Bab 5. Dihina Si Tikus Besar

"Oh iya, iya Bu. Bapakku meski orang desa tetapi rezeki kota, punya banyak kenalan pengusaha di kota. Pandai berbisnis. Mana ada di sini orang bisa memiliki supermarket, hanya Bapakku. Aku bangga deh," puji Johar sembari melirik Yani yang sedari tadi hanya menunduk, tak tergoda sedikit pun untuk melihat si Johar.

"Kamu juga Yan harus siap-siap menjadi istri Nak Johar. Dia mahasiswa seperti kakakmu Deni, dan anak orang kaya. Nanti jika kekayaan kita disatukan dengan kekayaan Juragan Darmin takkan habis tujuh turunan. Daripada dengan si anak orang miskin itu!" ujar Amih Iah.

Mendengar kata-kata mertuanya seperti itu Kosim sangat kesal. Tak sadar dia menepiskan jemarinya dan mengenai plafon para-para rumah menimbulkan suara plak.

"Ada apa di para Bu?" tanya Johar terkejut saja mendengar suara mencurigakan.

"Wah bukan apa-apa apalagi siapa-siapa. Palingan itu mah tikus. Di sini memang banyak tikus, tikus besarnya ada satu tapi sekarang lagi disuruh belanja ke pasar kota kecamatan. Tenang aja Nak Johar enggak usah takut, ada ibu!" ujar Amih Iah.

Deg!

Kosim benar-benar tak rela disebut tikus besar. Sungguh kurang ajar tuh mertua betina, pikir Kosim.

"O iya, jangan dibiarkan tikus berkeliaran di sekitar rumah Bu, bahaya. Apalagi itu tikus yang besar, segera saja basmi pakai racun biar mampus sekaligus!" timpal Johar.

Untuk kedua kalinya jantung Kosim serasa ditusuk belati tajam.

"Kurang ajar kau Johar! Awas ya!"

Kosim mengancam Johar dalam hatinya walaupun dia sadar takkan mudah menghadapi si Johar. Rata-rata pemuda kampung dan desanya pro kepadanya karena si Johar kerap membagi-bagi uang kepada ceesnya.

Warga pun tampak segan karena melihat orangtuanya sebagai orang terpandang, orang kaya, dan suka membagi-bagikan sembako kepada warga.

"Yang pasti aku katakan sekali lagi akan tetap sabar agar bisa bersatu dengan Non Yani, Mih. Asal tahu saja, gadis di kampung sini, di desa sini, di kecamatan ini, belum mahasiswi di kampus pada ngiler kepada Johar. Tapi Johar masih jual mahal karena hati Johar hanya untuk Non Yani," ujar Johar promosi diri yang membuat hati Yani benar-benar sebal.

"Itulah sebabnya sampai kapan pun engkau takkan mendapatkanku Har. Apalagi aku kini suah bersuami. Pamer kamu menyebutkan banyak gadis yang berharap padamu menunjukkan bahwa jika rumah tangga dengan kamu bakal banyak dirongrong pelakor!" gumam batin Yani.

Sedangkan Kosim yang masih berada di langit-langit rumah sontak menengadahkan tangan, berdoa kepada Yang Kuasa semoga dirinya dikuatkan atas cobaan ini dan sang istri tak silau melihat harta kekayaan dari si pria yang tengah berusaha menjadi pewanor alias perebut wanita orang.

"Tabahkan hatiku ya Tuhan dari cobaan ini, demikian pula istriku agar kuat menahan godaan harta benda si pewanor itu," bisik hati Kosim.

"Tuh dengerin Yan. Orang lain mah berebut mau jadi ratu Den Johar, di kampung, di desa, di kampus. Pasti mereka cantik-cantik, tetapi ternyata Den Johar tak tertarik. Kamu dengar tadi Den Johar hanya tertarik oleh kamu. Mengapa? Ya karena kamu juga tak kalah cantik. Iya kan Nak Johar?" tutur Amih Iah, menyebut Johar terkadang Nak Johar terkadang Den Johar.

"Iya Mih. Kasihan wanita secantik Yani yang bak bidadari dari Kahyangan dipersunting pemuda tengil yang rada-rada sinting," kata Johar tanpa tedeng aling-aling.

"Brak!" di langit--langit tedengar seperti benda jatuh mengenai plafon rumah.

Johar menengadah ke langit-langit rumah di ruang tamu itu.

"Jangan-jangan itu tikus besar Mih?"

"Wah enggak mungkinlah, lagi disuruh ke pasar kecamatan. Tenang aja!" rajuk Amih Iah.

Sementara Yani sudah tak tahan mendengar hinaan dari si Johar yang amat sombong menyebut suaminya tikus besar yang harus diracun, tengil, dan rada-rada sinting.

Seketika Yani bangkit dari tempat duduknya dan pergi lalu masuk ke kamarnya dengan menutup pintu keras-keras lalu dikunci dari dalam.

"Sabar ya Den Johar, sabar. Biar nanti Ibu bujuk. Kurang ajar tuh anak tak tahu di untung, tak mau disayang sama orangtua. Orangtua begini hanya demi anaknya, demi kebahagiaan anak," ujar Amih Iah sembari menangkupkan kedua telapak tangannya seolah tengah meminta maaf atas kesalahan yang besar.

"Tidak apa-apa Mih, Bu. Johar maklum. O iya Johar mau pamit. Mungkin Deni masih tidur, kapan-kapan Johar ke sini lagi. Ini ada sedikit buah tangan untuk Ibu dan Yani, tapi mohon disimpan rapi jangan sampai dimakan tikus, terutama tikus besar yang lagi belanja ke pasar. Johar tak rela kalau kemakan tikus besar itu," ujar Johar sambil menyodorkan tas bermerek supemarket milik ayahhnya.

"Tuh belum apa-apa sudah banyak memberikan buah tangan, apalagi kalau sudah bersatu menjadi suami istri, pasti segala keinginan Yani dan Ibu diperhatikan," puji Amih Iah.

"Ya doakan sajalah Bu cepat terwujud. Doa orangtua itu biasanya cepat terkabul, mujarab, kata Pak Kiai mah," tambah Johar merasa amat tersanjung.

"Aamiin...." ujar Amih Iah mengaminkan doa Johar.

"Marduuud......" gumam 'si tikus besar' di atas langit-langit para rumah usai mendengar percakapan orang yang di bawah.

Kosim yang oleh Amih dan Johar dihina 'si tikus besar' tahu arti mardud ketika mendengarkan ceramah bapak mertuanya bahwa mardud itu artinya ditolak, lawan kata dari makbul yang artinya diterima.

"Ya begitu aja ya Mih. Johar permisi," Johar pamitan.

"Iya, iya, salam untuk Juragan Darmin dan Ibu ya Nak Johar," tutur Amih Iah.

"Iya Bu," balas Johar.

Namun langkah Johar terhenti seketika karena ada yang memangil namanya, ternyata Deni. Dia baru bangun usai mendengar benturan pintu keras yang ditutup oleh adiknya Yani.

"Jo, ngapain pulang?" sapa Deni.

"Elo ke mana aja gue udah nunggu lama, iya kan Mih?" ujar Johar manja.

Amih mengangguk hormat. Dia begitu senang dan bahagia melihat keakraban Johar dan Deni, apalagi kalau sudah menjadi saudara ipar, pastilah keakraban mereka bakal lebih kuat.

"Sori, gue ketiduran, semalam begadang," ujar Deni.

"Masuk aja lagilah!" ajak Deni.

"Wah udah dari tadi gue. Mending elo aja ikut gue ke rumah, mau apa mau apa, bebas!" tawar Johar.

"Boleh juga tuh. Ya ayo!" ujar Deni.

Deni lantas masuk kamar dulu mengambil jaket dan topi, serta dompet. Lalu permisi kepada sang ibu yang dengan senang hati memberikan izin.

"Hati-hati aja kalian di jalannya ya, jangan main HP sambil naik motor, bahaya!" nasihat Amih Iah.

Johar menghidupkan mesin motor dan dipanaskan beberapa menit lalu Deni naik di belakang. Tak lama kemudian Johar melajukan motor dengan kencang dan sesekali zigzag dengan mempermainkan tuas gas kayak di arena balap.

Masih kesal dengan ulah Yani, Amih Iah segera mengetuk pintu kamar Yani dengan amarah memuncak tiada tara.

"Yani! Buka pintunya! Anak durhaka kamu!" ujar Amih Iah sambil menggedor-gedor pintu kamar putrinya.

Mendengar makian dengan menyebut anak durhaka, Yani sangat ketakutan. Yani memang sangat takut dengan ancaman anak durhaka karena begitulah yang ditanamkan kedua orangtuanya bahwa katanya apa pun kata orangtua harus diturut.

Bedanya kalau kata Pak Haji Soleh apa yang dikatakan oleh orangtua harus dituruti, ditaati, sepanjang itu tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Sedangkan kata ibunya, apa pun kata orangtua harus diturut sebab tidak akan ada orangtua yang tidak ingin anaknya tidak bahagia walaupun faktanya harus menyakitkan.

Contohnya tentang upaya ibunya akan menjodohkan dia dengan Johar anak orang kaya meski dia telah bersuami, secara fakta mungkin menyakitkan tetapi kalau dipikir lebih jauh akan membahagiakan karena Yani bakal bersuamikan anak orang kaya daripada dengan si Kosim anak orang miskin.

Satu hal lagi Yani tak ingin menyakiti hati orangtuanya walaupun itu sangat sulit. Seperti tadi saat ia bangkit dari duduk lalu meninggalkan ibunya dan Johar, hati kecil Yani tak mengizinkan. Namun apa boleh buat, dia sangat jijik mendengar omongan Johar yang sangat melukai hatinya.

Ada kebimbangan dalam hati Yani, apakah membuka pintu atau jangan. Dibuka pasti dia bakal menerima omongan tajam dari ibunya. Tidak dibuka, pasti ibunya bakal terus menggedor pintu, bahkan tak mustahil main dobrak!

(Bersambung)

Episodes
1 Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2 Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3 Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4 Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5 Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6 Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7 Bab 7. Mengajak Pindah
8 Bab 8. Terpaksa Berbohong
9 Bab 9. Mabuk Berat
10 Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11 Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12 Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13 Bab 13. Kompak Mandi Besar
14 Bab 14. Bersilat Lidah
15 Bab 15. Dicurigai
16 Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17 Bab 17. Hasrat yang Hilang
18 Bab 18. Demi Kemanusiaan
19 Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20 Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21 Bab 21. Dihina Habis-habisan
22 Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23 Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24 Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25 Bab 25. Melawan
26 Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27 Bab 27. Tak Terpengaruh
28 Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29 Bab 29. Diketahui Mata-mata
30 Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31 Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32 Bab 32. Doa Dapat Momongan
33 Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34 Bab 34. Asisten Kompor
35 Bab 35. Bisikan Jahat
36 Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37 Bab 37. Misi Balas Dendam
38 Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39 Bab 39. Tak Melawan
40 Bab 40. Masih Hidup
41 Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42 Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43 Bab 43. Dihajar Dongkrak
44 Bab 44. Pemuda Idaman
45 Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46 Bab 46. Cinta Buta
47 Bab 47. Jadi Permen Saja
48 Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49 Bab 49. Kerja Sama
50 Bab 50. Diperas
51 Bab 51. Dirayu
52 Bab 52. Diborgol
53 Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54 Bab 54. Terkejut
55 Bab 55. Hamil
56 Bab 56. Menangis
57 Bab 57. Bagi-bagi Duit
58 Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59 Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60 Bab 60. Keceplosan Bicara
61 Bab 61. Nungging
62 Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63 Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64 Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65 Bab 65. Pulang
66 Bab 66. Mendadak Kangen
67 Bab 67. Tak Mau Dijemput
68 Bab 68. Dibuntuti
69 Bab 69. Tumbang
70 Bab 70. Berembuk
71 Bab 71. Didatangi Suami
72 Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73 Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74 Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75 Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76 Bab 76. Menemukan Sandal
77 Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78 Bab 78. Godaan Sang Istri
79 Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80 Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81 Bab 81. Bisikan Gaib
82 Bab 82. "Toloooong...!"
83 Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84 Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85 Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86 Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87 Bab 87. Terlacak
88 Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89 Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90 Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91 Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92 Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93 Bab 93. Ikatan Batin
94 Bab 94. "Papa Kejam!"
95 Bab 95. Jeritan Histeris
96 Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97 Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98 Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99 Bab 99. Bulan Madu Lagi
100 Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2
Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3
Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4
Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5
Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6
Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7
Bab 7. Mengajak Pindah
8
Bab 8. Terpaksa Berbohong
9
Bab 9. Mabuk Berat
10
Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11
Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12
Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13
Bab 13. Kompak Mandi Besar
14
Bab 14. Bersilat Lidah
15
Bab 15. Dicurigai
16
Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17
Bab 17. Hasrat yang Hilang
18
Bab 18. Demi Kemanusiaan
19
Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20
Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21
Bab 21. Dihina Habis-habisan
22
Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23
Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24
Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25
Bab 25. Melawan
26
Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27
Bab 27. Tak Terpengaruh
28
Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29
Bab 29. Diketahui Mata-mata
30
Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31
Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32
Bab 32. Doa Dapat Momongan
33
Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34
Bab 34. Asisten Kompor
35
Bab 35. Bisikan Jahat
36
Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37
Bab 37. Misi Balas Dendam
38
Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39
Bab 39. Tak Melawan
40
Bab 40. Masih Hidup
41
Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42
Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43
Bab 43. Dihajar Dongkrak
44
Bab 44. Pemuda Idaman
45
Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46
Bab 46. Cinta Buta
47
Bab 47. Jadi Permen Saja
48
Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49
Bab 49. Kerja Sama
50
Bab 50. Diperas
51
Bab 51. Dirayu
52
Bab 52. Diborgol
53
Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54
Bab 54. Terkejut
55
Bab 55. Hamil
56
Bab 56. Menangis
57
Bab 57. Bagi-bagi Duit
58
Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59
Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60
Bab 60. Keceplosan Bicara
61
Bab 61. Nungging
62
Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63
Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64
Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65
Bab 65. Pulang
66
Bab 66. Mendadak Kangen
67
Bab 67. Tak Mau Dijemput
68
Bab 68. Dibuntuti
69
Bab 69. Tumbang
70
Bab 70. Berembuk
71
Bab 71. Didatangi Suami
72
Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73
Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74
Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75
Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76
Bab 76. Menemukan Sandal
77
Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78
Bab 78. Godaan Sang Istri
79
Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80
Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81
Bab 81. Bisikan Gaib
82
Bab 82. "Toloooong...!"
83
Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84
Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85
Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86
Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87
Bab 87. Terlacak
88
Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89
Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90
Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91
Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92
Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93
Bab 93. Ikatan Batin
94
Bab 94. "Papa Kejam!"
95
Bab 95. Jeritan Histeris
96
Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97
Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98
Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99
Bab 99. Bulan Madu Lagi
100
Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!