" Kejadian memang seperti itu Kak, berarti dia akan sakit terus dong. Ucap Deni.
" Ya begitulah sayang, Deni dengerin ceritanya lagi ya." ucapnya dan Deni pun mengangguk.
" Dia memang pandai mengambil hati anak kecil, sampai-sampai Deni pun bisa lulu dengannya. Dia sangat berbanding terbalik dengan Tevi, Tevi tidak bisa mengambil hati Deni, walaupun keduanya sudah lama perkenalkan." batinnya yang tanpa sadar tersenyum.
" Semenjak saat itu, setiap Wawa berbohong ia pun jatuh sakit. Suatu hari ia juga tidak kapak, hingga ia pun melancarkan aksinya lagi. Dan kali ini korbannya adalah seorang preman, tetapi ia tidak mengetahui kalau targetnya itu seorang preman." jelasnya.
" Wah korbannya preman." ucap Ardi yang memang sengaja melakukan hal itu, dengan tangannya terus mengelus kepala Deni.
" Kenapa Pak Ardi bertingkah seperti itu ya, ah mungkin saja agar suasana tidak garing." batin Azilla.
Keduanya terus bertatap, dan keduanya sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Tiba-tiba terdengar suara dengkuran, dan suara itu mengagetkan keduanya. Kini Ardi pun langsung melihat ke arah Deni, dan ia pun tersenyum melihat keponakannya itu.
" Deni sudah tidur." ucap Ardi.
" Iya Pak, emm gimana ya ngomongnya." ucapnya yang ragu.
" Kau ingin kembali tidur lagi bukan, maaf ya sudah merepotkanmu." ucap Ardi.
" Tidak masalah Pak, ini juga sudah tanggungjawab saya." ucapnya.
" Ucapanmu mengatakan tidak masalah, tetapi pastinya kau sangat lelah. Kalau begitu kau silakan istirahat kembali, besok pagi jangan sampai lupa." ucap Ardi.
" Bapak tenang aja, saya akan melakukan tanggungjawab saya dengan sebaik-baiknya." jawabnya dengan tersenyum.
" Saya percaya sama mu, selamat istirahat." ucap Ardi kemudian mematikan sambungan telepon.
" Syukurlah sudah mati, sangat mengganggu tidur ku saja. Untungnya semua karena Deni, kalau bukan mungkin aku sudah marah besar." ucapnya.
Kini Azilla pun melanjutkan tidurnya kembali, karena waktu memang sudah malam.
...----------------...
Suara ayam berkokok, pertanda waktu pagi telah tiba. Kini ia dan juga Ibu serta adiknya sudah bangun, mereka pun mempersilahkan dagangan. Seusai itu Azilla pun segera bersiap, karena hari ini ia harus datang pagi.
" Bunda, Kakak berangkat dulu ya." ucapnya dengan menyalami Bundanya.
" Kenapa berangkat sepagi ini?" tanya Bunda yang penasaran.
" Iya Bun, hari ini Kakak harus menemani CEO untuk bertemu dengan klien." jawabnya dan membuat Bundanya kaget.
" Mengapa kau bisa bersama dengan CEO, bukannya hanya magang di sana ya?" tanya Bunda.
" Iya Bunda, Kakak memang hanya magang di sana. Tetapi posisi Kakak menjadi asisten pribadi." jawabnya.
" Kenapa bisa kesana, bukankah kemarin kata Kakak di bagian keuangan?" tanya Bunda yang penasaran.
" Awalnya Kakak memang di bagian keuangan Bun, tetapi tiba-tiba Kakak di pindahkan ke bagian asisten pribadi." jelasnya.
" Oh ternyata begitu rupanya, tetapi Bunda masih bingung. Kenapa Kakak harus pergi bersama CEO?" tanya Bunda yang memang masih penasaran.
" Itu semua karena asisten yang asli yang bernama Pak Fahmi, ia sedang di utus untuk mengecek kantor cabang di luar kota Bun. Jadi mau tidak mau Kakak harus ikut bersama dengan CEO, doain Kakak ya Bun." ucapnya dengan tersenyum.
" Bunda akan selalu mendoakan mu, semangat kerjanya ya sayang." ucap Bunda.
" Iya Bunda." jawabnya dengan pergi meninggalkan Bundanya.
Azilla pun segera berangkat ke kantor, kini ia sampai terlalu pagi. Hingga satpam menanyainya, karena tidak pernah ada orang yang datang sepagi ini.
" Selamat pagi Mbak Azilla." sapa Bagus.
" Pagi juga Pak." jawab Azilla.
" Mbak ngapain datang sepagi ini?" tanyanya yang penasaran.
" Saya memang harus datang pagi Pak, karena ada janji untuk bertemu dengan klien." jawabnya.
" Bertemu dengan klien, bukannya Mbak anak magang ya?" tanya Bagus
" Iya, saya menemani Pak Ardi." jawabnya.
" Oh iya, Pak Fahmi sedang di luar kota ya. Tapi biasanya Pak Ardi sendiri juga bia…" ucapnya yang tiba-tiba terhenti karena mendengar suara klakson mobil Ardi.
" Saya duluan ya Pak, Pak Ardi uda jemput." ucapnya kemudian langsung naik ke mobil Ardi.
" Kau sedang bicara apa dengan satpam itu?" tanyanya yang posesif.
" Ini perasaanku aja, atau memang Pak Ardi posesif padaku ya. Tapi sepertinya nggak mungkin deh." batinnya.
" Saya bertanya sama mu." ucapnya kembali.
" Nggak ada ngomong apa-apa kok, cuma tadi satpam itu heran karena saya datang pagi Pak." jelasnya.
" Oh rupanya gitu, tapi jangan sering ngobrol sama dia." ucapnya dengan ekspresi cuekin dan pandangannya terus menatap ke depan.
" Baiklah Pak." jawabnya.
Suasana menjadi hening setelah itu, kemudian tidak berapa lama. Akhirnya mereka tiba di sebuah restoran, dan mereka pun segera turun dari mobil. Kini mereka berjalan masuk, dan ternyata mereka sudah di tunggu oleh klien.
" Itu meja kita, dan klien kita sudah menunggu. Saya mau ke toilet dulu." ucapnya dan Azilla pun mengangguk.
Ardi segera pergi menuju toilet, dan Azilla pun segera menuju meja yang di tunjuk oleh Ardi. Alangkah kagetnya ia ketika melihat klien yang ia temui.
" Aku kira siapa, ternyata anak yatim toh yang datang." ucap wanita itu yang merupakan perwakilan perusahaan klien Ardi.
" Memangnya kenapa kalau aku anak yatim, lagian itu semua nggak ada urusannya sama mu." jawab Azilla.
" Tentu ada, karena kau merusak pemandangan. Seharusnya anak miskin dan yatim seperti mu nggak berhak ada di restoran ini, ini tuh restoran mahal." ucapnya dengan mendorong Azilla.
" Ini itu tempat umum, jadi nggak masalah siapapun yang masuk. Dan kau nggak berhak mengatur aku, karena kau bukan siapa-siapaku." ucap Azilla.
" Dasar nggak tau diri, kau itu anak pamanku. Yang dulunya hidup mewah, tapi sekarang kau bukanlah kau yang dulu. Jadi jangan sombong, karena kau bukan siapa-siapa lagi. Kau sudah jatuh miskin, dan juga nggak punya Ayah." ucapnya.
" Cukup Dandelion, aku memang bukan aku yang dulu. Kau boleh menghina aku, tapi jangan pernah bawa-bawa tentang keluargaku, aku nggak akan pernah terima." ucapnya yang sudah emosi.
" Hahaha, kau mau emosi. Oh tidak bisa, karena kau sudah bukan siapa-siapa lagi. Akulah orang yang berkuasa, dan kau akan pergi dari sini." ucap Dandelion dengan sombongnya.
" Kau sangat keterlaluan." ucap Azilla.
" Aku keterlaluan, itu adalah sesuatu yang pas untukmu. Pelayan cepat kesini." ucap Dandelion dengan sombongnya.
Dua orang pelayan pun datang, dan mereka segera ingin mengusir Azilla dari restoran tersebut. Karena mereka mengetahui kalau Dandelion adalah anak dari pemilik Yudi company, yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di kota itu. Dan pelayan itu segera ingin mengusir Azilla.
" Siapa yang berani mengusirnya." ucap Ardi yang baru saja datang.
# Ikuti terus kelanjutannya dan jangan lupa like, share, komen serta selalu dukung nafras ya teman-teman. Dan baca juga karya-karya nafas yang lain.
1. Naura Abyasya
2. Rela Walau Sesak
3. Sepahit Sembilu
4. Derai Yang Tak Terbendung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments