sangat kuat, dia bahkan kerap memenangkan tender-tender besar, kuakui dia sangat jenius walaupun masih sangat muda, namun aku tak begitu menyukai sifat angkuh dan otoriternya," jelas Mr. Osaki lagi.

“Dia seorang pebisnis muda?" pancing Rain.

“Ya dia seorang pebisnis muda, tapi dia begitu sukses karena kejeniusannya dalam berbisnis, tapi sayangnya dia begitu sombong dan terlalu memandang rendah orang-orang, sehingga aku muak melihatnya," jawab Mr. Osaki.

Galaksi dan Jupiter hanya mampu menahan tawa hingga mereka rela sampai perut mereka sakit. Tentu saja mereka berusaha mati-matian menahan tawa mereka agar tak meledak, karena mereka mengetahui siapa yang dimaksud.

“Karena kita sudah bertemu dan tanpa perlu basa-basi lagi, serahkan barang pesananku," ujar Mr. Osaki.

“Tidak bisa, serahkan dulu uangnya baru aku akan menyerahkan barangnya," tolak Rain.

“Bagaimana jika diserahkan bersamaan?" Galaksi memberi usul mengambil jalan tengah.

Dan sepertinya disetujui oleh kedua belah pihak, tetapi saat mereka hendak menyerahkan koper tersebut Rain memberikan kode pada anak buahnya. Tiba-tiba saja terdengar suara.

DOR...

DOR...

DOR...

Satu peluru anak buah Rain langsung melesat ke arah anak buah Mr. Osaki dan menumbangkan beberapa anak buah Mr. Osaki.

Hal itu membuat Mr. Osaki geram dan memerintahkan anak buahnya untuk melancarkan serangan balasan.

Terjadilah adegan baku tembak di pelabuhan itu, cukup lama mereka saling menyerang satu sama lain hingga akhirnya pertarungan pun dimenangkan oleh pihak Rain yang mampu melesatkan pelurunya tepat para titik organ vital Mr. Osaki.

Dan pelakunya adalah Rain sendiri.

“Wow, aku tak percaya kita membuat kekacauan ini!" ucap Jupiter.

“Dengar kalian semua, cari orang-orang yang tersisa dan ringkus mereka, bawa mereka ke markas kita, sisanya urus jasad-jasad itu, buang mereka ke laut, termasuk pimpinan mereka. Pastikan lakukan dengan rapi dan bersih tanpa meninggalkan satu jejak pun, sekali pun itu sidik jari kalian—"

“— dan apabila kalian gagal dalam misi ini. Nyawa kalianlah yang menjadi gantinya, Paham, kalian?!"

“Paham, Bos!" jawab para anak buah Rain.

Rain, Galaksi, dan Jupiter meninggalkan pelabuhan. Tentu saja diikuti oleh beberapa anak buah yang merangkap sebagai bodyguard.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam sebuah mobil meledaklah tawa Jupiter dan Galaksi.

“Sungguh yang tadi itu lucu sekali. Ha-ha-ha.." ujar Galaksi sambil tertawa dan memegangi perutnya.

“Dengan penuh semangat ia menjelaskan ciri-ciri musuh tanpa tahu bahwa yang ia sebutkan adalah musuh yang ia maksud, benar-benar bodoh," sambung Jupiter.

Sementara Rain hanya berdecak kesal. Bisa-bisanya manusia sampah itu ingin membunuh dan mengalahkannya.

“Aku akan pulang, dan nanti lanjut ke club, aku butuh minum untuk menyegarkan pikiran," ujar Rain.

“Kalau begitu kami ikut!" ucap Galaksi dan Jupiter.

Mobil terus melaju menuju kediaman pribadi Rain. Mereka akan melepas penat malam ini.

Visualisasi Jupiter, Aurora, dan Sunny

Amanda Aurora Devina

Sunny Adelia Sullivan

Richardo Jupiter Angkasa

TBC

Terpopuler

Comments

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

rainconda, lidah ANNAconda apakah perempuan punya ? 🤣

2024-10-03

0

。𝄟≛⃝乚ίɴλᵐʳˢ•ᵒᵗᵗᵉʳ♡༢࿔ྀુ。

。𝄟≛⃝乚ίɴλᵐʳˢ•ᵒᵗᵗᵉʳ♡༢࿔ྀુ。

Kesini saja, banyak aqua disini. Teh pucuk juga ada

2023-10-26

1

。𝄟≛⃝乚ίɴλᵐʳˢ•ᵒᵗᵗᵉʳ♡༢࿔ྀુ。

。𝄟≛⃝乚ίɴλᵐʳˢ•ᵒᵗᵗᵉʳ♡༢࿔ྀુ。

Wah di buang ke laut, bakal kenyang itu para hiu

2023-10-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!