Happy Reading!
Rain sedang duduk di kursi kebesarannya, matanya terfokus pada laptop yang menampilkan deretan angka, yang mampu membuat tebal kantongnya.
Galaksi hanya melihat sahabatnya yang mirip dengan robot itu. “Dasar robot pekerja," pikirnya.
“Mengapa kau berdiri di sana?" tanya Rain.
“Baru saja aku mendapat telepon, dari pihak Adijaya Group ingin membuat janji makan siang denganmu."
“Tolak saja, aku tidak berminat, dia ingin aku menanamkan saham di perusahaannya plus menjodohkan anaknya yang mirip dengan ulat bulu itu denganku," jawab Rain.
“Wah! Padahal dia sangat cantik dan sexy, tapi kau menolaknya, Dude," ujar Galaksi.
“Dia bukan seleraku lagi pun keluarganya berada jauh di bawahku, apa lagi tujuannya jika bukan asetku dan keluargaku?" jawab Rain. Galaksi hanya mengangguk saja. Alasan sahabatnya sangat masuk akal.
“Ada lagi?" tanya Rain kembali.
“Sebenarnya nanti siang ada ajakan makan siang untukmu, dari seorang wanita, ehmm siapa namanya tadi, ah Audrey, ya dia membuat janji denganmu, kan?"
“Batalkan!" jawab Rain.
“Huh, apa? Tidak-tidak janji ini sudah lama dibuat, Rain," desah Galaksi.
“Aku bilang batalkan!"
“Kau sudah bilang kau akan membiayai, pemotretan untuk produk kosmetik ini," jelas Galaksi.
“Aku tetap membiayai, tapi untuk janji makan siang, bisa kau batalkan saja?" pinta Rain.
“Kau tahu dia seperti gadis sakit jiwa, membuat janji dengan memaksa, dan dia sampai hati membentakku," jelas Galaksi.
“Itu bukan urusanku, dan kau bilang kau dibentak oleh perempuan seperti itu? Satu lagi, aku tidak percaya bahwa dia masih seorang gadis," jawab Rain.
“What the— dari mana kau bisa bilang begitu?" tanya Galaksi.
“Feeling-ku tak pernah salah, jika kau tak percaya, kau bisa mencobanya, mungkin," jawab Rain.
Galaksi mendengus, memang harus ia akui jika sahabatnya ini memiliki insting yang tidak main-main.
“Lalu aku harus menghubunginya begitu?" tanya Galaksi.
“Jika kau masih bertanya, lalu apa tugasmu sebagai sekretaris sekaligus tangan kananku?"
“Sialan, bibi itu seperti monster, Rain. Aku tak ingin menjadi korban bentakannya yang kedua kali," keluh Galaksi.
“Itu resiko yang harus kau tanggung. Sekarang keluarlah, Aku harus bekerja!" usir Rain.
“Tunggu dulu!" tahan Galaksi.
“Apa lagi?"
“Kau harus bertemu dengan Mr. Osaki malam ini. Beliau ingin barangnya diambil hari ini. Nanti ia akan datang bersama anak buah di pelabuhan xxx" jelas Galaksi.
“Hmm... Kalau begitu siapkan anak buah kita juga, pastikan dia membawa nominal uang yang sesuai, jika tidak, mungkin kita akan memberikan sedikit pertunjukan!" perintah Rain pada Galaksi.
“Okay, baiklah," jawab Galaksi.
Galaksi keluar dari ruangan Rain dan kembali ke mejanya.
Sepeninggal Galaksi, Rain memijit pangkal hidungnya. Hidupnya sudah terbiasa dikelilingi banyak wanita, tapi hingga saat ini belum ada yang mampu menarik perhatiannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Galaksi berusaha mati-matian untuk tidak mengucapkan kata-kata terlarangnya pada sang klien. Salahkan Rain yang seenak jidatnya membatalkan janji padahal sudah dibuat lama.
“Ya itu sudah menjadi keputusan Presdir, kami mohon maaf." ujar Galaksi sebelum akhirnya memutuskan sambungan teleponnya.
“Huh, benar-benar mengerikan, kuharap tidak membuatku beruban setelah menerima telepon dari bibi-bibi itu," gumam Galaksi.
Ia segera melanjutkan pekerjaannya dan mengatur untuk pertemuan malam nanti disebuah pelabuhan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Rain keluar dari ruangannya, ia berkeliling bermaksud, mengecek kinerja para karyawan. Seperti biasa, saat sedang jam kerja, ada yang serius dalam bekerja ada pula yang hanya menggosip saja, terutama kaum hawa, meski pun kaum Adam juga ada yang suka bergosip di jaman sekarang.
Rain merasa geli sekaligus jengkel, bisa-bisanya mereka tidak dengan giat hanya mulut saja yang bekerja, tapi tangan tidak. Ah, tangannya pun juga bekerja tapi hanya untuk makan snack.
“Ekhm... Aku menggaji kalian untuk bekerja, bukan untuk makan camilan dan bergosip saja, jika aku masih melihat kalian dalam mode malas bekerja, aku tidak segan-segan untuk memecat kalian, mengerti!" ucap Rain dengan tegas.
“Siap. Mengerti. Kami minta maaf, Presdir," ucap para karyawan. Mereka langsung bergerak cepat untuk fokus ke layar komputer masing-masing, dan mengerjakan tumpukan dokumen.
Rain hanya berlalu ketika mendengar jawaban dari para karyawannya.
“Mereka selalu membuatku sakit kepala, setiap hari," gumam Rain.
Semua gerak-gerik Rain ternyata tak lepas dari pandangan salah satu karyawan yang menatap penuh minat ke arahnya.
“Tampan sekali, benar-benar tipe idealku. Aku harus mendapatkannya!" gumam karyawan itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pada siang hari tepatnya hampir istirahat siang, Galaksi dikejutkan dengan kedatangan seseorang wanita. Tatapannya yang tajam dengan alis yang menukik, menandakan ingin memuntahkan amarah.
“Selamat siang, Nona. Ada yang bisa dibantu?" tanya Galaksi yang masih mengindahkan sopan santun.
BRAAAAK....
“YAK, APA MAKSUDMU MEMBATALKAN JANJI MAKAN SEENAKNYA SEPERTI ITU, BUKANKAH JANJI ITU SUDAH LAMA DIBUAT, HUH?!" ujar seorang tamu dengan tidak sopannya.
Galaksi sudah menduga jika model tersebut pasti tidak terima janjinya dibatalkan secara mendadak, tapi ia tidak pernah memperkirakan kedatangan model cantik yang sedikit tidak waras tersebut.
Galaksi mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkan kembali sebelum menjawab, “Saya minta maaf sebelumnya, tapi saya hanya menjalankan perintah langsung dari Presdir."
“APA KAU TIDAK BISA MENAHANNYA AGAR DIA TIDAK MEMBATALKAN JANJI?!" tanya model tersebut.
“Saya sudah berusaha agar beliau tidak membatalkan janji, tapi tetap tidak bisa, karena keputusan beliau adalah mutlak," jawab Galaksi.
“BERSIKAP PROFESIONAL SAJA TIDAK BISA, DASAR SEKRETARIS TAK BECUS!" umpatnya pada Galaksi.
Mendengar suara keributan membuat Rain mengerang sakit kepala. Ia kemudian keluar dari ruangannya.
“Ada apa ini?" tanya Rain.
“Maafkan saya atas ketidaknyamanan Anda karena keributan ini, Presdir, tapi model ini masih saja bersikeras. Beliau tidak terima Anda membatalkan janji makan siang," lapor Galaksi.
Rain hanya menatap remeh sembari menyeringai.
“Beginikah standar perilaku seorang model papan atas?" tanya Rain. Meski pelan, tapi nada bicaranya sangat meremehkan.
“Kupikir setelah mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki karir yang bagus dapat membentuk attitude seseorang menjadi lebih berkelas, tapi ternyata aku salah," kata Rain lagi.
Model itu hanya terdiam bak patung, melihat aura Rain yang menakutkan, tak mampu membuatnya berkutik. Tubuhnya serasa menggigil tiba-tiba.
“Mengapa kau datang ke mari, bukankah semua sudah jelas bahwa permintaanmu kutolak?" tanya Rain lagi.
“Akan tetapi, mengapa?" tanya model itu, atau kalian bisa memanggilnya Audrey.
“Mengapa, apanya yang mengapa?"
“Mengapa kau menolaknya, Rain?" tanya Audrey.
“Karena aku memang tidak ingin, jadi untuk apa aku menerimanya, dan lancang sekali mulutmu hanya memanggil namaku, seolah kita sudah lama mengenal?" jawab Rain dengan pertanyaan sekaligus menyindir.
“Bukankah seseorang yang telah berjanji itu harus menepatinya?" tanya Audrey lagi. Rain hanya tersenyum remeh.
“Dengar Nona, yang terpenting aku tetap akan menanggung biaya pemotretan untuk produk nanti, bukan? Ah, atau kau harus memilih aku akan makan siang denganmu, tapi aku tidak jadi membiayai peluncuran produknya?—"
“—sebagai dampaknya mungkin kau akan putus kontrak kerja dan citramu akan buruk karena dianggap tidak profesional, lalu karirmu akan hancur, begitu?" ujar Rain.
“Kau tidak bisa melakukan ini padaku!" pekik Audrey.
“Tentu saja aku bisa. Aku adalah penyumbang dana terbesar untuk peluncuran produk ini, jika kau berbuat nekat, aku bisa membatalkan kerjasamanya, dengan alasan model yang mereka pakai membuat kegaduhan di perusahaanku. Kira-kira mana yang akan mereka pilih?—"
“— mempertahankan model dengan attitude buruk sepertimu, atau mempertahankan aku sebagai penyumbang dana terbesar?" tanya Rain.
Audrey bungkam seketika, seharusnya ia sadar siapa yang tengah menjadi lawannya saat ini.
“Jika kau tak ingin beritamu tersebar dan mendapat malu, silahkan angkat kaki dari tempat ini!" perintah Rain tegas.
Audrey yang sudah terlanjur malu pun segera keluar meninggalkan kantor milik Rain, hal itu membuat Galaksi menghela nafas lega.
“Aku sudah bilang bukan dia itu sakit jiwa," ucap Galaksi sambil terduduk di kursi dan memijit pelipisnya.
“Itu semua tetap salahmu mengapa kau tak bisa menangani atau bahkan mengusir pasien rumah sakit jiwa." sahut Rain kemudian berjalan memasuki ruangannya.
“ITU KARENA AKU BUKANLAH DOKTER SPESIALIS JIWA, SIALAN!" umpat Galaksi memaki Rain.
Helena Audrey
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
para artis Drakor bertebaran 😍😍😍😍❤️❤️❤️❤️❤️
2024-10-03
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● °°~°°Dita Feryza🌺
udah pengalaman si rain ya
2023-10-25
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● °°~°°Dita Feryza🌺
wohhh keren bahasanya
2023-10-25
0