Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah

Ya, Kosim amat tidak suka mertua perempuannya menyebut nama pria muda yang seumuran dengannya.

Itu tak lain karena selama ini si Johar kerap dibanding-bandingkan dengannya jika Amih Iah sedang marah atau kumat penyakit dengkinya kepada Kosim.

Siapa pun tahu kalau si Johar pemuda tampan dan karenanya wajar jika para gadis menyebutnya sebagai pria idaman. Tentu idaman untuk dijadikan teman hidup.

Bagi Kosim pun si Johar itu pria idaman, tetapi bukan idaman ingin hidup bersama, melainkan pria idaman bogem kepalan tangannya.

"Habis dia tak tahu diri, masih saja mau dibujuk-bujuk Amih. Padahal tahu kalau aku suami sahnya Yani," gumam batin Kosim ketika melihat perilaku si Johar.

Sama dengan Deni bahkan keduanya berteman, si Johar juga mahasiswa di kota, tetapi lebih banyak pulang kampungnya mengambil uang dari orangtuanya.

Bagi Johar dan Deni uang bagaikan tanah yang dengan mudah bisa didapatkan kapan pun mau.

Bahkan kini sudah berubah menjadi supermarket yang pembelinya hampir berdatangan setiap detik tiada henti. Makanya tak heran kalau Amih selalu bersemangat ingin menjodohkan Yani yang telah resmi menjadi istri Kosim dengan si Johar.

Kosim mencomot satu buah goreng pisang dan siap-siap disantap lalu sedianya akan diiringi dengan kopi panas bikinan sang istri.

"Pasti manis semanis wajah istriku," bisik hati Kosim. Namun belum juga angan-angannya itu kesampaian padahal sudah di depan mata, tiba-tiba terdengar teriakan Amih bak halilintar saat hujan besar.

"Kosiiim, sinih!" kata Amih Iah.

Goreng pisang yang sudah di tangan dan siap dilahap, kembali disimpan di atas piring. Kosim hanya mampu melihatnya, demikian pula kopi panas yang masih mengepulkan asap plus aroma penggodanya tak bisa segera dicicipi.

Kosim bangkit, lalu menghampiri Amih Iah.

"Ada apa ya Mih?" sahut Kosim dengan wajah kesal, maksud hati mencicipi gorengan dan air kopi, malah dipanggil nyonya besar si mudah gusar.

"Kamu tolong belikan Amih gula pasir, minyak goreng, dan telur," kata Amih.

"Iya, siap," sahut Kosim.

"Ntar dulu jangan bilang siap, siap, tapi tidak dilaksanakan!"

Kosim tak mengerti apa maksud omongan mertua galaknya ini. Wong perintah sudah jelas beli gula pasir, minyak goreng, dan telur, bahkan kantongnya pun sudah dipegang Amih.

"Maksudnya apa, Mih? Kan sudah jelas semuanya?"

"Dengarkan dulu! Kamu gimana sih kalau orangtua bicara dengarkan dulu jangan main potong begitu, emang kamu mau burungmu aku potong biar tidak ganggu anakku?" celoteh Amih membuat Kosim geleng-geleng kepala.

"Dipotong kan sakit Mih. Cobain potong dulu tuh hidung Amih!" ujar Kosim tak kalah gertak membuat ejekan. Tanggung terus dihina, Kosim berusaha menjaga harga dirinya.

"Apa kau bilang? Mau potong hidung saya?"

"Canda dong Mih."

Akhirnya Kosim mengalah.

"Ya sudah cepet kamu laksanakan perintah tadi. Ya, beli gula pasir, minyak goreng, dan terlur. Tapi ingat belinya harus di kota kecamatan!"

"Apaaa? Di sekitar warung sini kan banyak Mih?"

"Jangan protes. Kata Amih harus beli ke kota kecamatan, laksanakan!"

"Tapi mengapa tidak boleh beli di sekitaran sini yang dekat saja?"

"Baiklah kujelaskan pemuda tolol! Warung itu belinya dari pasar di kota kecamatan, tentu dengan harga murah karena mereka pengen punya laba. Jadi harga di sini akan beda dengan harga di pasar kecamatan. Jelasnya harga di pasar kecamatan akan lebih murah daripada harga di warung-warung sini. Paham?"

Kosim tak menyahut. Benaknya saja yang ngedumel. Lalu bertanya-tanya, apakah apa yang dikatakan mertuanya barusan benar atas perhitungan untuk mendapatkan harga lebih murah atau ada hal lain?

Kosim masih berpikir tentang hal itu. Kenapa sih orang sekaya Amih Iah masih memperhitungkan selisih harga di sini dan di pasar yang palingan beda seribu dua ribu rupiah?

Ini pasti ada rencana jahat yang tengah dirancang mertua perempuannya ini. Jarak dari sini ke kota kecamatan itu hampir 10 kilometer.

Akhirnya Kosim mengangguk tanda menyetujui perintah mertua perempuannya. Lalu Amih Iah memberikan tas untuk nanti Kosim membawa hasil belanjaan.

"Nih uangnya, nih tasnya!" kata Amih Iah.

Kosim melongo melihat mertua perempuannya memberikan uang selembar Rp 50.000. Mana mungkin cukup untuk membeli tiga barang dengan uang segitu, belum lagi ongkos ojek.

"Kenapa kamu malah diam bukannya segera pergi?"

"Ini mana cukup untuk membeli 1 kg gula pasir, 1 kg telur, 1 kg minyak goreng Mih. Belum lagi ongkos naik ojeknya," protes Kosim.

"Ya udah belikan secukupnya uang itu saja, mau setengah mau seperempat," kata Amih Iah makin menambah kecurigaan Kosim bahwa sesungguhnya mertuanya sedang mempermainkan dirinya kalau tak boleh dikatakan sedang menganiaya dirinya.

"Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus melawan," bisik Kosim.

"Ongkos ojeknya Mih kan ke pasar itu lumayan jauh ada sekitar sepuluh kilometer," kata Kosim pura-pura mengeluh jarak jauh.

"Enggak usah naik ojek segala. Jalan kaki saja biar sambi berolahraga. Olahraga itu penting biar tubuh tetap sehat!" kilah Amih Iah seperti yang benar saja menyayangi sang menantu.

"Ya iyalah Mih," timpal Kosim.

Dia menerima uang Rp 50.000 dan tas dari mertuanya. Namun tas itu disimpan di atas meja.

"Kok disimpan di atas meja?" tanya Amih dengan mata membulat.

"Mau buang air kecil dulu," balas Kosim sambil masuk kamar mandi.

Kosim tak mendengar lagi omongan mertuanya. Dia pun segera buang air kecil. Setelah beres, dia keluar dari kamar mandi. Di ruang dapur sudah tak tampak mertuanya.

Kosim mendekati ruang tengah, juga tidak ada. Kosim lantas memperhatikan ruang tengah dengan cermat untuk beberapa saat. Istrinya pun tak ada, namun tiba-tiba terlihat Amih Iah memasuki ruang tamu, diikuti oleh Yani.

"Hah? Ada apa di ruang tamu? Aku harus melihatnya!" gumam hati Kosim, makin yakin kalau mertuanya tengah mempemainkannya dengan menyuruh belanja jauh-jauh ke pasar kota kecamatan.

Mulailah Kosim beraksi. Dia bawa tas dari mertuanya ke dalam kamar kosong mirip gudang namun bukan gudang sepenuhnya, hanya tempat menyimpan barang-barang sederhana.

Akan tetapi di kamar ini ada lubang untuk naik ke atas para atau langit-langit rumah. Tak menungu waktu lama, Kosim menutup pintu kamar itu. Tadinya akan dikunci dari dalam, namun urung karena kalau Amih masuk ke kamar ini lalu di dalam dikunci, pastilah akan dicuriga ada orang.

Akhirnya Kosim tak mengunci pintu kamar kosong itu dari dalam. Dia hanya menutup rapat. Lalu dengan mudahnya dia menaiki tangga dan memanjat ke langit-langit rumah.

Dia mengendap-endap dengan hati-hati meniti kayu-kayu balok di atas langit-langit. Tak khawatir dengan penerangan karena cukup banyak celah cahaya masuk dari sela-sela genting.

Kosim sudah sampai di atas langit-langit atau plafon ruang tamu. Sudah mulai samar-samar terdengar pembicaraan di ruang tamu antara mertua wanitanya dan tamu yang entah siapa.

Kosim berusaha mencari lubang di plafon agar bisa melihat dengan jelas siapa gerangan yang sedang bertamu. Dasar lagi betuntung, Kosim menemukan sedikit bolongan plafon rumah, dan tampaklah sang tamu yang tak lain dan tak bukan dia adalah si Johar.

"Kurang ajar, si Johar!" hardik Kosim dalam hati, jantungnya berdegup kecang melihat si Johar dan akal-akalan mertuanya mencari cara agar Kosim menjauh, ternyata ini maksudnya.

"Jadi harap bersabar dulu Nak Johar. Jika saatnya sudah tiba, pastilah Nak Johar akan ibu sandingkan dengan putri ibu," ujar Amih Iah dengan suara lemah lembut.

Berbeda ketika berbicara dengan Kosim, mendadak urat lehernya bermunculan andai bicara penuh nafsu.

"Iya Bu. Johar akan tetap bersabar menunggu. Makanya Johar kerap ke sini menemui ibu itu sebagai tanda kangenku kepada Yani dan juga Ibu. Ditambah aku teman baik Deni," kata si Johar membuat Kosim serasa ingin muntah saja mendengarnya.

"Nah syukur kalau begitu. Dengar-dengar toko Juragan Darmin bapakmu sudah jadi supermarket?" tanya Amih Iah.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Hadimulya Mulya

Hadimulya Mulya

ini mantu dan suami gila,walo pun rupamu jelek to miskin yg penting nafkahi istrimu,krj cari uang walo jadi pemulung krj harga diri laki2 krj nyukupi kehidupan rumah ttg

2024-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2 Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3 Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4 Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5 Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6 Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7 Bab 7. Mengajak Pindah
8 Bab 8. Terpaksa Berbohong
9 Bab 9. Mabuk Berat
10 Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11 Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12 Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13 Bab 13. Kompak Mandi Besar
14 Bab 14. Bersilat Lidah
15 Bab 15. Dicurigai
16 Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17 Bab 17. Hasrat yang Hilang
18 Bab 18. Demi Kemanusiaan
19 Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20 Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21 Bab 21. Dihina Habis-habisan
22 Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23 Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24 Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25 Bab 25. Melawan
26 Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27 Bab 27. Tak Terpengaruh
28 Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29 Bab 29. Diketahui Mata-mata
30 Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31 Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32 Bab 32. Doa Dapat Momongan
33 Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34 Bab 34. Asisten Kompor
35 Bab 35. Bisikan Jahat
36 Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37 Bab 37. Misi Balas Dendam
38 Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39 Bab 39. Tak Melawan
40 Bab 40. Masih Hidup
41 Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42 Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43 Bab 43. Dihajar Dongkrak
44 Bab 44. Pemuda Idaman
45 Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46 Bab 46. Cinta Buta
47 Bab 47. Jadi Permen Saja
48 Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49 Bab 49. Kerja Sama
50 Bab 50. Diperas
51 Bab 51. Dirayu
52 Bab 52. Diborgol
53 Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54 Bab 54. Terkejut
55 Bab 55. Hamil
56 Bab 56. Menangis
57 Bab 57. Bagi-bagi Duit
58 Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59 Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60 Bab 60. Keceplosan Bicara
61 Bab 61. Nungging
62 Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63 Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64 Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65 Bab 65. Pulang
66 Bab 66. Mendadak Kangen
67 Bab 67. Tak Mau Dijemput
68 Bab 68. Dibuntuti
69 Bab 69. Tumbang
70 Bab 70. Berembuk
71 Bab 71. Didatangi Suami
72 Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73 Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74 Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75 Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76 Bab 76. Menemukan Sandal
77 Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78 Bab 78. Godaan Sang Istri
79 Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80 Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81 Bab 81. Bisikan Gaib
82 Bab 82. "Toloooong...!"
83 Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84 Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85 Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86 Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87 Bab 87. Terlacak
88 Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89 Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90 Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91 Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92 Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93 Bab 93. Ikatan Batin
94 Bab 94. "Papa Kejam!"
95 Bab 95. Jeritan Histeris
96 Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97 Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98 Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99 Bab 99. Bulan Madu Lagi
100 Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2
Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3
Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4
Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5
Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6
Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7
Bab 7. Mengajak Pindah
8
Bab 8. Terpaksa Berbohong
9
Bab 9. Mabuk Berat
10
Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11
Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12
Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13
Bab 13. Kompak Mandi Besar
14
Bab 14. Bersilat Lidah
15
Bab 15. Dicurigai
16
Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17
Bab 17. Hasrat yang Hilang
18
Bab 18. Demi Kemanusiaan
19
Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20
Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21
Bab 21. Dihina Habis-habisan
22
Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23
Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24
Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25
Bab 25. Melawan
26
Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27
Bab 27. Tak Terpengaruh
28
Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29
Bab 29. Diketahui Mata-mata
30
Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31
Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32
Bab 32. Doa Dapat Momongan
33
Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34
Bab 34. Asisten Kompor
35
Bab 35. Bisikan Jahat
36
Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37
Bab 37. Misi Balas Dendam
38
Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39
Bab 39. Tak Melawan
40
Bab 40. Masih Hidup
41
Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42
Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43
Bab 43. Dihajar Dongkrak
44
Bab 44. Pemuda Idaman
45
Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46
Bab 46. Cinta Buta
47
Bab 47. Jadi Permen Saja
48
Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49
Bab 49. Kerja Sama
50
Bab 50. Diperas
51
Bab 51. Dirayu
52
Bab 52. Diborgol
53
Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54
Bab 54. Terkejut
55
Bab 55. Hamil
56
Bab 56. Menangis
57
Bab 57. Bagi-bagi Duit
58
Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59
Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60
Bab 60. Keceplosan Bicara
61
Bab 61. Nungging
62
Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63
Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64
Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65
Bab 65. Pulang
66
Bab 66. Mendadak Kangen
67
Bab 67. Tak Mau Dijemput
68
Bab 68. Dibuntuti
69
Bab 69. Tumbang
70
Bab 70. Berembuk
71
Bab 71. Didatangi Suami
72
Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73
Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74
Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75
Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76
Bab 76. Menemukan Sandal
77
Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78
Bab 78. Godaan Sang Istri
79
Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80
Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81
Bab 81. Bisikan Gaib
82
Bab 82. "Toloooong...!"
83
Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84
Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85
Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86
Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87
Bab 87. Terlacak
88
Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89
Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90
Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91
Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92
Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93
Bab 93. Ikatan Batin
94
Bab 94. "Papa Kejam!"
95
Bab 95. Jeritan Histeris
96
Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97
Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98
Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99
Bab 99. Bulan Madu Lagi
100
Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!